12. Hati yang retak

272 38 5
                                    

Nanon Korapat memandang datar sahabat Prachaya-nya yang sedang membukakan pintu untuk Chimon. Mereka saat ini ada di parkiran apartemen Singto. Chimon terlihat malu-malu melihat kegentle'lan Singto dan itu membuatnya tidak suka. Nanon pun memasuki mobilnya dan mengklakson satu kali untuk kemudian menjalankan mobilnya.

Singto membalas klaksonan-nya dan mengikuti mobil Nanon keluar dari area itu.

Di pertigaan, mereka berpisah. Singto menuju arah Universitas Bangkok, tempat Chimon menuntut ilmu. sedangkan Nanon berhenti sepuluh meter dari pertigaan.

Nanon mendapati dirinya memukul stir entah kenapa. Membayangkan Chimon akan menyukai Singto membuatnya marah. Dia sudah bersahabat dengan Singto dan Tawan lebih dari sepuluh tahun. Dan Singto adalah playboy dengan pesona yang tak bisa di tampik oleh wanita maupun pria imut manapun dengan usia berapapun. Kemungkinan besar Chimon akan jatuh dalam jurus maut Singto.

Setahu Nanon, belum ada wanita ataupun pria yang bisa menolak pesona Singto Prachaya kecuali seseorang. Apa Chimon akan menjadi mangsa Singto selanjutnya.

Pemikiran itu membuat Nanon memutar mobilnya menuju Universitas Bangkok. Ia menjaga jaraknya dari mobil Singto yang tak jauh di depannya.

Ketika mobil Singto memasuki gerbang, Nanon menghentikan mobilnya di depan gerbang. Sekali lagi Singto menambah nilai plus dengan membukakan pintu untuk Chimon. Dari jarak itu ia bisa melihat keduanya tersenyum dan Singto yang mengacak rambut Chimon.

Lihat? Mereka sudah melakukan skinship. Nanon saja tak pernah melakukan itu.

Nanon membuang mukanya, tak tahan, dia pun menjalankan mobilnya, belum ada seratus meter, Singto menghubunginya.

"Halo," sahutnya malas.

"Kenapa kau mengikutiku?"

'Eh? Apa tadi Singto melihatnya?' , batinnya was-was.

"Aku tidak,"

"Tch! Aku melihat mobilmu jadi jangan mengelak. Apa kau khawatir kalau Chimon akan jatuh pada pesonaku, Korapat?"

"Sebaiknya kita cepat ke rumah sakit. Tawan membutuhkan kita."

Dan Nanon mengalihkan pembicaraan kemudian memutuskan sambungan sepihak. Ia yakin sahabatnya itu kini tengah tersenyum mengejeknya.

*

*

*

Nanon memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit, tak lama kemudian mobil Singto berhenti tepat di samping mobilnya. Pria Prachaya itu keluar dari mobilnya sambil mengangkat tangannya menyapa Nanon yang kelihatan kesal padanya, tapi Singto yang sifatnya hampir sama dengan Nanon hanya cuek saja.

Keduanya berjalan bersama menuju kamar tempat Tawan di rawat. Di dalam lift, mereka bertemu dengan New Thitipoom. Pria manis itu tersenyum pada Singto yang di balas anggukkan oleh pria tinggi itu.

"Lama tak berjumpa, Khun-Singto.." sapa New.

"Hn. Kau tidak berubah, masih cantik seperti biasa.." ujarnya merayu.

New tertawa kecil. "Menggoda pria atau wanita cantik setiap saat, kau juga tidak berubah, Khun-Singto" sahut New menyindir.

Singto mendengus kesal, Nanon menyeringai kecil.

"P'New barusan dari kamar Tawan??" Nanon memulai pertanyaan.

"Iya, Tawan sudah sadar. Dokter yang merawatnya baru mengatakannya padaku.. agar Tawan dipindahkan ke ruangan lainnya"

I love you my mentor (NaMon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang