Yok, yok vote dulu. Sampein total vote nya 1k ntar aku update chapter 15 ehe:3
Yang lebih tua udah berdiri siap buat pulang tapi pergelangan tangannya ditahan, "aku.."
"Aku kangen kak Arvin."
"Iya."
"Maaf," Dergan berdiri berhadapan dengan Arvin. Sekarang anak itu jauh banget lebih tinggi dari Arvin.
"Boleh aku meluk kak Arvin?"
Arvin mengangguk, "emm."
Dergan segera memeluk Arvin, erat. Gamon? Terserah kalo Dergan dikatain gamon atau semacamnya. Sejak awal ngeliat Arvin tadi di jalan, dia udah seneng banget. Dergan kangen cowo mungil itu, Dergan kangen teriakannya, Dergan kangen judesnya, semuanya Dergan kangen cuma kehalang gengsi. Untungnya gengsi itu gak lebih kuat dari peletnya Arvin jadi pertahan Dergan hancur, deh.
"Maaf aku malah meluk kak Arvin."
"Apasih minta maaf mulu lu kaya lagi lebaran aja, sans kali."
Dergan tersenyum, "boleh temenan lagi?"
"Dari dulu gua selalu pengen lanjut temenan ama lu tapi lu nya pas ditolak malah ngilang!"
"Kalo aku gak ngilang nanti aku gamon."
"Sekarang gamon, gak?"
"Semoga, gak," Dergan menjawil ujung hidung Arvin. Yaa, semoga mereka gak saling baper lagi.
..
.
.
.
Jam udah nunjukin jam 11 malem. Arvin masih ada di rumah Dergan. Mereka cerita banyak hal dari tadi ngenostalgia hubungan mereka pas satu SMA. Udah gitu mereka juga nonton film sampe sekarang belum kelar. Dua pemuda itu duduk di sofa dengan posisi berdempetan terus selimutan. Film yang ditonton film horor jadi wajar posisi mereka kaya gitu.
"Anj! Kaget gua," sungut Arvin pas ngeliat jumpscare.
"Dergaaan!" Arvin berbalik badan memeluk Dergan. Wajar aja, dia takut jadi reflex. Fyi aja yang milih film ini tuh Dergan. Awalnya Arvin nolak, tapi Dergan maksa jadi yaudah Arvin pasrah.
"Itukan hantunya gak serem-serem amat, kak."
"Gak serem mata lu! Udahan aja, yuk nontonnya," Arvin mendongak natap Dergan, bibirnya mengerucut. Lucu, Dergan hampir khilaf untung dia tahan.
"Masa udahan, sih? Masih sampai pertengahan film padahal."
"Ihh, nanti gua pulang gimana? Gua takut!"
Dergan matiin tv nya, "nginep disini aja."
"Tapi.."
"Kenapa? Takut diapa-apain?" Dergan tersenyum jahil.
"Siapa bilang?! Gak, kok!"
"Yaudah, kalo gitu sans aja kali nginep disini," Dergan tersenyum miring. Senyuman nyebelin yang dari kelas 10 udah bikin muka dia ditandain sama Reza.
"Iya, deh. Dari pada gua pulang ke rumah terus ditebengin sama wewe gombel."
"Mau tidur sekarang?" Tawar Dergan.
"Iya, ayo."
Dergan ngasihin baju ganti buat Arvin. Gak lupa juga dia suruh Arvin sikat gigi, cuci tangan, sama cuci kaki sebelum tidur. Lucunya Arvin nurut, Dergan berasa ngurus anak. Mereka berdua udah ada di satu ranjang yang sama, Dergan mengganti lampunya menjadi lampu tidur yang remang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL {BXB} (Completed)
Teen Fiction[Sebelum baca ini, disarankan baca book Homophobic dulu] "Mereka gay, mereka salah, vin!" "Apa kalo aku gay artinya aku juga salah?" Arvin menatap nanar cowo di depannya. "Iya!" "Maksud kamu cinta itu harus sesuai gender? Cinta yang suci itu kenapa...