~ Sebab akibat ~
Sebuah akibat pasti ada penyebabnya... Bagaikan asap di jalan raya, pasti ada RX King yang lewat...
Diagnosis dokter tentang kanker-ku tentu aja bikin geger se keluarga, khusunya aku yang ngalamin itu sendiri. Sebenarnya kami memiliki riwayat keluarga yang juga pernah kanker, yaitu Oma (Alm)... Oma alias Ibunya-nya Mamaku, sakit kanker enam tahun lalu, bedanya beliau terkena kanker Paru-paru akibat kebiasaan buruknya yang suka merokok. Hingga akhirnya sakit yang diderita Oma membuat beliau harus Pulang ke Sorga, beliau sembuh dengan tenang dan damai bersama Tuhan. Ya sudahlah, memang begitu jalan yang harus ditempuh Oma, Tuhan mungkin lebih sayang ke Oma dibandingkan kami anak cucunya.
Awalnya orang rumah tak percaya dengan diagnosis dokter, satu Minggu sebelum diagnosis itu terbit aku masih sehat walafiat dan masih ongkang-ongkang kaki sambil sebat Marlboro kesukaan sewaktu ngedengerin Bu Dosen nerangin materi perkuliahan online karena waktu itu kami para mahasiswa akan melakukan ujian akhir semester, jadi dosen ngepush materi se kehendaknya.
Tiga hari sebelum diagnosis itu terbit, aku berencana kembali ke Jogja, kota dimana aku kuliah. Aku berencana tes PCR sebagai jaga-jaga jika ada portal idup yang jaga perbatasan di jaman PPKM ini. Aku ke Jogja sebenarnya biar tenang UAS karena bisa saling bantu ngerjain bareng temen. Tapi nahasnya pagi sebelum ke rumah sakit, aku malah sakit kepala yang rasanya seperti anda ketiban kelapa... Intinya sakit banget, saking sakitnya sampai bikin mimisan, muntah parah dan susah untuk jalan. Ya kami kira itu cuma masuk angin, Mama pun ngerokin punggungku untuk menetralisir masuk anginku ini... Itu berhasil, pusing yang semula sakit banget, jadi agak mendingan.
Setelah sarapan, aku memutuskan untuk ke rumah sakit, selain untuk PCR, disana juga ada Doi, yang lagi tugas praktek keperawatan. Ya sekalian ketemuan lah....
Tapi, keluhan waktu pagi kembali lagi, di jalan, kali ini frekuensi mimisan semakin parah, sampai bikin masker yang ku pake jadi merah di area hidup dan mulutnya. Untung aja bisa selamat sampai tujuan, padahal aku lagi memacu Si Kijang Innova Dono di jalanan. Niat hati mau test PCR, aku langsung bergegas ke dokter umum untuk memastikan apa yang terjadi padaku... Seperti kebanyakan dokter, mereka memeriksa dengan stetoskop Kramat mereka, namun masih belum ada jawaban... Awalnya mereka minta aku PCR untuk memastikan aku gak sakit Covid, tapi aku ceritain kalau setahun lalu aku pernah covid, hingga akhirnya keputusan CT scan pun dilakukan, karena mereka mencurigai ada yang gak beres di dalam kepalaku. Beberapa hari kemudian, hasil yang wadidaw pun muncul... Prediksi dokter pun benar, sambil ngeliatin hasil CT scannya, dokter menjelaskan kalau aku positif kanker... Ngedenger itu, aku langsung gak bisa ngomong apa-apa... Cuma bisa ngelamun sambil mikir yang gak-gak Sampai gak sadar pandangan mata gelap dan aku gak tau apa yang terjadi setelahnya, yang aku tau pas bangun semuanya udah berubah, yang tadinya di ruang dokter malah jadi di kamar ICU dengan beberapa alat bantu kehidupan yang udah nancep di tubuh... Entah lah, alat apa aja, yang jelas cukup banyak. Selain itu Mama juga ada, padahal waktu otw rumah sakit Mama lagi sibuk kerja. Katanya aku pingsan, jadi aku harus jalani perawatan, bukan karena pingsannya sih, tapi memang aku harus dalam pengawasan dokter saat tau diagnosis kankerku yang sudah di level stadium tiga.
Gejala awal seperti sakit kepala, muntah dkk kembali lagi... Malah lebih parah, sialnya moment ini bertepatan sewaktu UAS dihelat, alhasil yang ngerjain UAS si Doi yang sebenarnya lagi sibuk praktikum keperawatan, dapat di pastikan nilaiku ancur semua... Karena matkul psikologi industri harus di kerjain sama anak keperawatan.... Dua hari berselang, kondisi semakin baikan, aku bisa stabil dan bisa ngerjain beberapa UAS sendiri ya walaupun gak full karena kondisi yang lagi gak proper untuk mikir. Selain itu aku di hantui rasa khawatir karena takut umurku akan berakhir di rumah sakit.
Rasa khawatir ketika tau anak pertamanya kena kanker juga muncul dari benak Mama... Dia masih teringat betul kejadian yang membuat kami terpukul ketika Oma sakit karena kanker. Mama takut aku mengikuti jejak Oma dan menyusulnya dalam kondisi yang serupa. Wajarlah, Mama sangat kehilangan Ibunya, dan mungkin takut aku pergi juga, seperti Mama sayang kalau aku harus pergi di saat bayaran kuliahku lagi gede-gedenya dan gak mau rugi karena gak balik modal...🤭
Sebenarnya, gejala pusing ini gak terjadi kemarin doang, ras sering pusing ini sering terjadi sejak awal masuk kuliah... Rasa pusing ini aku malah anggap masalah sepele yang bisa di hilangkan dengan secangkir kopi dan beberapa barang rokok di burjo dekat kost. Mungkin kebiasaan itu penyebab kanker ku yang sebenarnya karena melihat dari riwayat penyakit Oma yang kena kanker paru-paru karena rokok. Selain rokok, kebiasaan begadang juga berperan banyak, aku yang sedang enjoy berkuliah dengam harapan bisa ngepush nilai agar bisa jadi kebanggaan orangtua rela aku lakukan, kerja tugas sampai larut malam sampai lupa jam tidur, kalau libur malah nongkrong di rektorat kampus sambil bawa laptop, sebungkus rokok dan dua botol Coca-Cola sampai pulang hampir Deket waktu subuh demi download film, game atau video yang menyenangkan. Kebiasaan buruk ini semakin parah waktu aku bergabung di bisnis MLM, bisnis yang banyak nguras pikiran... Ya memang hasilnya sebanding tapi efek sampingnya luar biasa... Selain bikin kuliah ambyar, frekuensi pusingku semakin sering dan temen se kost sering jadi targetku untuk jadi tukang kerokin punggung yang konon katanya itu masuk angin.
Organisasi juga termasuk salah satu penyumbang... Kebiasaan kami yang suka nongkrong sampai pagi sambil ngopi, rokoan dan makan makanan yang jauh dari kata sehat. Ya mana ada hidup sehat di kamus seorang anak kost, bukannya sombong, penghasilan dari jualan suplemen MLM sudah bisa membiayai kuliah tanpa TF dari orangtua... Bahkan itu bisa ku buat investasi di beberapa platform investasi. Tapi tetap saja aku terbiasa hidup sederhana layak nya anak kost sejati, tak tau kalau resiko penyakit kardiovaskular siap membuatku mati... Teguran berupa terbaring tiga hari di kost akibat tipes pun masih kurang membuat ku sadar... Hingga akhirnya, 14 Juli 2021 RS Imanuel Bandung menjadi saksi betapa bodohnya perilaku hidupku di masa lalu, dan kini aku harus menerima konsekuensinya sebagai penderita kanker otak. Bukan salah organisasi atau MLM-nya, tapi salahku sendiri yang gak peka sama kondisi tubuh sendiri.
Siapa yang menuai dialah yang akan memetik hasilnya
~To be continued~