Hari Sabtu (H-1 keluar dari RSJ).
Ini waktu yang sudah di nanti-nanti karena 1 hari lagi kami keluar dari RSJ ini.
Pagi itu diawali dengan rutinitas seperti biasanya. Sekitar jam 5, kami mulai keliling ruangan pasien untuk memeriksakan keadaannya.
Di setiap ruangannya punya keunikan tersendiri saat diperiksa. Kalau di ruangan pria, biasanya ruangannya lebih jorok, apalagi di tempat pasien yang masih belum tenang. Kadang ada aja pasien yang BAB di kasur. Jadi kami sering memeriksa pasien sambil tahan napas... Bisa kebayang lah ya gimana situasinya...
Mungkin seperti ini kejadiannya:
Bayangkan, pasiennya laki-laki, lagi rebahan di kasur. Tatapan mata kosong mengarah langit-langit. Diajak bicara, ngga jawab. Di kasurnya sudah ada kuning-kuning, banyak.
Aku, mau ngga mau harus memeriksa pasiennya seperti tekanan darah dll, yang memaksaku harus mendekati pasien. Ini di depan mata sudah ada benda bertekstur lembek, kuning berbau. Masker ngga pake, memang sih saat itu masih belum pandemi. Jadi aroma terapi itu bisa dengan bebas masuk ke dalam sanubari ini guys. Harapan satu-satunya ya cuma tahan napas sekuat-kuatnya hahaha
.
Kalau di ruang wanita, biasanya lebih aman, tenang, dan tentram. Paling cuma beberapa kali aja kejadian pasiennya bau pesing gara-gara kencing sembarangan. Dan ngga tau kenapa ya, bau pesingnya itu kaya nempel di badannya, kayanya bukan cuma kencing sembarangan, tapi malah kencing di celana. Ya memang begitu ruangan intensif pria maupun wanita.
~
Nah, ceritanya dimulai saat kami memeriksa di ruang intensif wanita. Ruangan itu adalah ruangan khusus wanita yang kondisinya masih belum stabil atau tenang. Di ruangan itu ada pasien yang baru saja masuk, dan usianya masih dibawah 20 tahunan. Otomatis, dia masih belum kenal sama kami karena baru ketemu.
Kebetulan aku yang memeriksa dia. Sebelum memeriksanya, aku minta izin dulu seperti biasa sambil menanyakan nama dan kabar hari ini. Dia pun membalas menanyakan namaku, dan seperti biasa, ku jawab namaku Boy. Terus dia cuma nggangguk.
Hari pertama ketemu masih ngga berani ngomong dia.
Besoknya, hari Minggu, hari dimana kami meninggalkan RSJ ini. Tapi kami masih punya kewajiban untuk memeriksa semua pasien di pagi hari untuk terakhir kalinya. Yah gapapa lah, hitung-hitung mau pamitan sama umat perguruanku.
.
Pertama kami masuk ke ruang intensif pria. Di sana teman kami cuma satu, ada itu pasien badannya besar, dan pernah berkelahi di dalam ruangan. Kami sudah akrab sejak dia kami periksa di IGD RSJ ini. Sebagai kalimat perpisahan, kami menasihatinya untuk jangan berkelahi lagi biar cepat keluar.
Lanjut ke ruang tenang pria. Nah, di sana pasiennya enak-enak, bersih, ngga ada yg kotor, jadi teman kami lebih banyak di sana. Seperti biasa, kami menasihati mereka supaya cepat keluar dari RSJ, biar bisa ketemu di luar sana kaminya. BTW, bingung juga ngomongnya ke mereka. Kalo orang sakit kan enak ngomongnya, "cepat sembuh ya". Kalau pasien RSJ ini agak ngeri takut juga yaa, takut tersinggung kalo dibilang "cepat sembuh".
.
Inti cerita ini ada di ruang intensif wanita. Saat ketemu pasien yang kemaren itu, aku ngomong bahwa kami keluar dari RSJ ini, dan akan digantikan dengan teman yang lain. Pasien itu langsung kaget dong.
Dia nanya : "Loh, pergi kemana dok?"
Ku jawab aja : "Pulang ke rumah, sudah 1 minggu tinggal di sini dan ngga balik ke rumah"
"Saya mau ikut dokter aja kalau gitu" jawabnya
Kaget dong saya.
Si Reza keparat ini malah bilang, "Oh boleh aja ikut dia nanti" terus langsung ketawa.
Singkat cerita, kami keluar dari RSJ hari itu.
.
Keesokan harinya, kami mendapat laporan dari kelompok yang sedang bertugas disana. Katanya ada pasien di ruang intensif wanita, masih muda, dan sedang menunggu dijemput dokter Boy.
Sialll!!! haha
Terus aku diintrogasi lagi sama teman-teman, kenapa ada orang yang nyari dokter Boy lagi .
.
Tamat...
Sebenarnya, masih banyak cerita yang menarik tentang pasien RSJ ini. Dan yang paling menarik adalah alasan kenapa mereka masuk RSJ. Aku pengen ceritakan sebenarnya, soalnya unik-unik. Tapi ngga tau ya, boleh ngga ya diceritakan? haha Tapi kalo banyak yang mau dengar ceritanya, mungkin boleh-boleh aja diceritain disini hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Dokter Muda
ЮморHalo, namaku Angga biasa dipanggil Angga. Seorang anak muda yang biasa-biasa saja, yang mengira hidupnya akan datar-datar saja. Pemikiran itu tidak ada salahnya, sampai akhirnya aku melanjutkan ke pendidikan kedokteran. Semua hal-hal yang ngga pern...