Bagian 4

40 3 0
                                    

Hi! Hi! Hi!

Happy reading guys!

💚








****





Perhatian lelaki itu teralih pada Alana yang sekarang berdiri di depannya.

"Kamu nggak takut kehujanan lagi? Saya bukannya udah bilang kalau ngembaliinnya nggak usah buru-buru, kamu bisa pakai untuk sementara waktu," jawab lelaki itu dengan tatapan penuh pada Alana.

"Nggak perlu mas, saya udah beli payung sendiri buat jaga-jaga."

"Oh begitu, baiklah."

Lelaki barista itu pasrah dan menerima kembali payung itu.

Sesaat sebelum Alana melangkahkan kakinya untuk kembali menghampiri sahabat-sahabatnya, lelaki itu menahan Alana sebentar dengan memanggilnya tapi karena mereka belum berkenalan jadi dia bingung mau memanggilnya apa.

"Tunggu sebentar!" kata lelaki itu dan seketika membuat Alana berbalik dengan raut wajah bingung.

"Ini kamu cobain, saya lagi coba buat menu baru," katanya sambil memberikan segelas ice chocolate coffee yang baru selesai dibuatnya sebagai sample.

Alana bingung,

"Saya? Cobain?"

"Iya"

Alana duduk tepat didepan pria itu meracik berbagai minuman kopi. Sebelum meminumnya dihirupnya dulu aroma kopi dan cokelat yang bercampur jadi satu lalu diminumnya perlahan sambil ia rasakan betapa sempurna nya perpaduan antara cokelat dan kopi dengan takaran yang pas.

Untuk sesaat dia terdiam, sampai suara berat lelaki itu menyadarkannya.

"Hey. Gimana rasanya? Nggak enak ya?"

Alana yang tersadar langsung menoleh kearah pria itu "Hah. Nggak ... enak kok. Eh maksudnya ... ini enak, iya enak takarannya pas" jawab Alana agak sedikit kaku.

"Syukurlah" pria itu menghembuskan nafas lega setelah mendengar pendapat Alana mengenai minumannya.

"Iya," dicobanya lagi untuk yang kedua kali.

"Btw, nama minuman ini apa?"

"Namanya ice chocolate coffee"

"Apa minuman ini sudah ada di daftar menu? Boleh saya pesan ini?"

Pria itu hanya tersenyum mendengar pertanyaan Alana sembari menjawab "Kamu boleh bawa ini, gratis. Kalaupun besok-besok kamu masih mau juga, saya bisa bikinin ini spesial untuk kamu."

Nggak aman ini, jantung Alana deg degan.

Senyum mengembang di kedua pipi Alana dan mata mereka bertemu untuk waktu yang cukup lama bagi Alana, 10 detik "Eheem ..." Alana berdeham sambil membuang wajahnya kesembarang arah, ia merasa kedua pipinya memanas dan pasti sudah berubah warna.

"Oke ... terima kasih ya, saya ... kesana dulu, ada temen-temen udah nungguin" kata Alana tersendat sambil menunjuk kearah teman-temannya.

"Iya, silahkan" jawabnya sambil terus memandangi punggung Alana yang semakin menjauh dari pandangannya.

Sebuah senyuman terukir dari bibir manis seorang lelaki pekerja part timer di cafe itu.

Lelaki itu adalah Rega, ia juga merupakan seorang mahasiswa di universitas yang sama dengan Alana namun berbeda jurusan dan angkatan.

Sebenarnya Rega sudah sering melihat Alana di cafe ini karena Alana sendiri merupakan pengunjung setia di cafe ini. Tapi sejak hari pertemuannya langsung dengan Alana, Rega terus memikirkannya, ia merasa tertarik dengan Alana yang menurutnya adalah seorang gadis yang misterius karena ia sering melihat Alana datang sendirian ke cafe ini, berkutat berjam-jam dengan laptop atau iPadnya, tapi saat ia mengajaknya berbicara secara langsung ia merasa bahwa Alana merupakan gadis yang menyenangkan.

When Meet RegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang