Thomas Arrival

1.5K 87 4
                                    

Kesadaran mulai menjalari tubuh Thomas. Matanya pelan-pelan terbuka hanya untuk mendapati dirinya sedang berada pada sebuah lift barang yang berkarat. Lift itu bergerak dengan kecepatan gila ke arah atas. Kegelapan yang pekat membuat kepanikannya semakin menjadi. Tubuhnya terhempas kesegala arah karena hentakan dari kecepatan lift. Untuk orang yang baru saja sadar tentunya itu bukan pengalaman yang menyenangkan. Sangat mengesankan.

" Tolong aku!!" Jeritnya. Hanya suara gema tak jelas yang menjawab teriakan minta tolongnya.

Dengan bunyi klang yang keras lift itu pun berhenti. Napasnya memburu. Panik serta takut merajam hingga ke sekujur tubuh Thomas. Sekonyong-konyongnya pintu bagian atas lift terbuka. Cahaya matahari yang menyilaukan membutakan mata Thomas. Menggunakan tangan kanannya menghalau sinar hangat itu mengenai wajah dan matanya. Suara gaduh dari bayang-bayang yang tampak berdiri mengelilingi pintu lift membuat rasa takut semakin meremas jantungnya. Fokus matanya mulai kembali. Bayang-bayang yang mengelilinginya terlihat jelas. Semuanya anak laki-laki. Umur mereka sekitar 15 sampai 18 tahun. Masih remaja, pikirnya.

Seutas tali yang ujungnya diikat melingkar dilemparkan ke arah bawah. Lalu tanpa aba-aba dirinya masuk ke lingkaran kemudian menggerakkan kakinya ke dinding dengan tumpuan tali hingga berhasil naik ke atas. Thomas memicingkan matanya untuk mempertajam penglihatan melihat sekelilingnya.

"Senang bertemu denganmu, bocah ingusan," ujarnya seorang anak laki-laki bertubuh besar dengan nada sedikit mencemooh. Seringai jahat tersungging di bibirnya dan alis panjangnya semakin meninggi. "Selamat datang di Glade."

Setelah atraksi larinya yang diakhiri dengan tersungkur tentu dia mendapat sedikit masalah sehingga merasa perlu dimasukkan dalam kurungan. Pemimpin mereka yang bernama Alby mengeluarkannya dan membriefingnya tentang aturan yang ada di glade. Disebelah anak laki-laki tertua berkulit hitam itu berdiri seorang anak laki-laki pirang yang langsung bisa diketahui sebagai wakilnya.

Pidato Alby usai dengan nada mengancam yang sukses. Si pirang mengambil alih tour dan Alby pun meninggalkan mereka berdua.

"Namaku Newt. Salam kenal greenie" sapanya memperkenalkan diri dengan ekspresi paling tulus dari semua pasang wajah yang pernah dilihatnya selama menginjakkan kaki di glade.

Newt resmi menjadi mentor dan pemandunya selama di glade.

Beberapa jam dari kedatangannya, Thomas berkeliling di Glade. Hamparan tanah hijau yang dikelilingi tembok raksasa maze. Sebagian besar bisa menerima kehadirannya. Bagi mereka kedatangannya tak lebih dari sekedar penghuni baru atau disebut greenie.

Semua terkesan aneh dan tidak biasa. Tentu saja. Hal apa yang bisa dianggap normal dengan tinggal dikelilingi tembok raksasa yang setiap malam bergerak dan berubah. Belum lagi suara raungan makhluk mengerikan bernama griever melengkapi segenap keanehannya. Hidupmu tidak bisa lebih mengesankan lagi bukan? Pikir Thomas.

Usai tour berkeliling glade dengan Newt, Thomas dialihkan dengan seorang anak bernama Chuck. Thomas menoleh ke sebelahnya. Menatap anak kecil gempal yang sedang berusaha keras menarik tali pengikat kantung tidur berwarna cokelat. Namanya Chuck. Chuck akan menjadi teman yang berada disamping Thomas saat tidur di wisma nanti.

Chuck anak kecil berumur sekitar 12-13 tahun yang bertubuh gemuk. Tidak terlalu tinggi dan berambut keriting agak kemerahan. Anaknya cukup asik pikir Thomas. Dia yang membantu Thomas membuat tempat tidur dan menjelaskan beberapa hal terkait rutinitas sehari-hari.

"Kau sudah tentu tahu dari Newt soal glade. Disini ada ladang, rumah darah, wisma dan pemakaman di hutan sana. Dan..bla..bla..".

Thomas tidak mendengarkan apa-apa yang diulangi oleh Chuck yang mengoreksi pengetahuannya tentang glade. Dia lebih tertarik memandangi tembok raksasa yang mengelilingi glade. Para pelari baru saja tiba dari dalam labirin dengan napas terengah-engah dan langsung memasuki glade.

Entah mengapa dirinya sangat penasaran dengan tembok berbalut sulur tanaman ivy itu. Dia merasa tak asing dan muncul panggilan tersendiri untuk memasukinya. Menjelajah dan mencari tahu segalanya. Kepalanya mungkin sudah gila dengan memiliki pemikiran bahwa satu-satunya cara agar bisa membuatnya puas adalah mencari jawaban dari semua pertanyaan yang menggeliat dalam pikirannya.

Dari arah jam 2 dia lihat sepasang mata tajam menatapnya dengan alis mengerut saling bertautan. Dari awal kedatangannya memang anak ini sepertinha tidak senang. Bahkan terkesan marah. Apa masalah anak ini dengannya. Pikir Thomas heran.

Satu hal yang Thomas sangat yakin. Gally tidak menyukainya. Coret. Dia membencinya. Gally adalah glader bertubuh jangkung dengan postur besar. Wajahnya penuh seringai jahat yang cukup membuat Thomas kehilangan selera bertanya jika dia ada di dekatnya. Dan dia memang merasa butuh plester untuk menutup mulutnya.

Malam pun tiba. Begitu banyak pertanyaan menggelayut dalam benaknya. Belum ada jawaban dan membuatnya lelah karena terus memikirkannya sepanjang hari. Rasa kantuk pun menang dan menguasai kesadarannya. Thomas tertidur dengan mimpi yang sangat janggal.

Thomas merasa seperti tenggelam dalam air. Muncul wajah seorang anak perempuan yang kira-kira seumuran dengannya. Rambutnya hitam panjang. Bergelombang. Menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Muncul satu wanita dewasa lainnya. Wanita itu berambut pirang dan mengenakan jas lab berwarna putih.

"Semuanya akan berubah, Thomas. Semuanya akan berubah..".

Kalimat itu terus berulang berbisik dalam kepalanya. Thomas tersentak bangun. Suara apa itu? Apakah itu suara anak perempuan dalam mimpinya? Pikir Thomas. Dia kenal anak perempuan itu tapi tidak mampu mengingat nama, siapa dan dimana ia bertemu dengannya.

Secret Trial: Life To Be Killed (The Maze Runner)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang