Chapter 5

1K 153 14
                                    

Lan Mingyu dengan pelan jalan menuju Pavilium Teratai Merah[1] untuk mengecek keadaan Shizun nya, Ia mendengar dari Xue Meng bahwa Chu Wanning sudah di obati dan sedang beristirahat di kediamannya.

[1]Pavilium Teratai Merah (红莲水榭, Hóng Lián Shuǐxiè) adalah kediaman dari Chu Wanning. Kediaman itu kerap dipanggil "Neraka Teratai Merah" dan "Pavilium Kaki Patah" oleh para murid.

Lan Mingyu membawa keranjang yang berisikan makanan untuk Chu Wanning. Sesampainya di depan gerbang Pavilium Teratai Merah, ia terdiam sejenak. Shizun sedang beristirahat, apa dia akan membuka pintu untuk tamu keluar masuk? Dia tidak yakin kalau Shizun nya akan menyambutnya dengan baik jika dia masuk tanpa izinnya, ia tahu bahwa ada tabir tak kasat mata yang mengelilingi Pavilium ini. Dengan itu Shizun mengetahui siapa saja yang keluar masuk ke kediamannya.

Setelah beberapa saat ia terdiam disana, Lan Mingyu memutuskan untuk masuk ke dalam Pavilium Teratai Merah.

Ia dengan pelan berjalan memasuki bangunan yang berada di hadapannya ini dan menyusuri lorong tersebut. Hingga ia berhenti di depan pintu yang merupakan pintu kamar dari Chu Wanning.

Lan Mingyu dengan pelan mengetuk pintu tersebut, "Shizun, ini Lan Hui... apa saya boleh masuk?"

Tidak ada balasan dari dalam untuk beberapa saat, hanya ada suara gesekan kain dari pakaian Chu Wanning... sepertinya dia sedang bangkit dari posisi baringannya.

"Masuklah."

Suaranya terdengar lebih pelan dari sebelumnya, tidak seperti saat dia berada di Aula Langit Cerah. Setelah mendapatkan dari Chu Wanning, Lan Mingyu masuk ke dalam kamarnya... tidak lupa untuk menutupnya kembali pintunya setelah masuk ke dalam ruangan tersebut.

Chu Wanning duduk di tepi kasurnya, mengenakan pakaian tidurnya. Lan Mingyu menaruh keranjang berisikan makanan diatas meja yang tidak jauh dari kasurnya Chu Wanning.

Kamarnya Chu Wanning bisa dibilang berantakan dengan alat-alat dan benda tajam, bahkan kasurnya juga dipenuhi dengan benda tajam. Ini bukan pertama kalinya Lan Mingyu mengunjungi kediaman milik Shizun nya, jadi dia sudah terbiasa dengan pemandangan yang seperti ini di hadapannya.

Lan Mingyu mulai menata makan malamnya Chu Wanning diatas meja, "Murid ini bawakan Shizun makanan... Lebih baik Shizun mengisi perut Shizun terlebih dahulu. Saya juga membawakan susu kedelai dan kue osmanthus untuk Shizun."

Muridnya yang satu ini sangat mengetahui apa yang disukai oleh Chu Wanning. Dan mungkin hanya satu-satunya yang beneran menjaganya dari memperhatikan pola makannya, kesehatan, dan sebagainya—selain dari ketua Sekte SiSheng Peak, Xue Zhengyong.

Chu Wanning memperhatikan terus gerak gerik dari muridnya yang sedang menyiapkan makan malamnya itu; Lan Mingyu, ia memiliki wajah yang indah, kulit halus dan putih, bulu mata yang lentik, iris yang berwarna emas, bibir merah yang tipis. Lan Mingyu dapat diibaratkan oleh batu giok yang mahal.

Chu Wanning tahu bahwa tindakan ini tidaklah benar, ia adalah seorang guru sedangkan pemuda yang dihadapannya ini adalah muridnya... ditambah lagi tidak hanya pemuda ini yang Chu Wanning menaruh perasaannya, tapi ada satu lagi.

"Shizun..."

Chu Wanning berhenti makan dan melihat kearah muridnya yang sedang membereskan kekacauan yang ada di kamarnya itu.

"Murid ini... ingin meminta persetujuan dari Shizun untuk pergi ke Cang Qiong Mountain."

Chu Wanning terdiam bentar dan menatap kearah Lan Mingyu, ia tahu betul ada alasan bahwa muridnya ini sering membawa pulang buku ataupun gulungan—Lan Mingyu ingin mencari jalan pulang ke kampung halamannya. Tentunya Chu Wanning pernah mendengar tentang tempat yang bernama Cang Qiong Mountain ini, hanya saja dia tidak pernah berkunjung ke sana. "Berapa hari?"

"Jika menggunakan pedang, dalam dua hari sudah sampai disana."

Chu Wanning belum mengatakan apa pun, tapi Lan Mingyu kembali membuka suaranya. "Saya akan berangkat setelah ulang tahunnya Tuan Muda."

Chu Wanning tahu bahwa ia tidak bisa menghentikan pemuda di depannya ini, maka dari itu ia menyetujuinya.

.

.

.

Keesokan harinya, kabar Chu Wanning yang dihukum sudah menyebar ke seluruh SiSheng Peak. Banyak murid dari penatua lain yang bergosip tentang dihukumnya Chu Wanning, dan tentunya akan dilebih-lebihkan oleh mereka. Lan Mingyu keluar dari kamarnya sambil merapikan ikata rambutnya pun disambut oleh Mo Ran dan Xue Meng yang sedang beribut. Xue Meng mendengar gosip-gosip itu dan membuat emosinya meningkat, karena dia tidak bisa melampiaskan emosinya ke orang lain maka dari itu dia melampiaskannya ke Mo Ran.

Xue Meng menggerutu, "Pagi adalah waktu terpenting dalam sehari, apa yang kau lakukan muncul sebagai anjing kampung yang malas hari ini. Apkah ini yang diajarkan oleh Shizun padamu?"

"Hah?"

Mata Mo Ran berair dan ia pun menguap lagi, "Xue Meng, apakah kau sedang bosan? Apa yang diajarkan Shizun adalah urusanku. Jangan lupa saya adalah kakak sepupumu, tunjukkan sedikit hormat, dasar anak manja!"

Xue Meng berkata sengit, "Kakak sepupuku adalah seekor anjing, baiklah jika kamu memaksa!"

Mo Ran tertawa, "Kamu sangat nakal, berkata kasar pada saudaramu. Jika Shizun tahu pasti dia akan kecewa."

"Kamu masih berani menyebut Shizun! Sekarang kutanya, mengapa kau tidak menghentikannya kemarin ketika dia pergi ke pengadilan?"

"Meng Meng, Shizun yang kamu bicarakan itu, adalah Yuheng Langit Malam, Beidou abadi, saya ingin melihatmu menghentikannya."

Kemarahan Xue Meng meledak, dengan alis yang bertaut dia menarik pedangnya, "Kau panggil saya apa?!"

Mo Ran menyeringai, "Meng Meng, jadilah anak baik, ayo duduk."

Xue Meng menggeram, "Mo Weiyu, saya akan membunuhmu!!!"

Shi Mei lagi-lagi terjepit diantara keduanya, mendengar pertengkaran harian mereka dan hanya bisa mengela nafas sambil memijat dahi, berjuang untuk fokus pada buku yang sedang dibacanya.

Lan Mingyu mendekati mereka, "Apa yang kalian berdua lakukan?"

Mo Ran dan Xue Meng terdiam saat mendengar suara datar itu, dan saat mereka melihat kearah sumber suara itu mereka disambut oleh ekspresi datar milik Lan Mingyu.

Xue Meng memberi Lan Mingyu salam, "S.. Shixiong...."

Jika ada orang lain yang bisa menjinakkan Xue Meng selain Chu Wanning adalah Lan Mingyu itu sendiri. Xue Meng mengakui bahwa Lan Mingyu sangatlah kuat dan ia sangat kagum padanya, maka dari itu Lan Mingyu adalah orang kedua yang Xue Meng hormati setelah Chu Wanning.

"Tuan Muda, tolong menaruh pedangmu kembali ke sarungnya."

Xue Meng langsung menurutinya. Mo Ran yang melihatnya langsung memutar bola matanya dengan ringan, kemudian ia langsung memberi salam ke Lan Mingyu. "Selamat pagi Ge."

"Selamat pagi juga, Mo Ran." Ujar Lan Mingyu dengan senyuman tipis

Shi Mei yang sudah menghentikan kegiatan membacanya pun juga memberi salam kepada Lan Mingyu, "Shixiong, selamat pagi."

"Pagi juga, Mingjing."

Xue Meng menatap kearah Lan Mingyu, "Ngomong-ngomong Shixiong, semalam saya melihat kamu ke Aula MengPo..."

Mo Ran melihat kearah Lan Mingyu dengan tatapan heran, Gege nya malam-malam ke aula MengPo..? Apa dia kelaparan? Tidak seperti biasanya...

Shi Mei juga terheran-heran dengan mengapa Lan Mingyu pergi ke Aula MengPo

"Saya mengantarkan Shizun makan malamnya." Jawab Lan Mingyu

Ketiganya langsung terkejut dengan faktanya Lan Mingyu dengan selamat kembali dari Paviliuum Teratai Merah dengan keadaan utuh, bahkan terakhir kali saat Shi Mei mengunjungi Mo Ran bertugas untuk membersihkan kediamannya Chu Wanning dimarahi oleh pemiliknya habis-habisan.

"... Kalian terlalu berlebihan, Shizun itu manusia, bukan monster yang memakan manusia." Ujar Lan Mingyu saat melihat ekspresi yang tergambar di wajah mereka bertiga.

归家 (Home) !!VERY SLOW UPDATE¡¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang