Jealous

15.1K 824 8
                                    

"Mbak, ada yang ingin ketemu"

Aku menghentikan kegiatan sketsaku dan memusatkan perhatianku pada Didi, asistenku.

"Kamu tangani aja dulu, Di. Aku masih mau nyelesain ini dulu. Mumpung moodku bagus" jawabku. Tapi Didi tetap tak beranjak dari hadapanku.

"Kenapa, Di?"

"Anu mbak.. Itu, dia ingin bertemu langsung dengan mbak" ucapnya tak enak hati.

Apa aku pernah bilang akan mengutuk siapapun yang berani merusak moodku? Sepertinya Didi menyadari hal itu. Dia mulai gelisah di tempatnya.

"Apa permintaannya menyulitkan kamu?" tanyaku.

"Nggak, mbak. Saya sudah bilang kalau mbak sibuk. Tapi, dia sangat memaksa dan ingin bertemu dengan pemilik galeri ini" jelas Didi.

Biasanya beberapa customer atau pelanggan tetapku akan cukup mengerti kalau aku sibuk. Itu artinya, aku benar-benar tidak ingin diganggu. Bagaimanapun, mereka pasti ingin lukisan yang mereka pesan cepat selesai dan sesuai dengan keinginan mereka. Dan sepertinya, pelanggan baruku ini sulit sekali mengerti.

"Oke, tunggu sebentar"

Didi mengangguk dan segera keluar dari ruanganku. Ck, aku mendesah pelan. Belakangan ini, pesanan lukisanku semakin bertambah. Meskipun banyak stok lukisan yang kupajang di galeri ini, beberapa pelanggan pasti ada yang secara langsung memesan karyaku. Kebanyakan sih potret diri.

Hah. Mungkin setelah menyelesaikan lima pesanan lukisan lagi, aku akan hiatus dulu. Sedikit liburan kupikir bisa membantu rasa jenuhku.

Drtt.. drttt

Aku meraih ponselku di dalam kantong dan mengernyitkan dahi bingung.

From : Lovely Fiance

Hai, love.
Lunch bareng, yuk.

Lovely Fiance? Gara? Astaga. Perasaan aku gak ada rubah nama kontak Gara. Kerjaan Gara ini pasti. Ck, pantesan kemarin cengar-cengir gak jelas.

See. Kemajuan Gara pesat banget, kan? Ini baru tiga bulan, loh. Itu laki gagap udah berubah. Serius.

Awalnya aku ngeri melihat perubahan Gara yang cukup signifikan. Dia yang awalnya kaku, aneh, gagap dan bocah banget itu jadi laki super manis dan perhatian. Supernya pake banget.

Kita kan butuh proses, Nes. Lagian aku kan berubahnya ke arah yang lebih baik. Demi kamu dan hubungan kita.

Begitu jawaban yang terlontar dari mulut Gara, ketika aku menanyakan perihal tingkahnya yang ajaib itu. Tapi gak papa sih. Aku jadi kesenengan malah. Hehehe.

Apa aku sudah bilang kalau aku menyukai Gara? Sepertinya iya. Aku suka sama tunanganku sendiri. Gak salah kan, ya? Lagian salahin Gara yang bikin aku jadi seperti ini.

Drtt.. drtt
Lovely Fiance calling...

"Panjang umur ini laki. Baru aja dipikirin udah nelpon aja" gumamku diiringi dengan senyum mengembangku.

"Halo?"

"Halo, love. Kamu sibuk?"

"Nggak. Hanya mau menemui pelanggan sebentar lagi"

"Lunch bareng, ya?" Aku terkekeh pelan mendengar suaranya yang merengek manja.

"Iyaudah. Dimana?"

"Aku jemput kamu deh"

"Nggak usah, Gara. Kita ketemu di tempat makan aja"

"Tapi aku pengen jemput kamu"

My Fiance? Hell No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang