PART 9

254 15 8
                                    

~hidup baru~

September, bulan ini menjadi bulan penuh pengharapan bagiku, aku sangat-sangat berharap agar tak ada kejutan buruk yang menimpaku seperti di bulan Juli dan Agustus. Doa dan harapan senantiasa aku panjatkan agar kondisiku dapat terkendali sampai aku bisa stabil.

Kepulangan aku dari rumah sakit ke rumah menjadi titik awal aku untuk selalu menjaga diriku supaya aku tidak lagi nginep di rumah sakit, kembali pun hanya sekedar Kemoterapi aja, jangan lebih. Hal yang membuat pusing aku hindari, walaupun aku memiliki beberapa tanggung jawab seperti kuliah online yang mulai jalan lagi di bulan ini, dan perusahaan jasa derek rintisan yang lagi di titik jenuhnya. Aku berusaha untuk menghiraukan itu dulu dan melakukan aktifitas yang aku suka.

Aku melakukan itu bukannya lepas tanggung jawab, tapi aku belajar dari pengalaman bulan lalu, ketika aku terlalu ngurusin bisnis aku langsung drop, ditambah kecapean akibat keluyuran ke sekeliling Bandung. Ya efeknya aku harus ngerasain beberapa rasa sakit yang wadidaw, sampai-sampai morfin turun tangan saking sakitnya. Setidaknya sampai kondisiku cukup bagus untuk ngurusin masalah berat. Lagi-lagi mungkin karena aku Kanker otak gak boleh terlalu bikin capek otak.

Ya dengan baca buku, nulis di wattpad, dan main musik seenggaknya bisa ngehidarin aku dari hal-hal yang bikin pusing. Ortu juga jadi agak slow ke diriku. Sebelum aku kanker, yang namanya anak sulung, apapun kesalahan adek pasti kakaknya yang disalahin, apalagi sistem didikan papa yang ala-ala militer membuat setiap hari tegang, mau kesalahan kecil atau gede, dia pasti bakal dia pasti marah. Tapi sekarang ini aku jadi kangen dimarahin papa mama. Aku juga jadi gak pernah lagi ngeliat tingkah aneh-aneh yang bikin emosi dari adek-adekku semua seperti di rancang buat bersikap baik di depanku. Aku rasa berlebihan sih, tapi seenggaknya aku gak bakal lagi kepancing emosi karena terus jadi objek pelampiasan emosi orang tua karena kesalahan adek.

Selain manajemen psikis, walaupun udah di rumah, aku tetep aja dikasih makanan ala-ala rumah sakit, semuanya plain, gak ada vetsin atau yang enak-enak. Makan cuma sama nasi, daging rebus, sayur rebus dan minuman less sugar. Entah kenapa orang rumah ngasih makanan itu padaku, alhasil aku ngalamin hipoglikemia, alias kekurangan gula darah akibat diet ekstrim ala-ala rumah sakit, padahal waktu aku  di rawat makanan biasa aja, gak ada pantangan kecuali makanan yang mengandung lemak jenuh, vetsin, sama kolesterol. Mungkin Mama ngambil referensi dari menu makan Oma yang memang merupakan penderita diabetes, kesalahan itu ketauan waktu aku di tes kadar tekanan darah dan ini itu setiap pagi, karena memang aku harus rutin cek tekanan darah, kadar gula, oksigen dan segala macemnya untuk jaga-jaga. Nah dari situ ketauan kalau aku kekurangan gula darah yang bikin lemes.

Tau aku kurang darah, auto Mama langsung ganti menu makanan yang asalnya less sugar jadi full sugar, sampai setiap hari mama order donat madu untuk menstabilkan gula darah. Ada-ada aja memang, yah inilah hidup baruku yang wadidaw. Dari asalnya EAP yang berambut panjang jadi EAP yang botak, dari EAP yang suka kelayapan, jadi EAP yang rumahan.

Is okay lah, jalani saja...

To be continued

Di Endors KankerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang