Hurt Choice

10.8K 626 13
                                    

[Flashback]

Dua lelaki remaja itu nampak saling bercengkrama akrab. Membicarakan segala hal yang sebenarnya tak penting, menjadi bahan yang pas untuk didebatkan keduanya.

Banyak pasang mata menatap ke arah mereka. Mungkin takjub menyadari ada dua orang pangeran tampan yang nyasar di Cafe. Atau mengira-ngira ada apa gerangan dua malaikat memukau hati itu bertandang ke bumi.

Ya, tak dipungkiri memang. Karisma yang kuat mendominasi mereka. Aura memikat seakan mampu menghipnotis siapa pun. Wajah keduanya begitu sempurna dan mirip. Hampir sama. Identik. Namun, jika benar-benar memperhatikan dengan seksama, akan ditemukan dimana letak perbedaan mereka.

"Tau deh yang udah keterima di unversitas nun jauh disana" ledek salah satunya. Dia terlihat lebih kaku dan dingin, namun justru itu yang membuatnya mempesona.

"Ah udah, elah. Gak usah bahas itu. Kamu gimana, Gar? Ada kemajuan gak? Pacar mana pacar?" balas lelaki di hadapannya. Dia terlihat lebih luwes dan bersahaja, dengan sorot mata yang jenaka.

Yang ditanya diam tak menjawab. Menggeleng kaku dan memandang saudara kembarnya dengan sinis. Sedangkan yang ditatap mulai terkekeh dan menggelengkan kepalanya juga. Bukan meniru. Hanya tak habis pikir.

"Gara..Gara. Kerjaan sih CEO, pengusaha muda, pebisnis hebat, tapi gelarnya kok masih aja jomblo. Ckck" Lelaki yang dipanggil Gara itu mencibir pelan. Mengutuk saudara kembarnya yang seenaknya saja kalau bicara.

"Biarin sih. Emang situ udah ada? Ck, jomblo kok teriak jomblo" decihnya.

"Wets, jangan salah, brother! Kakakmu, Bara ini, sudah banyak yang ngantri di Perancis sana" balas lelaki bernama Bara itu. Dia menaik turunkan alisnya pada Gara. Memandangnya penuh kemenangan dan kilat menggoda yang begitu kentara.

"Cih, kakak apaan? Keluarnya aja cuma beda lima menit" sahut Gara sedikit kesal. Dia sudah terbiasa dengan ledekan Bara yang menganggapnya adik kecil. Tapi tetap saja keki pada saudara kembarnya yang lahir duluan itu.

Bara terkikik geli melihat Gara yang memandangnya malas. Dia memang senang menggoda Gara. Bahkan tak jarang dia juga diacuhkan oleh saudara kembarnya itu. Mungkin jengah dan tak tahan menghadapi sikapnya yang tak mau diam.

"Oke, oke, Gara sayang.."

"Bara, najis!"

Asdfghjkl. Bara mengedipkan sebelah matanya menggoda Gara, sedangkan Gara bergidik ngeri dan melempar kentang gorengnya pada Bara. Saudara kembarnya ini memang tak pernah berubah. Ckck.

Tawa renyah Bara menggema. Membuat beberapa pengunjung Cafe melirik penuh minat pada mereka. Terpesona akan tawa merdunya. Sedangkan Gara yang lebih dulu sadar akan situasi, mulai berdeham dan menggeplak tangan Bara di atas meja.

"Sakit, Gara.." rengeknya seperti anak kecil. Gara mendecak dan menoyor kepala Bara. Menyadarkannya untuk menjaga sikapnya di tempat umum. Malu-maluin. Sedangkan Bara mendelik kesal.

"Sopan dong sama kakaknya" sungutnya. Gara memejamkan mata lelah.

"Kali aja aku kirim video sikapmu yang seperti tadi, mungkin semua yang mengantrimu pada kabur. Kurasa itu ide bagus" kata Gara.

Bara memelototkan matanya. Tapi sedetik setelahnya, dia kembali memandang Gara tenang.

"Lakuin aja sih. Lagian aku udah ketemu jodoh, kok. Jadi gak perlu ngusir mereka lagi. Malah idemu cukup membantu" narsisnya. Gara memijit pelipisnya. Sial. Bukannya diam, Bara semakin membuatnya jengkel setengah mati.

My Fiance? Hell No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang