Chapter 3

6.1K 510 26
                                    

Tiga puluh menit berlalu, Jeno merasa gelisah menunggu Dokter pribadinya yang belum kunjung datang.

Jeno sedikit menyesal melakukan ini semua, bagaimana jika terjadi sesuatu yang berbahaya pada Jaemin dan kandungannya?

Ia tidak bisa membayangkan kemarahan orangtuanya.

Sama saja ia mencari penyakit.

'Kriet!

Pintu kamarnya terbuka, memperlihatkan sosok dokter paruh baya yang Jeno kenal sejak kecil.

"Dokter Shin."

Dokter itu langsung terkejut melihat keadaan kamar Jeno yang sangat berantakan, apalagi melihat keadaan Jaemin yang terbaring tidak sadarkan diri dengan banyak luka ditubuhnya.

"Jeno! Apa yang terjadi? Kenapa istrimu bisa seperti ini?" Dokter Shin langsung membuka tasnya dan segera memeriksa pemuda malang itu.

"A-aku... apa dia tidak apa-apa? Apa bisa diselamatkan? Dan bagaimana dengan kandungannya." Jeno tidak bisa menjelaskan dan langsung menanyakan serentetan pertanyaan pentingnya.

Mendengar itu, Dokter Shin langsung meraba perut Jaemin, raut wajahnya terlihat bingung.

"Aku akan membersihkan lukanya dan mengobatinya. Kau keluar dulu, setelah selesai aku akan memberitahumu."

Jeno mengangguk dan keluar dari kamarnya meskipun dia masih khawatir terjadi sesuatu pada Jaemin.

.

Ini sudah pukul 10 pagi, Jaemin baru saja membuka matanya, lelaki manis itu langsung meringis sakit, merasakan semua rasa sakit akibat perlakuan Jeno semalam.

Dia mengigit bibirnya kuat, menahan agar air matanya tidak turun, ia memang tidak pernah menangis lagi setelah menikah dengan Jeno, dia berjanji pada dirinya sendiri akan bahagia setelah mendapatkan Jeno.

Rupanya Jeno salah mengertikan maksud keinginannya, bukan ini yang dia inginkan.

Perlahan Jaemin bangun, dia baru menyadari jika dia sudah memakai baju yang berbeda dan tidak ada bajunya yang berserakan, apa ini semua Jeno yang bereskan?

Jaemin rupanya belum sepenuhnya mengerti suaminya.

Ponsel Jaemin tiba-tiba berbunyi, ia sedikit kesakitan karena rasa sakit di bagian bawahnya, setelah sedikit bejuang, akhirnya dia bisa mengambilnya serta mengangkatnya.

"Halo..." sapa Jaemin dengan suaranya yang serak nyaris tak terdengar.

"Uh Ekhem! Aku tidak sakit, aku baru bangun... Dream café? Maaf noona, aku tidak bisa datang, kapan-kapan kita bertemu ya... Ah tidak ada ujian siang ini... baiklah, akan aku sampaikan pada suamiku."

Jaemin menutup percakapan singkat dengan kakaknya, kakaknya mengajak ingin bertemu, namun rasanya tidak mungkin jika dia menyetujuinya.

Walau bagaimanapun semua luka ini tidak bisa di hilangkan dengan cepat, jika memaksa pergi dia juga tidak mungkin melapor pada kakaknya jika lukanya karena ia diperkosa suaminya.

Tsk! mana ada suami memperkosa istrinya.

Kakaknya juga pasti akan melaporkannya pada Ayahnya, jika Ayahnya melihat ini, Jeno bisa mati.

Setelah itu, Jaemin akhirnya berjalan dan menyeret-nyeret badannya menuju meja rias. Lalu duduk dengan hati-hati.

Dia bisa melihat wajahnya dipantulan kaca, wajahnya yang babak belur. Namun lelaki manis itu hanya menyeringai.

I Love You, Jeno!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang