Bagian 9

10 1 0
                                    

Holla!

<3








"Lo kenapa bisa sampe pusing begini sih Al?" Ovi mulai berada di mode 'emak-emak'-nya, "Lo pasti ngelewatin jam makan siang ya? Terus lo langsung minum kopi nih pasti kalo udah sampe begini. Lo kurang minum air putih nih pasti." Ocehnya sambil terus menyuapi Alana makan.

"Udah sih Vi, lo kalo udah mode 'emak-emak' serem tau," Ini Erin yang menyahut.

Alana hanya menatap kedua sahabatnya bergantian.

"Cepet selesaiin makan lo, terus langsung minum obat, abis itu tidur. Besok pagi kalo lo belum baikan juga, gue telponin Mas Bima." Jelas Ovi.

Alana menggeleng, "Jangan! Please ya? Nanti dia khawatir, tau lo berdua kalo dia khawatir sama gue gimana. Bisa bonyok Kak Abi dibuatnya. Gue sembuh kok besok, mana sini obatnya."

"Ini." Erin memberikan mangkok kecil yang berisikan satu tablet obat sakit kepala.

Langsung ditelannya tablet obat itu tanpa kesusahan sedikitpun.

"Udah tau badan nggak bisa skip jam makan sebentaran doang, ini malah lewat sampe malem." Ovi masih terus mengoceh, tidak memperdulikan tatapan tajam dari Erin.

Selain karna terbangun tiba-tiba tadi, sakit kepala Alana juga dipicu dari dia melewatkan jam makan siangnya, itulah mengapa kepala Alana saat ini rasanya berat dan sakit sekali.


****


"Lo, nggak nelpon Mas Bima kan Vi?" tanya Alana pada Ovi.

Semalam Ovi dan Erin tidur di kamar Alana, dengan alasan menjaga Alana padahal ada niat lain dibalik itu semua. Alana tahu tapi dia akan berpura-pura tidak tahu saja.

"Hampir gue telpon, kalo pagi ini lo masih ngerengek sakit kepala."

Alana menggeleng cepat, "Nggak, gue udah nggak sakit kepala lagi, gue udah sembuh, kan kalian yang ngerawat gue. Makasih ya." Alana banyak mengucap syukur pagi ini, karna dia diberikan sahabat-sahabat yang begitu peduli kepadanya.

"Sama-sama Al. Kita kan sahabat, saling bantu kalo salah satu diantara kita ada yang susah atau sakit kayak gini."

Erin mengangguk menyetujui perkataan Ovi. Menurutnya ini bukan hanya sekedar hubungan persahabatan biasa, namun lebih dari itu. Mereka sudah menganggap saudara satu sama lain. Sudah seperti kembar tiga namun tidak identik, ya itulah mereka.

"Ayo turun kita sarapan, udah gue buatin bubur." Ajak Ovi.

Alana mendengus, "Gue nggak mau makan bubur Vi, nasi aja ya atau mie?" Tawar Alana dengan mengeluarkan jurus memelasnya.

"Nggak. Lo belum boleh makan-makanan begituan dulu," Tolak Ovi dengan Tegas.

"Erin ..." Rayu Alana beralih pada Erin.

Erin yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Ovi tersenyum kikuk sambil mengangguk. "Sorry ya Al, lo belum boleh dulu makan-makanan begitu."

"Lo mau gue telponin Mas Bima, ha?" Ancam Ovi.

"Nggak. Jangan dong." Alana mempoutkan bibirnya.

"Ayo cepetan turun, ntar keburu dingin buburnya."

Kalau sudah begini, Alana dan Erin tidak ada yang berani membantah Ovi.

"Iya." Jawab keduanya bersamaan.


Saat ketiganya menuruni tangga untuk menuju dapur rumah kost, mereka melihat ada seorang laki-laki yang sedang duduk di ruang tamu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When Meet RegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang