7th - Mistake

539 104 12
                                    

Tidak langsung mengantarnya ke apartemen, malam itu Jungkook menghentikan mobil Rose di depan sebuah bar, tempat langganan Rose untuk menghibur diri dan menenangkan pikirannya dengan beragam minuman beralkohol. Karena tidak memiliki orang yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesahnya, akhirnya Rose memilih alkohol sebagai penggantinya. Selain itu, bar ini juga berlokasi cukup dekat baik dari apartemen mau pun rumah Rose.

"Aku pesan Brandy empat puluh, satu, ya," ujar Rose, sesaat setelah ia duduk di kursi bar pada seorang bartender yang sedang mengelapi gelas-gelas basah.

Jungkook terperanjat mendengar pesanan Rose. Kadar alkohol empat puluh persen termasuk tinggi, dapat dipastikan Rose memang benar-benar seorang peminum alkohol. Tapi Jungkook tentu khawatir dengan kondisi kesehatan Rose.

Tapi Rose merasa ingin mabuk hari ini karena mood-nya yang mendadak jelek setelah bertemu dengan ayahnya di kantor. Kejadian saat ayahnya memarahi dan menamparnya di basement pun kembali teringat dan membuatnya kesal. Ya, ayahnya memang merupakan alasan utamanya sering mabuk, ditambah dengan urusan pekerjaannya.

"Rose, tapi kau belum makan," tegur Jungkook yang merasa tidak seharusnya Rose memesan minuman beralkohol tinggi.

Rose menggeleng. "Tidak apa-apa, perutnya ini sudah sangat kebal, kau tenang saja dan temani aku, ya. Ini pertama kalinya aku punya teman minum," balasnya kemudian tersenyum masam. "Aku terlihat kesepian, ya?"

Jungkook menyipitkan matanya, tampak memikirkan jawaban kemudian mengangguk pelan.

"Aku memang punya banyak harta. Uang, mobil, perusahaan, rumah, dan apartemen, dan hal-hal yang bisa kubeli dengan uang semuanya bisa kudapatkan. Tapi, aku tidak bisa mendapatkan teman."

"Kau tidak punya teman?"

Rose mengangkat kedua bahunya. "Entahlah, aku tidak punya orang yang selalu ada untuk mendengar ceritaku."

"Bagaimana dengan ayahmu?" tanya Jungkook, kali ini nadanya terdengar hati-hati.

"Ayah? Aku juga tidak tahu apa pria itu bisa kusebut dengan panggilan ayah. Dia bahkan tidak pernah memperlakukanku sebagai anak perempuannya, dia hanya menganggapku sebagai aset penerus perusahaan," tutur Rose dengan senyum pahit. 

Rose sadar, beberapa hari belakangan ini ia hampir mengekspos kehidupannya kepada Jungkook yang notabene masih merupakan orang asing. Tapi itu semua tidak terhindarkan karena memang orang yang selalu berada di sampingnya adalah Jungkook. Bahkan sebelum Rose mengenal Jungkook, Wonpil jarang menjadi teman curhat Rose, karena pria itu juga sibuk. Kecuali saat masih berpacaran dengan Jaehyun, Rose hampir tidak pernah minum karena memang ia merasa tidak ada alasan untuk itu, sampai akhirnya kandasnya hubungan mereka yang bisa menjadi alasannya, hingga membawanya pada kecelakaan bersama Jungkook.

Bila dipikir kembali oleh Rose, pertemuannya dengan Jungkook benar-benar seperti takdir yang dihadirkan melalui Jaehyun yang mencampakkannya. Lucu memang, tapi Rose sejauh ini tidak menyesal bisa mengenal Jungkook. Dan semoga ia tidak akan pernah menyesalinya.

"Kalau begitu, aku tidak akan membiarkanmu kesepian lagi. Kalau kau perlu teman minum, hubungi saja aku."

"Benarkah?"

Jungkook mengangguk. "Tentu, selama aku masih pengangguran, waktuku sangat banyak," ucap Jungkook yang kemudian tersenyum.

Brandy pesanan Rose belum datang, tapi rasanya ia sudah bisa mabuk karena senyuman Jungkook. Bagaimana bisa pria itu mudah sekali tersenyum?

"Kau pasti tipe pria yang punya teman banyak dan disukai banyak orang," tebak Rose tiba-tiba.

Jungkook mengernyit, tapi masih belum menghilangkan senyumnya. "Kenapa?"

DisintegratedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang