9th - Grudge

454 106 15
                                    

"Tunggu sebentar, aku tidak mengerti."

Wonpil berhenti berucap kemudian menatap lurus meja kafetaria yang kosong di hadapannya, berpikir keras mengenai perkataan Jungkook barusan yang menyatakan bahwa pria itu memiliki dendam pada Presdir Park.

"Kalau kau dendam pada Presdir Park, kenapa kau mendekati Rose? Dan apa yang kau maksud dengan kau salah karena menarget Rose?"

Jungkook mengangguk-angguk pelan, seolah sudah menduga mengenai kebingungan yang akan dirasakan Wonpil. Dan ia memang berniat akan menjelaskan semuanya pada Wonpil.

"Aku sudah menduga kau akan bertanya seperti itu. Tenang saja, aku akan menjelaskan semuanya, tapi dengan syarat, kau harus membantuku."

"Membantumu? Balas dendam?"

Jungkook mengangguk mantap. "Ya, itulah tujuan utamaku."

"Sebenarnya apa yang sudah Presdir Park lakukan padamu sampai kau punya dendam seperti ini?"

"Kau ingin tahu? Kalau begitu sepakati dulu syarat yang kusebutkan, maka akan kuceritakan semuanya."

Wonpil terdiam sejenak, ia menatap Jungkook lalu mengalihkan pandangannya pada orang-orang yang tengah makan di kafetaria rumah sakit itu. "Kalau begitu aku juga akan memberi syarat," ujar Wonpil sambil mengembalikan pandangannya pada Jungkook.

Jungkook memberi isyarat pada Wonpil untuk melanjutkan perkataannya.

"Karena tujuan balas dendammu adalah Presdir Park, maka jangan sampai hal ini menyakiti Rose, karena kalau sampai hal itu terjadi, aku tidak akan bisa memaafkanmu. Lalu setelah semuanya selesai, aku harap kau benar-benar akan pergi dan menjauh dari kehidupan Rose. Kalau pun Rose memiliki perasaan padamu, kau harus menolaknya, karena kau tidak berhak mendapatkannya, dan aku yakin kau tahu betul soal itu," tutur Wonpil dengan raut wajah yang sangat serius.

Jungkook tersenyum tipis mendengar syarat yang diberikan Wonpil. "Baik, kalau begitu siapa yang berhak mendapatkan Rose? Apakah kau Sekretaris Kim?"

"Aku sedang tidak bercanda Tuan Jeon Jungkook," balas Wonpil masih dengan raut wajah serius, ia tidak suka dengan pertanyaan Jungkook. Wonpil hanya tidak ingin Rose sakit hati karena pria yang tidak memiliki perasaan khusus terhadapnya. Bukan berarti Wonpil ingin Rose memilihnya, karena ia sendiri tidak yakin bisa menjadi pria yang baik bagi Rose. Dan yang terpenting, ia tidak yakin Rose juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

Senyuman Jungkook kemudian menghilang. "Baiklah, Tuan Kim Wonpil. Setelah semua ini selesai, aku akan menjauhi Rose untuk selamanya. Kau puas?"

Wonpil menghela napas setelah mendengar jawaban Wonpil. Akhirnya keduanya menyepakati syarat yang diberikan oleh masing-masing.

"Aku akan mulai bercerita mengenai alasanku balas dendam pada Presdir Park."

Melihat Jungkook yang sudah siap untuk bercerita, Wonpil meperhatikan dengan seksama.

"Presdir Park, ah, si Pak Tua itu, dia membunuh adik perempuanku."

"Apa?!"

Jungkook merogoh saku celananya, mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan foto adik perempuannya dari galeri foto. Wonpil pun melihat-lihat beberapa foto Heejin, dan yang menarik perhatiannya adalah foto di mana Heejin berpose di depan gedung sParkling mengenakan kemeja dibalut blazer dan rok hitam selutut rapi.

"Jeon Heejin, dia merupakan karyawan magang tahun lalu di sParkling. Awalnya dia menjalani hari-harinya seperti mahasiswa dan karyawan magang pada umumnya. Tapi saat minggu kedua, tiba-tiba suatu malam Presdir Park menghubunginya dan memintanya untuk datang ke sebuah bar. Katanya malam itu diadakan pesta penyambutan karyawan magang oleh Presdir langsung, yang tentunya merupakan kegiatan langka dan Heejin sangat ingin menghadiri acara itu walau sudah kularang, karena malam itu sudah terlalu larut. Hingga pada akhirnya aku mengantarnya ke bar itu. Karena sudah sangat larut, aku memilih untuk menunggu Heejin di depan bar. Namun anehnya, hingga lewat tengah malam, Heejin tidak juga keluar dari dalam bar. Bahkan saat teman-teman magang dan termasuk Presdir Park sudah keluar, tapi aku tidak melihat Heejin."

DisintegratedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang