7. Kau penuh teka-teki

240 35 1
                                    

Chimon sebenarnya merasa bersalah saat melihat Nanon yang pasti merasa lelah karena menggendongnya menaiki tiga puluh anak tangga.

Sesampainya di ruangan, Nanon menurunkan Chimon dan membantu pria cantik itu duduk di bangku depan.

Tentu saja Nanon kelelahan, terbukti dengan nafasnya yang tak karuan serta keringat yang mengalir di wajah tampannya. Meskipun berat badan Chimon tak seberapa, tapi karna naik tangga membuat tenaganya habis terkuras.

"Aku pergi." Ucap Nanon datar.

"Tunggu!" panggil Chimon sembari menarik tangan Nanon.

Chimon mengambil sapu tangan dari dalam sakunya dan kembali menarik Nanon agar menunduk kearahnya. Kemudian Chimon mengusap peluh di wajah Nanon sampai ke leher pria tinggi itu dengan lembut.

Nanon tersentak sesaat namun membiarkan Chimon mengusap wajahnya. Nanon memandang wajah Chimon yang sangat dekat dengannya itu.

Teman-teman sekelas Chimon yang ada diruangan itu memandang mereka dengan senyuman menggoda, baru kali ini Chimon yang orangnya agak angkuh dan sombong terlihat bermesraan dengan pria tampan se-Thailand??

"Maaf merepotkanmu" ujar Chimon setelah selesai dengan kegiatannya.

"Hn. Telepon aku bila sudah selesai."

"Baiklah."

Nanon berbalik dan beranjak. Namun ia berpapasan dengan seorang dosen di pintu.

"Nanon Korapat Kirdpan?" tegur sang dosen.

Nanon membungkukkan badannya, memberi hormat.

"Apa kabar, Prof. Ben.."

"Wah! Ternyata benar kau! Aku baik-baik saja. Senang bisa kembali melihatmu. Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya si dosen.

Mahasiswa yang ada di kelas tampak kasak kusuk bahkan Chimon sendiri sampai menatap Nanon beserta dosennya dengan tatapan bingungnya.

"Aku mengantarkan temanku, Prof..." Jawab Nanon sambil tersenyum ramah pada mantan dosennya.

'Teman?' Chimon mengernyitkan dahinya. 'Kami tidak pernah berteman!' tambahnya dalam hati.

"Teman? Kenapa harus sampai ke ruangan?" tanya dosen itu lagi.

"Dia sedang sakit, Prof..."

"Hahaha. Kurasa orang ini bukan hanya sekedar teman. Kekasihmu, eh? Aku penasaran siapa yang bisa menarik hati si jenius ini!" Ben mengitari seluruh kelas.

"Yang mana kekasihmu?"

Seluruh mahasiswa secara serempak menunjuk Chimon. Yang ditunjuk hanya memandang heran pada seluruh penghuni kelas.

"Chimon Wachirawit Vihokratana? Wah wah! Ternyata kau memilih pria yang cantik tapi kurang pintar untuk menjadi kekasihmu ya. Dunia memang adil."

Seluruh kelas tak bisa menahan tawanya sedangkan Chimon memandang tajam pada sang dosen yang tak menghiraukan tatapannya.

'Ini namanya penghinaan!!!!!!' , jerit Chimon tak terima.

Nanon sendiri hanya menarik sudut bibirnya.

Ben kemudian menarik Nanon ke tengah kelas.

"Perkenalkan. Ini adalah senior kalian. Mahasiswa jenius kebanggaan di kampus ini. Nanon Korapat Kirdpan."

Seluruh kelas kecuali Chimon bertepuk tangan. Pria cantik itu memandang penuh rasa penasaran pada si marga Kirdpan itu.

Kemudian seorang mahasiswa mengangkat tangan.

I love you my mentor (NaMon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang