Dokter Muda dan Rumah Sakit Jiwa (part 1) - CDM #11

160 12 18
                                    

Annyeonghaseyo

Pada stase jiwa, kelompok kecilku yang isinya 9 orang ini dibagi lagi menjadi 3 tim mungil. Kebetulan timku kebagian yang isinya cuma berdua, yaitu aku dan Reza.

Biasa lah, sebagai ketua kelompok koas, harus berkorban demi anggota.

Tim-tim ini nantinya akan disebar ke beberapa RS yang ada pelayanan Poli Jiwanya. Kebetulan rollingan pertama tim mungilku ini masuk ke Rumah Sakit yang memiliki pelayanan rawat inap khusus pasien jiwa, walau hanya memiliki sekitar 10 - 15 bed untuk pasien pria dan wanita.

Di Rumah sakit itulah pengalaman pertamaku menghadapi pasien jiwa. Aku sangat penasaran bagaimana sensasi melakukan anamnesis kepada pasien jiwa asli. Soalnya di kampus dulu pasiennya cuma pura-pura gangguan jiwa, dan terkadang aktingnya kurang asik, cenderung garing 😬

Aku penasaran, kira-kira apakah pembicaraanku nyambung atau tidak dengan pasien jiwa nanti? Kalau misalkan nyambung, berarti aku sefrekuensi dong? Atau karena jago anamnesisnya? Jadi harus senang atau gimana ya? 😂

~

Hari pertama disana, kami tiba waktu sore hari. Setelah room tour dan aplusan oleh senior, kami pun ditinggal berduaan di ruang rawat inap pria.

Waktu itu aku duduk di tempat istirahat yang disediakan. Awalnya aku kira ini adalah tempat istirahatnya perawat, sampai akhirnya tiba-tiba ada 1 pasien pria duduk tepat di sebelahku. Dia datang tanpa suara, bahkan aku pun baru sadar ketika dia sudah duduk.

Di situ aku kaaageeet sekali, aku pengen pergi dari situ, tapi takut dia sakit hati dan ngamuk kalo aku sengaja menjauh waktu dia mencoba mendekat.

Di kepalaku pun sedang ribut memikirkan apa yang harus ku lakukan kalau tiba-tiba dia kontak fisik biasa atau hingga mengamuk.

"Hmmm, kalo dia ngamuk, kira-kira jurus apa yang harus ku keluarkan nanti ya? Apakah jurus kagebunshin, rasengan, atau mugen tsukuyomi?" Kebetulan jurus yang aku tau itu jurus dari anime naruto aja

Kalian pernah ngga sih duduk diam-diaman sama orang ngga dikenal?
Duduk samping-sampingan, bahu ketemu bahu, tapi diam-diaman. Mau negur tapi sungkan. Takun dikacangin. Terus kalau ternyata direspon, mau lanjut ngobrolin apa? Masa nanya...

"Sehat pak?"

😳😳😳

~

Daripada pusing mau ngapain di posisi itu, yaudah aku lari aja. Kabur ke bangsal wanita.

Di bangsal wanita suasananya sangat berbeda. Di sini pasiennya seperti punya dua vibes. Di tempat duduk paling belakang dan ujung, suasananya chaos, sangat tidak kondusif. Mereka saling ngegas satu sama lain sambil memegang barang-barang. Sangat berbahaya kalau kita dekati, takutnya barang yang dipegangnya melayang ke kepala kita. Lebih baik aku ke kumpulan ibu-ibu satu lagi.

Di barisan depan, ibu-ibunya sangat kondusif. Bahkan mereka berekspresi loh, senyum mereka, ga kaya di ruang sebelah, mukanya datar semua 😐

Usut punya usut, pasien wanita yang ada di bangsal jiwa itu senang apabila yang memeriksanya itu seorang pria. Kalau perempuan yang memeriksa, dia akan berubah menjadi judes, tidak mau menjawab sama sekali.
Hmmm... Pantessss 🙃

~

Waktu aku mendekati mereka, salah satu ibu paruh baya itu langsung mendekat dan menyodorkan lengannya kepadaku untuk diperiksa tekanan darahnya. Sembari demikian, ibu itu bertanya

"Wah, dokternya baru lagi ya? Siapa namanya?" kata ibu itu.

Prinsipku adalah aku tidak mau membongkar identitas asliku kepada semua pasien jiwa, jadi aku mengaku bahwa namaku adalah "Marco".

"Oh doker Marco ya. Dokternya ganteng"

Aku tidak merespon sama sekali 😑

Selagi aku memeriksa ibu itu, dia sambil bercerita kepadaku.

Dia mengaku bahwa nama belakang dia ada "shihab" nya, dan dia mengaku bahwa dia keturunan nabi.

Ibu itu bercerita dengan bangga, dan bersemangat, tapi aku tetap saja fokus dengan pekerjaanku, maksudnya supaya cepat selesai lalu bisa makan😂

Lagian aku juga ngga ngerti apa yang diceritakan ibu itu  😂

Setelah selesai, ibu itu bertanya kepadaku, katanya

"Besok pagi dokter masih di sini kan"

"Iya bu, saya di sini selama 1 minggu kok bu" jawabku.

~

Keesokan harinya, saat aku memeriksa ibu itu lagi, dia bercerita

"Tadi malam aku ketemu keluargaku, dia mau jemput aku pulang ke rumah"

"Loh? Jam berapa mereka datang bu?" tanyaku.

"Sekitar jam 10 malam"

Perasaan jam 10 malam itu bukan jam berkunjung, malah pintu bangsal wanita aja sudah dikunci. Hmmm. Ini sudah pasti halu.

"Ibu kemaren minum obat ngga?" tanyaku.

"Saya muntahkan dok, soalnya susah ditelan"

"Lah ibu? Katanya mau cepat pulang ke rumah, kalo mau cepat pulang, obatnya diminum bu. Kalau sudah ditelan, bisa aja diremukkan dulu" ujarku.

Ibunya hanya tertawa saja...

Hmm... Kenapaa ya malah ketawa?

~

Itu adalah pengalaman pertamaku menghadapi pasien yang mengalami halu. Sebelumnya cuma menghayal-hayal aja kira-kira bagaimana halusinasi orang dengan gangguan jiwa.

Menurutku rumah sakit ini adalah awal yang baik untuk memulai stase jiwa. Selama disana, hidupku enak, tidur di kamar yang ada kasurnya, kamar mandi dalam, dan yang paling penting ada ac nya. Terus juga pasiennya tidak terlalu banyak dan kasusnya tidak sulit.

Cuma kekurangannya adalah, bangsal jiwa disana jauhhh.. Bangsalnya terletak di ujung dari rumah sakit, dan harus melalui jalan yang dikiri-kanannya ada bangunan tua dan rawa-rawa.

Suasananya memang cukup menyeramkan, sayangnya ngga ada hantu di sana 😂

Memang selama di rumah sakit ini tidak begitu seru, oleh karena itu, untuk memacu adrenalin, setiap malam aku dan temanku menantang hantu di daerah angker itu untuk muncul. Sayangnya mereka tidak muncul hahaha... 😂

~

Karena di cerita RS itu sedikit, berikutnya aku akan bercerita tetang pengalamanku di rumah sakit khusus penyakit kejiwaan. Dan disana jauh lebih seru, banyak kasus-kasus menarik. Tapi... disana hidupnya terlalu sakit...

Bersambung...

Cerita Dokter Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang