Sudah hampir tiga jam Jaemin terdiam seraya memandangi jendela, air matanya terus turun membasahi pipinya namun ia menangis tanpa bersuara.
Dia tidak peduli kalau Tuan Jung menganggapnya lelaki lemah, tapi Jaemin sudah berada di titik terendah. Hanya ini hal yang ia bisa.
Tuan Jung hanya melihatnya dan tidak ingin menganggunya. Dia bisa melihat beban berat yang dialami lelaki rapuh itu, meskipun dia belum tahu seperti apa kehidupan Jaemin yang sebenarnya.
"Ughh..." Jaemin memegangi perut dan mulutnya bersamaan, dia merasakan perutnya sangat mual.
Tuan Jung tidak tinggal diam, dia langsung menghampiri lelaki yang baru ditemuinya itu.
"Kau kenapa?"
Jaemin menggelengkan kepalanya, mencabut paksa infus yang terpasang di tangannya menyebabkan darah langsung keluar dari tangan pucatnya, lalu ia turun dan berlari terseok-seok menuju kamar mandi.
"Hoek! Uhukh hah hah..." Jaemin mengeluarkan isi perutnya seketika. Walau yang keluar hanya cairan saja.
Tuan Jung yang melihat keadaan itu langsung menekan tombol darurat memanggil Dokter, kemudian menyusul Jaemin ke kamar mandi.
Darah yang keluar dari tangan Jaemin sangat banyak dan menetes ke lantai. Dengan sigap Tuan Jung mengambil tissue dan menahan pendarahannya, berharap darah itu berhenti keluar.
"Astaga kau ini nak."
"Hoek! Hah hah..." Jaemin berdiri dengan lemas, badannya hampir limbung.
Beruntung Jaehyun datang tepat waktu dan langsung menghampiri mereka, menggendong Jaemin yang kini melemah akibat muntah-muntah serta banyaknya darah yang keluar ditangannya.
"Beoji kenapa bisa begini?"
"Tadi dia mual dan mencabut paksa infusnya, Jaehyun-ah." Tuan Jung mengikuti Jaehyun, sementara Dokter muda itu langsung membaringkan Jaemin di tempat tidurnya.
Jaehyun menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, tindakan itu tidak boleh dilakukan sembarangan dan akibatnya seperti ini.
Jaehyun dengan cepat mendahulukan mengobati tangan Jaemin dan memasang kembali infus ke tangan Jaemin yang satunya.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Tuan Jung.
Jaehyun menghela nafas, "Aku belum tahu pasti, Beoji. Tapi mungkin saja dia mulai mengalami mual-mual karena kehamilan mudanya. Nanti aku bersama Dokter yang lainnya akan memeriksa lebih lanjut."
"Semoga saja ini bukan karena penyakitnya." Tuan Jung menggenggam tangan Jaemin yang kini sudah mulai tertidur.
"Aku harap begitu, Beoji."
"Biarkan dia istirahat dulu, Jaehyun-ah."
Jaehyun mengangguk,"Iya Beoji, aku juga masih banyak pasien."
.
.
.
"Uhh..." Jaemin terbangun dari tidurnya, sesekali matanya kembali terpejam karena rasa kantuk yang masih terasa.
Matanya kembali terbuka dan mengedar, mencari dua orang yang tadi pagi begitu panik. Namun Tuan Jung maupun Dokter Jaehyun tidak ada disana, kemana mereka?
Perlahan Jaemin bangun untuk bersandar, namun rasa sakit ditangannya membuatnya meringis, salahkan dirinya yang sembarangan mencabut infus ditangannya. Tapi tadi dia benar-benar mual.
Mual? Sejenak dia merenung, apa karena calon bayinya? Dia ingat kata-kata Haechan sewaktu dia berpura-pura hamil dan mengatakan, pertanda orang hamil itu adalah mual-mual.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Jeno!
FanfictionJeno tiba-tiba saja menyudahi hubungan percintaannya dengan Jaemin, alasannya karena lelaki manis itu berubah. Namun Jaemin tidak terima dan meyakini kalau Jeno adalah jodohnya, apalagi lelaki manis itu mengaku tengah hamil. Orang tuanya segera meni...