Chapter 5

7.2K 593 68
                                        


Buagh!

Buagh!

Buagh!

"Dasar tidak tahu malu! Bisa-bisanya kau mempermalukan Appa selama ini, dimana akal sehatmu Jaem!"

Tuan Na baru saja memukulkan cambuknya berkali-kali pada punggung Jaemin.

Setelah pengakuan yang cukup mengejutkan tadi, Tuan Na membawa anaknya pulang untuk menghakiminya.

Lelaki manis itu hanya diam mendapatkan pukulan itu, tidak ada raut kesakitan disana.

Pandangan Jaemin kosong.

Benar-benar kosong.

Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding kejadian sebelum dia dibawa Tuan Na ke rumah lamanya.

Jeno yang membongkar kebohongannya.

Jeno yang tidak menahannya dan membiarkan dia pergi dibawa orangtuanya.

Jeno yang bahagia diatas penderitaannya.

Jeno yang sangat ia cintai melakukan itu semua padanya.

"Dari dulu Appa tidak pernah mendidikmu menjadi gay!"

Buagh!

Tuan Na melemparkan cambuknya kesal, lalu meninju wajah Jaemin dengan keras dan sengaja mengenai hidung bangir lelaki manis itu, membuat hidungnya mengeluarkan darah.

"Yeobo sudah! Apa kau tidak kasihan pada Nana?" Nyonya Na memeluk Jaemin yang masih diam, mengusap darah di hidung anaknya.

"Apa dia kasihan pada kita? Dia hanya buat malu orangtuanya saja."

Jaemin melepaskan pelukan Eommanya sambil mengusap kasar hidungnya, "Aku tidak apa-apa Eomma."

Jaemin menatap Appanya dengan sayu.

"Aku akan pergi dari kehidupan kalian, agar Appa dan Eomma tidak malu lagi mempunyai anak tidak tahu diri sepertiku. Sampaikan permintaan maafku pada..." Jaemin menahan nafasnya sebentar.

"... sampaikan permintaan maafku pada keluarga Lee dan terimakasih sudah membesarkanku selama ini Tuan Na, Nyo-nyonya Na. Aku pergi."

Setelah mengucapkan itu, air mata Jaemin benar-benar lolos, padahal ia sudah mati-matian menahannya. Dia lelaki yang kuat.

Jaemin kemudian berdiri perlahan menuju kamarnya, mengambil tasnya dan memasukkan beberapa baju lamanya, karena bajunya yang lain berada dirumahnya.

Eommanya mengikuti Jaemin dan memeluk anaknya dari belakang, wanita itu tidak mau anak kesayangannya itu pergi.

Ia khawatir, Jaemin tidak pernah bisa hidup sendiri diluaran sana. Apalagi dalam keadaan terluka seperti ini.

"Nyo-nyonya, jangan begini."

"Apa? Kau memanggilku apa? Aku Eommamu, jangan pergi Nana, Eomma tidak pernah menyalahkanmu."

Jaemin berbalik, mengusap air mata wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Eomma, aku harus menerima hukumanku. Aku akan baik-baik saja."

Eommanya menggeleng dan semakin terisak, memeluk anaknya agar tidak selangkahpun keluar dari rumahnya sendiri.

"Masih ada Yuna..." Jaemin terdiam sesaat menyebut nama seseorang yang menjadi perusak kebahagiaannya.

"Masih ada Yuna noona yang akan menjaga Eomma dan membuat bangga keluarga ini."

Jaemin tersenyum miris, keputusannya sudah bulat, sekalipun ia sangat berat meninggalkan Eommanya. Ia tetap harus pergi, menerima hukuman dari perbuatannya.

I Love You, Jeno!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang