"Princess aku ingin berbicara denganmu" ucap Ofi yang kini sudah berada di samping tempat tidur Princess.
Astaga, hampir saja Princess terjatuh dari samping kasur, biar kata Ofi sering kali memperlihatkan wujud'nya, tetap saja Princes terkejut jika hantu-hantu itu ada di hadapannya.
Princess bangkit, dan kini posisinya sudah duduk di sudut ranjang kamarnya.
"Bi-bicara apa? Inikan sudah malam, katanya kalian tidak akan mengganggu kalau aku sudah mau tidur?"
"Princess, aku hanya mau bertanya, kapan waktu liburmu tiba?"
"Hari minggu aku libur, kenapa memang?"
"Bantu sad ghost kembali ke alam'nya ya? Tenang saja, aku akan menemanimu"
"Untuk minggu sekarang aku mau pergi sama Nino, tapi aku janji minggu depan aku akan bantu mereka. Memang masalah apa hingga mereka masih ada di muka bumi ini?"
Ofi mulai menceritakan semua kejadian di masa sebelumnya.
Princess benar-benar tak menyangka, pantas saja jika hingga detik ini mereka masih juga gentayangan.
Sebenarnya Princess takut jika berurusan dengan manusia psikopat, ia tidak akan bisa berpergian sendirian, tapi siapa yang akan menemani'nya nanti?
Rasa khawatir mulai menyelimuti Princess, di sisi lain ia takut, namun di sisi lain ia juga kasihan pada komunitas sad ghost.
"Kamu tenang saja Princess, ada aku yang akan membantu dan menjagamu"
Meskipun Ofi mengatakan hal itu, tetap saja pada dasarnya Ofi bukanlah manusia. Ofi tidak akan terlihat dan akan di anggap angin lalu oleh manusia! Sejahat apapun hantu maupun jin, sesungguhnya yang lebih jahat dari mereka semua adalah manusia itu sendiri.
"A-aku bakalan bantu mereka" jawab Princess ragu.
"Terimakasih Princess, kamu memang anak yang baik. Akan aku umumkan hal ini pada mereka. Babayyyyy.."
Ofi sudah menghilang, sementara Princess masih termenung di tempat.
Ponsel Princess berdering, dan saat ia memeriksanya, ia tak mengenal siapa nomer yang menelfonnya.
Karna penasaran maka Princess memberanikan diri mengangkat sambungan telfonnya.
"Ha-hallo, maaf ini dengan siapa ya?"
"Gua depan rumah lu"
Tutt!
Telfon di matikan begitu saja setelah si penelfon memberikan isyarat bahwa ia berada di depan rumah Princess.
Buru-buru Princess bangkit dari tempat tidur, dan keluar dari kamarnya.
***
"KAK BARA?"
Bara tersenyum kecil melihat gadisnya akhirnya keluar pula dari kandang alias rumahnya.
Tanpa ba-bi-bu, Bara mengeluarkan benda kotak kecil yang entah Princess tidak tahu apa di dalamnya.
"Ini ap-apa?"
Bara membuka kotak kecil itu, dan rupanya isinya sebuah kalung cantik yang tak kalah cantiknya dari author.
Tanpa menunggu persetujuan apapun dari Princess, pria itu memakaikan kalung tersebut pada leher indah milik Princess.
Sangat cantik! Begitulah kira-kira hal yang menggambarkan sosok Princess saat ini. Kecantikannya semakin meningkat setelah memakai kalung pemberian dari Bara.
Bara mengusap pipi Princess, "Maaf" itu saja yang ia katakan. Kepalanya mulai menunduk menandakan bahwa pria itu tidak sanggup terus berada dalam keadaan berjauhan seperti ini dengan Princess.
"Kak Bara? Kak Bara nangis?" Princess mengangkat dagu Bara dan menatapnya serius.
Benar saja, pria itu menangis. Lalu detik kemudian memeluk Princess.
"Gua pergi bukan buat cari pengganti lu, gua pergi karna gua gak mau di jodohin sama orangtua gua!"
Princess tahu itu, namun tetap saja Bara bersalah karna dulu Bara tak mengabarkannya soal itu, bahkan tak jujur bahwa ada wanita lain yang akan di jodohkan orangtuanya untuknya.
Meskipun rasa kecewa Princess belum sepenuhnya hilang, tapi Princess bukanlah manusia yang jahat, ia akan tetap memaafkan dan kembali menerima Bara meskipun hanya sebatas hubungan pertemanan.
Perlahan Princess melepaskan pelukan Bara, "Princess mau jadi temen kak Bara"
"Temen?"
"Iya, gapapa kan kita temenan aja?"
"Kenapa harus temen?"
"Kalau kak Bara maunya jadi musuh yaudah!"
"Kenapa gak pacaran?"
DEGH!
Pertanyaan Bara membuat wajah Princess memanas. Bukannya ia tak mau, tapi sepertinya perasaannya untuk Bara pudar seiring berjalannya waktu, akibat dari sebuah kekecewaan yang terus meredam.
"Maaf, Princess...."
"Ada perasaan lain?"
"Bu-bukan.."
"Dan Nino orangnya?"
"Kak Bara, Princess dan Nino juga cuman teman. Nino gak pernah menuntut Princess harus jadi pacarnya, walaupun beberapakali Nino pernah ngajak Princess pacaran. Mungkin Princess terlalu nyaman menjomblo, jadi susah buat Princess nerima seseorang"
Bara terdiam.
"Kak Bara boleh kok temuin Princess kapan aja, tapi kak Bara gak boleh ribut sama Nino. Bukan karna Princess belain Nino, tapi Princess takut ketika lihat kalian bertengkar"
Bara tersenyum hambar. Ia melihat sisi dewasa dari Princess saat ini.
Lucu jika mengingat dulu, dimana gadisnya masih sangat mencintainya, namun keadaan kini telah merubah segalanya.
Baiklah Bara menerima keputusan itu, setidaknya meskipun hanya menjadi teman, yang terpenting bisa berdekatan kembali dengan Princess.
"Kalungnya cantik, makasih ya"
"Cantikan yang pake"
"Ish kak Bara!!! Ta-tapi kenapa gambarnya harus kupu-kupu?"
"Gapapa, lucu aja"
"Kak Bara masih dingin kaya dulu"
Buru-buru Bara memeluk kembali Princess, "Karna yang anget cuman pas meluk kamu"
Aw! Sial sekali, mengapa Bara yang bersikap sedingin ini menjadi buchien akut saat bersama Princess? Kan author jadi baper dan ingin pula di buchienin sama Manu Rios kesayangan author. HAHAHA.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAD GHOST GENERATION FIVE ✓
HorrorRupanya komunitas "SAD GHOST" tidak berakhir sampai pada ke-empat saja, mereka hadir kembali pada generasi berikutnya dengan nama pemeran sad ghost yang berbeda. "KAMI ADALAH, KAUM SAD GHOST GENERATION FIVE!" Princess melepaskan kedua telapak tanga...