12th - Back Story

645 93 18
                                    

***One year ago***

Heejin

Oppa, aku akan ceritakan semuanya malam ini. Tunggu aku pulang dari kampus jam 8 malam ya. 

Baiklah, hati-hati di jalan ya.

Heejin? Apa kau sedang di jalan?

Kau terlambat satu jam

Heejin, ini sudah jam sepuluh lewat.

Jungkook untuk ke sekian kalinya kembali memeriksa riwayat percakapannya dengan Heejin di ponsel. Sudah lewat dua jam, namun adiknya itu belum juga pulang. Heejin juga tidak lagi membalas pesannya.

Perasaannya mulai tidak enak. Akhirnya Jungkook memutuskan untuk mengambil jaket dan kunci mobilnya lalu mencari Heejin. Tetapi saat langkahnya baru saja sampai di depan pintu, ponselnya tiba-tiba berdering.

"Halo?"

"Halo, apa benar ini dengan Jeon Jungkook kerabat dari Jeon Heejin?"

"Iya betul, saya kakaknya. Ada apa ya?"

"Kami dari pihak rumah sakit ingin mengabari bahwa adik anda baru saja sampai di IGD karena menjadi korban tabrak lari. Kondisinya saat ini kritis dan kami perlu persetujuan wali untuk melangsungkan operasi."

Kedua kaki Jungkook rasanya tidak mampu lagi menopang tubuhnya hingga ia jatuh terduduk. Tatapannya kosong, sementara pikirannya sibuk mencerna ucapan si perawat yang baru saja memberinya kabar buruk itu.

***Ten months ago***

Jungkook yangmenggunakan kemeja putih, jas, dasi serta celana serba hitam itu menatap kosong foto ayahnya yang tersenyum dipajang di pemakaman. Hari yang berat itu ia habiskan di rumah duka, menjamui tamu yang datang untuk melayat dan memberi pernghormatan terakhir untuk ayahnya yang meninggal karena bunuh diri. Padahal Heejin masih terbaring koma, tapi ayahnya sudah pergi saja meninggalkannya, bersama hutang-hutangnya yang banyak. 

Karena lelah, Jungkook akhirnya kembali duduk sambil memijati pelipisnya. Rasanya pening, membayangkan bagaimana hidupnya setelah ini. Heejin yang masih koma, hutang-hutang ayahnya yang banyak, serta pendidikan spesialisnya yang baru saja dimulai. Ia tidak tahu dari mana bisa mendapatkan uang untuk membayar itu semua. 

"Lihatlah wajahmu yang pucat itu, kau pasti belum makan, kan."

Kim Jisoo, si pemilik suara itu merupakan senior yang sudah Jungkook anggap seperti kakaknya sendiri. Tidak hanya Jungkook, Heejin juga menganggapnya begitu.

Di samping Jisoo, berdiri Jiho, sahabat Jungkook sejak mereka masih SMA. Jiho juga tak kalah sedihnya dengan Jisoo melihat Jungkook yang harus ditinggalkan ayahnya di saat adiknya bahkan belum siuman dari koma.

"Aku tidak apa-apa."

"Kau harus makan."

"Aku tidak lapar, Noona."

Jisoo berdecak kesal lalu mengulurkan segelas air mineral yang ia bawa, memaksa Jungkook untuk meminumnya. Jungkook yang melihat tatapan tajam Jisoo akhirnya meneguk air itu hingga habis dan mengembalikan gelasnya pada Jisoo. Kemudian ia bersandar pada dinding dan menghela napas berat.

"Noona, kenapa hidupku seperti ini, ya?"

"Jungkook,"

"Tuhan jahat sekali padaku. Bagaimana bisa Dia memberi musibah yang bertubi-tubi seperti ini? Pertama Heejin, lalu Ayah dan hutang-hutangnya, lalu apa lagi? Kenapa? Padahal kukira sudah cukup Dia mengambil Ibu dari kehidupan kami, kenapa Ayah juga ia ambil? Apa yang harus kukatakan pada Heejin begitu ia siuman nanti?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DisintegratedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang