Vote dulu yuk sebelum baca. Kalo total votenya nyampe 200 kita gaskeun chapter 6 ehe:3
Reza duduk termenung di balkon kamarnya. Pemandangan kota saat sore hari tersuguhkan di depan sana. Pemuda itu gak ngelakuin aktivitas yang berarti melainkan cuma mantengin layar handphone nya sejak tadi.
"Senyum anak ini bikin capek hati saya aja," monolog Reza. Dia memandangi foto profil WA dari sahabatnya. Iya, dia lagi ngeliatin foto Arvin.
"Tapi ini gak masuk di akal. Saya kayanya harus sedikit berjarak dari Arvin biar saya gak ketergantungan sama dia. Huhh.. Kenapa pula Arvin harus cowo? Kalo cewe, saya gak bakal capek mikirin hal kaya gini."
"Reza, lagi ngomong sama siapa?" Seorang wanita paruh baya memasuki kamar Reza gitu aja. Meski sudah paruh baya tapi kecantikannya sama sekali belum redup.
"Gak, mom."
"Masa, sih? Tadi mommy denger suara kamu, loh," sosok yang Reza panggil mommy itu mengusap lembut kepala sang anak.
"Mom salah denger."
"Iyaa deh iyaa. Kamu lagi ngapain jadinya?"
"Gak ada, Reza cuma duduk disini daritadi."
Mommy mengambil tempat di samping Reza, "galau nih ceritanya? Ala-ala anak indie?"
"Eh, gak gitu, mom. Kok mommy tau kata itu, sih?"
"Tau lah, mommy gitu, loh."
"Mom.."
"Heum?"
Reza tampak berpikir sebentar sebelum bicara, "menurut mommy cinta itu apa?"
"Cinta? Kalo menurut mommy cinta itu rasa dimana kita pengen ngeliat orang yang kita cintai selalu bahagia. Cinta itu rasa dimana kita gak pengen orang yang kita cintai tersakiti. Cinta itu rasa ingin melindungi, menjaga, menemani, berbagi keluh kesah, dan semacamnya. Kenapa? Reza jatuh cinta, ya?"
Reza melingkarkan tangan besarnya di perut sang mommy, wajahnya juga ia benamnya di perpotongan leher mommy, "Reza gak tau. Reza takut salah, cinta yang Reza rasain kayanya gak bener."
"Gak bener gimana? Cinta itu gak ada yang salah, Reza. Mommy malah seneng kalo kamu jatuh cinta terus bahagia sama pasangan kamu. Mommy ngebayangin gimana nanti kalo kamu nikah sama wanita yang kamu sayang, lalu punya anak, pasti lucu banget. Mommy berharap bisa gendong cucu dari anak mommy satu-satunya."
Reza semakin membenamkan wajahnya, "masalahnya.."
"Gak usah terlalu dipikirin sekarang. Kamu juga masih SMA, fokus sekolah dulu aja."
Reza terdiam, sibuk dengan pikirannya. Sang ibu juga ikut terdiam karena tidak ada lagi topik pembicaraan.
..
.
.
.
"Ekhem," Arvin bergerak selangkah lebih dekat ke cewe yang biasa dipanggil Wawa.
"Wawa~" sapa Arvin.
"Apa?"
"Hehe.."
"Malah cengengesan! Cepet bilang mau apa, gua gak punya waktu!"
"Aduh iya-iya, sans napa. Anu, rekomendasi series homo lagi, dong," Arvin memelankan suaranya, hampir berbisik.
"HAH?! LU SERIUS?! OMG, OMG, OMG!!!"
"Jangan ribut, wa! Ini rahasia kita aja, ya? Please."
"Hmm, bisa dibicarakan baik-baik."
Arvin memainkan dua jari telunjuknya, sok imut kalo kata Jaevin, "jadi, maukan rekomendasiin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL {BXB} (Completed)
Teen Fiction[Sebelum baca ini, disarankan baca book Homophobic dulu] "Mereka gay, mereka salah, vin!" "Apa kalo aku gay artinya aku juga salah?" Arvin menatap nanar cowo di depannya. "Iya!" "Maksud kamu cinta itu harus sesuai gender? Cinta yang suci itu kenapa...