Cerita Dokter Muda

Dokter Muda Dan Mendekati Ajal - CDM #2

Ohayou 🤪

Kalian tahu ngga apa yang lebih sedih daripada dihadapkan dengan situasi kematian?
Bukan, maksudku bukan ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya.

Menurutku, menghadapi orang yang hampir meninggal dunia lebih mengharukan daripada saat ia sudah meninggal. Di saat semua upaya dan semua doa sudah dipanjatkan supaya mendapat mujizat, namun kondisi tidak kunjung membaik.

~

Suatu hari, aku menerima pasien bapak-bapak datang dengan penurunan kesadaran dan riwayat hipertensi. Berdasarkan hasil anamnesis dengan keluarga dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosa dengan stroke perdarahan.

Beberapa hari setelah dirawat di rumah sakit, pasien tidak kunjung membaik dan tetap tidak sadarkan diri. Istri dan anak pasien secara bergantian mendampinginya setiap hari.

Setiap kali aku jaga ruangan, aku lebih sering melihat anak pasien yang sedang mendampingi. Aku perhatikan, anaknya ini sangat menyayangi ayahnya. Ia sering mengelus kepala ayahnya sambil bercerita dengan ayahnya yang tidak sadar.

Anak itu berkata

"Bapak yang kuat ya, bapak harus sadar, harus sembuh, supaya nanti kita bisa lebaran bersama."

"Kita sudah siapkan baju baru bapak buat lebaran nanti di rumah"

Aku sangat terharu melihat perlakuan anak itu terhadap ayahnya. Bukan karena aku ga pernah lebaran sama keluarga (emang ngga merayakan itu), tapi karena ini adalah waktu yang sangat krusial.

Menghadapi orang yang sangat dikasihi sedang berada di situasi antara hidup dan mati adalah saat-saat yang sangat menyakitkan. Tapi yang aku lihat dari anak itu, dia sangat mengharapkan dapat berkumpul kembali dengan ayahnya di rumah dalam keadaan sehat.

Setiap 3 jam sekali aku memeriksa tanda vital dari semua pasien yang ada di ruangan itu, termasuk bapak ini. Dan setiap aku meriksa bapak ini, anaknya selalu bertanya,

"Bagus aja kan bapak saya dok?"

Aku jawab "Stabil aja untuk saat ini"

Suatu ketika, tanda vital bapak ini tidak terbaca. Kami segera melakukan tindakan sesuai prosedur. Anaknya mulai mundur dari ayahnya, dan memberikan kepercayaan penuh kepada kami yang merawatnya.

Singkat cerita nyawa bapak itu tidak bisa terselamatkan. Keadaan pasien yang sudah buruk itu tidak bisa diselamatkan lagi.

Lalu bagaimana respon anak itu?

Anak laki-laki itu menangis, sambil mengelus kepala ayahnya, memegang tangan ayahnya dan berkata

"Ternyata bapak memilih lebaran di surga bersama Tuhan"

Lalu dia memanggil keluarga nya, dan memberi tahu bahwa ayahnya sudah tiada. Setelah itu aku memberi penjelasan atas kondisi ayahnya hingga saat meninggal.

"Kami sudah memonitor tanda vital pasien dan melakukan prosedur penanganan pasien saat sedang gawat. Namun kami meminta maaf, bapak sudah ngga ada"

Lalu anaknya berterima kasih kepada kami yang merawat ayahnya.

"Terimakasih banyak sudah merawat bapak saya, mohon dimaafkan apabila kami ada salah saat disini. Terimakasih sudah memeriksa keadaan bapak saya pagi, siang, malam." katanya

Dari kejadian ini, aku merasakan kasih sayang dari anak kepada orang tuanya. Aku bersyukur sampai saat ini aku memiliki keluarga yang utuh. Aku sangat menyayangi keluargaku. Dan aku harap keluargaku ini tetap sehat dan berumur panjang supaya nanti bisa melihat anak-anaknya sukses dan berkeluarga bahagia.

Buat teman-teman sekalian, sayangi orang tua anda. Kita tidak tau kapan orang tua kita dipanggil Tuhan. Jangan kecewakan hati orang tua. Buatlah orang tua kita bangga kepada kita hingga akhir hayatnya, supaya kebaikan kita bisa memberi kebahagian kepada orang tua kita. Karena kita, anaknya, adalah kebanggaan orang tua kita dan satu-satunya harta yang paling berharga baginya.

Dan mungkin tidak semua hubungan orang tua dan anak itu baik-baik saja. Mungkin ada yang membenci orang tuanya karena beberapa hal.

Daripada kita memendam rasa kebencian ini, cobalah untuk memaafkan kesalahan orang tua kita. Karena memendam kebencian, akan membuat diri kita sendiri menjadi sakit

"Be kind to your parents, it's their first time living a life too"

Sayonara 👋🏻