A Sacrifice To Save You

708 57 32
                                    

Thomas bersama yang lain sampai di sebuah kota. Untuk bisa menjangkau area pegunungan jarak tempuh yang harus dilalui masih cukup panjang. Rute tercepat adalah memotong jalan melewati kota tak berpenghuni ini. Jorge memacu mobil memasuki jalan utama. Dulunya kota ini pasti kota yang maju dan ramai penduduk. Tidak diragukan lagi. Terbukti dari banyaknya sisa departemen store dan toko-toko besar menghampar sepanjang jalan. Sisa kejayaannya masih terbayang dari arsitektur reruntuhan dan besar lampu neon papan reklame yang telah padam.

Mereka memasuki jantung kota. Tiba-tiba jalan mobil menjadi tersendat disusul suara mesin yang bergemuruh lalu mati. Jorge menstarter ulang mobil. Suara mesinnya menggeram kasar tapi gagal menyala. Jorge melihat spedometernya dan jarum pada takaran bahan bakar menunjuk pada batas empty. Penurunan pada status bahan bakarnya menukik drastis.

"Oh, sial. Spedometer bahan bakarnya rusak. Kita kehabisan bensin." Umpat Jorge. Turun dari mobil dan membuka tutup bensinnya. Dia memasukkan sebuah kawat seng ke tanki bensin.

"Bukankah bensinnya penuh saat kita pertama membawanya?". Tanya Thomas ikut turun dan menghampiri Jorge.

"Kelihatannya begitu tapi bisa juga tidak." Jawab Jorge menarik kawat seng yang ia masukkan dan menunjukkannya pada Thomas. Tidak ada bekas cairan bensin.

Newt dan Minho turun. Disusul Teresa dan Brenda.

"Kenapa berhenti?". Tanya Minho menghampiri Thomas dan Jorge. Bersama Newt.

"Apa yang terjadi?". Tanya Teresa menghampiri para laki-laki.

"Kita perlu mencari bahan bakar. Disebelah sana tadi aku melihat ada bekas pom bensin. Siapa tahu masih bisa kita gunakan." Jawab Jorge menunjuk ke jalan yang sudah dilewati.

"Pergi sendiri kelihatan kurang oke. Akan kutemani." Sahut Minho.

"Aku dan Helen perlu pakaian bersih. Di sana ada bekas departemen store. Kami akan kesana sambil menunggu kau dan Minho kembali." Ujar Brenda menunjuk dua gedung di sebelah kiri mobil.

"Aku ikut. Aku juga perlu jaket." Ujar Teresa yang hanya mengenakan kaus putih tanpa lengan dan celana panjang. Antisipasi untuk udara malam.

"Newt dan aku akan menemani mereka. Sekaligus mencari air." Sahut Thomas. Newt mengangguk setuju.

"Oke. Hati-hati. Jangan berpencar dan segera kembali begitu selesai. " Jawab Jorge mewanti-wanti.

Sesuai kesepakatan dua grup ini berangkat menuju tujuannya masing-masing. Aris, Frypan dan Cleo menunggu di mobil.

"Aku tidak suka kota ini. Seperti kota hantu." Keluh Frypan bersandar dikursi mobil.

"Setelah melihat monster di labirin dan para crank memangnya kau masih bisa takut dengan hantu?". Ujar Aris.

"Kalau aku lebih takut lagi melihat Janson tiba membawa segerombolan anak buahnya untuk membawa kita kembali ke wicked." Sahut Cleo. Keduanya mengangguk setuju.

Jorge dan Minho berjalan lurus menelusuri jalan utama dan berbelok ke kiri pada persimpangan. Suasana kota yang sepi tak berpenghuni menekan syaraf takut mereka dan meningkatkan kewaspadaan ke level yang tertinggi. Jorge terlihat tenang. Dia sudah terbiasa dengan situasi buruk di scorch. Lain halnya dengan Minho. Baginya dunia luar penuh kejutan tak terduga. Mata pemuda itu tidak henti-hentinya mengawasi kanan dan kiri. Gerakan sekecil apapun akan memancing reflek tubuhnya ke posisi melawan.

Jorge paham ketakutan Minho. Serangan crank atau sergapan anak buah Janson akan sama buruknya. Dia memberikan signal pada Minho agar mempercepat langkah mereka. Tujuan mereka ada diujung jalan. Ditunjang kaki jenjang yang terlatih, mereka tiba dalam waktu tak sampai lima belas menit.

Secret Trial: Life To Be Killed (The Maze Runner)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang