"Ma, pestanya masih lama atau tidak sih?"
Oke, ini sudah kesekian kalinya mama tak mengacuhkanku. Perlu kalian tau, aku mulai bosan dengan suasana pesta ini. Lihat saja. Semua orang selalu melirikku. Bahkan ada yang memandangku secara terang-terangan. Memang ada yang salah dengan penampilanku? Bukannya terlalu percaya diri, tapi kalian tau kan kalau mama papa bahkan memujiku princess. Ya walaupun aku sedikit ragu atas penilaian mereka. Dan kalau dibandingkan dengan para wanita yang juga datang ke pesta ini, aku merasa sangat jauh dengan mereka. Oh sudahlah, ini tidak penting.
"Nesya?" Aku menoleh dan senyumku langsung mengembang dengan sendirinya.
"Hai kak! Oh halo juga jagoan" sapaku pada mereka berdua.
"Ini Nesya adikku kan?"
"Astaga kakak! Memangnya kak Jana punya adik selain aku?"
"Tumben kamu ikut?" tanya kak Jana sambil terkekeh pelan. Dia kakakku satu-satunya.
"Haish. Ini juga karena pe-mak-sa-an kali, kak" jawabku penuh penekanan.
"Ya bagus dong, Nes. Sekali-kali kamu ikut acara beginian. Tapi kakak curiga deh sama mama papa"
"Maksud--?" ucapanku terpotong karena kak Brian menghampiri kami.
"Sayang, aku nyari kamu dari tadi malah disini. Hai, Nesya!" sapa kak Brian.
"Hai, kak!"
"Samperin mama papa dulu yuk?" ajaknya pada kak Jana. Hah. Baru aja dapat teman ngobrol.
"Kak, Bintang sama aku aja ya. Aku bawa jalan-jalan, nyari angin sebentar" ucapku. Mereka mengangguk mengiyakan.
"Jangan lama-lama ya, Nes. Takutnya masuk angin" pesan kak Jana.
Aku membawa Bintang ke bagian balkon hotel ini. Ya kalian pasti tau kalau pesta seperti ini pasti diadakan di hotel-hotel besar.
"Tatatata cacacacaca" Yak. Baru saja botol susunya aku lepas dari mulutnya, dia langsung berceloteh tak jelas. Biasa lah, baru umur setahun juga.
"Iya ini tante Nesya"
Dia hanya tersenyum lebar dan mulai memainkan tangannya sendiri.
Lalu apa? Bintang sibuk sendiri sekarang. Sepertinya aku salah membawa teman ngobrol. Hah. Biasanya kalau malam minggu begini, Ello pasti mengajakku keluar. Entah itu nonton, dinner ataupun sekedar jalan. Aku tersenyum mengingat kejadian konyol yang kami alami dulu. Dan makin tersenyum lebar, saat Ello memberiku kejutan-kejutan manis yang tak terduga. Bahkan-
Plak!
Aku menampar pipiku pelan. Oke, ini sudah terlalu jauh. Tidak seharusnya aku mengingat dia lagi. Lupakan, Nesya!
"Ekhem"
Aku terkesiap kaget mendengar suara berat di sampingku. Bintang juga ikut kaget sepertinya. Buktinya dia kelihatan seperti ingin menangis. Aku langsung menepuk punggungnya pelan dan.. fiuuhhh. Berhasil. Dia mulai tenang dan memainkan tangannya lagi.
Aku menatap tajam lelaki di sampingku. Eh?
"Aaa-anaknya di-dibawa ke dalam saja. Kasian na-nanti masuk angin"
Aku melongo sesaat. Ini orang, gagap atau gimana?
"Oh maaf bukan urusan anda" jawabku secepat mungkin.
"Ta-tapi angin ma-malam tidak baik bu-buat balita"
Aku berdecak keras. Kalau kalian mau tau, lelaki ini tidak memandangku sama sekali dari tadi. Dia hanya menghadap lurus ke depan. Heran deh, ngapain coba ngajak ngomong kalau aku tidak dianggap.
"Mb-mbak?" Aku yang semula mengacuhkannya, berjengit kaget karena dia menyentuh bahuku. Haish. Lelaki kurang ajar!
"Apa sih pegang-pe--?" Ya Tuhan. Aku tertegun menatap wajah di hadapanku. Rahang tegas. Hidung mancung. Alis tebal. Dan astaga, matanya warna kelabu. Apa sesempurna ini ciptaan-Mu?
"Mbak?"
"I-iya?" Yak. Kenapa aku jadi gantian gagap seperti dia?
"I-itu a-anaknya a-anu"
Aku mengernyit bingung dan mengikuti arah pandangnya. Bintang. Astaga, yuck.
"Aduh, Bintang. Kamu kenapa pakai ingusan segala sih. Ini gimana tante bersihinnya coba" Aku menggerutu pelan. Perasaan tadi Bintang baik-baik saja. Kenapa sekarang malah ingusan. Dan aku tidak mendengar dia bersin dari tadi.
Baru saja aku mau melangkah ke dalam mencari kak Jana, sebuah sapu tangan menghadangku. Aku menatap orang yang menyodorkanku sapu tangan itu. He? Lelaki tadi belum pergi ternyata.
"I-ini. Pa-pakai ini sa-saja"
Aku mengambil sapu tangan itu seraya menggumamkan terimakasih.
"Nesya!"
Aku menoleh dan mendapati kak Jana memandangku -ups memandang Bintang cemas.
"Ck, tuh kan kakak bilang apa. Bintang baru sembuh pilek, Nesya. Lihat sekarang. Kumat lagi kan, kamu bawa keluar" Dia mengambil alih Bintang di pelukanku. Aku meringis pelan. Bagaimanapun aku merasa bersalah pada kak Jana.
"Maafin deh, kak. Nesya kan gak tau" ucapku pelan.
"Yasudah tidak apa-apa. Kamu dipanggil mama papa. Gih, samperin" Aku berdecak malas. Pasti dikenalin lagi sama temannya yang lain. Haish. Apa deh mama papa.
"Males ah, kak. Lagian aku ada teman ngobrol disini" kilahku.
"Siapa? Perasaan tidak ada orang lain disini" Aku menoleh ke belakang bermaksud mencari lelaki gagap tadi. Eh? Kemana dia? Jangan bilang aku berhalusinasi. Tapi sapu tangannya masih ada bersamaku, kok. Berarti dia nyata kan.
"Cepat sana, Nesya! Daripada kena omel mama" Aku mengangguk cepat dan memasuki ruangan bersama kak Jana.
Aku melihat mama dan papa sedang bercengkrama dengan dua orang yang sebaya dengan mereka. Tuh kan. Memangnya perlu ya pakai acara kenalan segala.
"Nah, ini dia anakku. Nesya, ini tante Sean sama om Tomi" ujar mama dengan senyum anggunnya.
"Nesya, tante, om" salamku pada mereka berdua. Dan sedikit senyum manis karena banyak terpaksanya. Kak Jana menyikut lenganku pelan. Dia memandangku seolah berkata jangan-malu-maluin-Nesya. Hah!
"Cantik ya. Sudah punya pasangan belum?" tanya tante Sean. Mama tersenyum penuh arti.
"Belum, tante. Masih fokus sama kerjaan" jawabku sopan.
"Wah. Mau jadi mantu tante, tidak?"
Eh? Apa lagi ini? Aku memandang mama, papa dan kak Jana seolah minta tolong. Sedangkan mereka hanya nyengir tak jelas. Aku mau jawab apa coba, ini.
"Mama apa sih. Kasian Nesyanya tuh kaget. Jadi, begini nak Nesya. Gimana kalau kamu berkenalan dengan anak kami. Kebetulan dia ikut malam ini. Siapa tau kalian jadi teman dekat" jelas om Tomi sambil mengerling pada yang lain. Haish. Para orang tua ini kenapa sih.
"Mami papi, pulang yukkk. Gara males ah lama-lama disini" ucap seseorang sambil memeluk tante Sean dari belakang. Tu-tunggu. Apa ini anak tante Sean dan om Tomi? Kalian tau? Dia merengek layaknya anak TK. Astaga. Catat. Merengek!
"Gara, kenalin dulu. Ini Nesya, anaknya tante Sarah sama om Dani" jelas tante Sean. Dia menggumam pelan, lalu mendongak dan matanya langsung tertuju padaku.
Aku terkejut bukan main. Hey! Dia lelaki gagap tadi!
***
Lalala~
Boleh minta vommentnya? ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fiance? Hell No!
RomanceGagap, manja dan bocah. Memangnya apa yang bisa diharapkan dari pria macam dia? Nesya tak pernah terpikir akan jatuh pada pesona Gara, si pria kaku calon tunangannya sendiri. Lantas apa yang terjadi jika Tuhan telah berkata lain? Takdir itu indah da...