Bagian 3

49 3 0
                                    

Happy reading!!

💚








****





Saat Alana tengah berpikir dengan menundukkan kepalanya, handphone nya pun bergetar dan layarnya menyala ddrrttt ... ddrrtttt ... drttt


"Hallo Erin, kenapa?"

"Hallo Al, lo kok belum balik ke kost-an sih udah hampir jam 8 nih kenapa? Apa ada masalah? Mau gue samperin sama Ovi atau gimana nih?"

"Oh, nggak usah Rin nggak perlu kok, nggak ada masalah juga, iya nanti habis ini gue langsung balik ke kost-an yah."

"Bener ya langsung balik? Kalau dalam satu jam lo belom nyampe kost-an gue sama Ovi bakal nyamperin lo kesana."

"Iya bener Erin, yaudah ya gue mau beres-beres dulu nih, ya bye Erin."




Setelah memutuskan sambungan telepon dari Erin, Alana melihat jam yang melingkar ditangannya dan benar saja jarum jam sudah menunjukkan pada pukul 19.50. "Huuhh bener juga ya kata Erin kok gue belum balik-balik sih dari tadi sudah hampir 5 jam disini," batin Alana.

Sedangkan Abiyu sudah pulang duluan sejak pukul 18.30 tadi.

Saat Alana akan keluar dari cafe pada saat itu pula hujan turun, terpaksa Alana masuk lagi ke dalam cafe dan mengurungkan niatnya untuk pulang.

"Permisi mas, saya boleh duduk disini sambil nunggu hujan reda?" tanya Alana pada salah seorang pegawai cafe.

"Iya silahkan mba," jawab pegawai cafe itu ramah.

"Terima kasih mas"

"Iya"


Sudah hampir 2 jam hujan belum juga reda, Alana melihat sepertinya cafe ini akan segara tutup dan ia pun risau bagaimana jika cafe ini tutup dan hujan belum juga berhenti, apakah ia akan pulang dengan berhujan-hujanan atau lebih baik ia meminta temannya untuk datang menjemput. "Ah telepon Erin minta jemput" pikir Alana, segera ia
mengambil handphone nya dari dalam tas dan ternyata handphone nya mati karena lowbat "Hahh ... kenapa nggak kepikiran dari tadi sih" gerutu Alana pada dirinya sendiri.

Saat ia memutuskan untuk pulang ditengah hujan, tiba-tiba ada seorang pria dengan tinggi badan kurang lebih 180 cm yang mendekati Alana dan memberinya payung "Ini, kamu bisa pakai ini untuk pulang," kata pria itu sambil menyodorkan payung lipat berwarna merah muda kepada Alana.

"Ah, nggak usah mas terima kasih. Saya bisa pulang begini kok," kata Alana sambil mengangkat tas dan menaruhnya di atas kepala menunjukkan kepada lelaki dengan seragam barista itu kalau ia bisa pulang dengan tas sebagai penutup kepalanya.

"Nggak, kamu bisa sakit kalau tetap memaksa pulang seperti itu dan kamu juga bisa merusak iPad mu," jelas pria itu dengan nada suara yang lembut.

"Iya iPad," bisik Alana pada dirinya sendiri tapi masih bisa didengar oleh lelaki di depannya, lalu tersenyum kikuk "Yaudah mas, saya pinjam payung nya ya."

"Iya, ini" kata pria itu memberikan payung nya.

"Terima kasih mas, besok langsung saya kembalikan," ucap Alana sambil menerima payung dari lelaki itu.

"Nggak usah terburu-buru, pakai aja karena ini musim hujan kamu bisa simpan ini di dalam tas kamu."

Alana tersenyum kikuk sekali lagi, "Sekali lagi terima kasih."

"Iya sama-sama, pulangnya hati-hati."

"Iya," kata Alana sambil menganggukkan kepalanya sedikit dan tersenyum kepada lelaki itu.


****


"Al, lo kenapa nggak bisa dihubungin sih? Kita kan khawatir nungguin lo disini. Mau nyusulin sih tadi tapi hujannya deres banget terus ada petir lagi," kata Erin sambil memeluk Alana.

"Maaf Rin, hp gue lowbat lupa bawa charger. Gue tadi nunggu di cafe kok sampe hujannya agak sedikit reda" jawab Alana.

"Ini Al handuknya, lo langsung mandi gih biar nggak masuk angin, nanti tas lo kita yang beresin," kata Ovi sambil memberikan handuk kepada Alana.

"Eh iya, iPad gue tolong diliatin ya basah atau nggak" pinta Alana.

"Iya Al" jawab Ovi.

"Thanks ya" kata Alana pada kedua sahabatnya dan segera ia pergi ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya yang sedikit basah terkena air hujan.





Setelah selesai mandi Alana melihat barang-barangnya sudah disusun rapi oleh kedua sahabatnya di atas meja dan ada segelas teh hangat yang sudah disiapkan untuknya. Alana merasa sangat bersyukur karena mempunyai sahabat yang begitu baik yang menganggapnya seperti keluarga sendiri.

Alana duduk dipinggir kasur sambil mengeringkan rambutnya yang basah dan dilihat nya payung berwarna merah muda yang tersimpan di dalam tempatnya, bukan karena warnanya yang membuat Alana terbayang tapi karena orang yang memberinya payung tersebut yang membuatnya terus terbayang di pikirannya. Seorang lelaki dengan perawakan persis seperti yang pernah disebutkan Alana pada kedua sahabatnya.

"Ya Tuhan.. sempurna nya makhluk ciptaan-Mu. Terima kasih Tuhan karena telah kembali memberi warna dan kesejukan saat hati ini suram." syukur Alana.

Membayangkan nya saja membuat jantung Alana berdetak lebih cepat dari biasanya dan membuat kedua pipinya menghangat.

Padahal Alana berfikir bahwa sosok lelaki seperti itu hanya ada satu di dunia tapi, setelah dia bertemu dengan lelaki tadi dia jadi tahu bahwa ada banyak makhluk yang diciptakan dengan ciri yang sama dan karakter yang berbeda tentunya.


Dan kini apakah ia akan kembali menjatuhkan hatinya kepada sosok lelaki ini setelah bertahun-tahun lamanya dia menutup hati?


****


"Al yuk berangkat," ajak Ovi dari luar kamar Alana.

Alana yang sedang membereskan tempat tidurnya langsung bergegas membukakan pintu ketika mendengar suara sahabatnya.

"Kalian berangkatnya duluan aja ya, gue mau mampir ke cafe sebentar mau ngembaliin payung yang dikasih pinjam semalem."

"Nggak nanti siang aja Al ngembaliinnya pas pulang kuliah?"

"Nggak, takutnya nanti mas-mas itu butuh sama payung nya."

"Yaudah deh kalau gitu, gue sama Erin berangkat duluan ya Al, bye sampai ketemu di kampus." kata Ovi sambil melambaikan tangan pada Alana.

"Bye, hati-hati kalian ya."


****


"Al, gimana payung nya udah lo balikin ke cafe?" tanya Ovi sambil mendekatkan kursi yang ia duduki kepada Alana

"Belum, nih masih ada payung nya" jawab Alana sembari menunjukkan payung berwarna merah muda itu.

"Tadi pagi bukannya lo bilang mau mampir ke cafe itu dulu buat balikin ni payung Al?" tanya Erin.

"Iya, emang tadi gue udah kesana cuma nggak nemuin mas-mas yang semalem ngasih pinjem payung ini. Kata mereka, mas nya itu mau aku yang balikin ini langsung ke dia, nggak tau deh kenapa gitu" jelas Alana.

"Kalau nanti selesai kelas kita kesana sekalian lo ngembaliin payung terus kita nongkrong sebentar gitu sebelum balik ke kost-an gimana?" usul Erin.

"Hem boleh tuh" jawab Ovi bersemangat.

"Oke" sambung Alana.


****


Jantung Alana berdetak cepat ketika melihat kembali sosok lelaki itu, lelaki yang baru ditemuinya semalam itu berhasil membuat Alana sering melamun dan terkadang kehilangan fokus.

Dengan perasaan yang tak karuan dan tangan yang sedikit gemetar, Alana mencoba mendekatinya dengan terus berdoa agar pria itu tidak mendengar detak jantungnya yang seolah-olah sedang berperang.

"Mas? Ini payung nya, saya kembaliin. Terima kasih ya" kata Alana tersenyum tulus.












To be continue ...

When Meet RegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang