Kau tidak tau apa yang tebaik untukmu. Beruntunglah jika ada seseorang yang memperhatikan mu.
+++
Bunyi sekecil apapun dapat didengar oleh Sean. Tapi cowok itu tetap tertidur pulas, tidak menghiraukan seseorang yang membuka pintu apartemennya. Barang kali Justin atau Elsa? Karena sudah sering kali dua orang seperti mereka masuk seenaknya tanpa peduli yang punya rumah.
Tapi jika itu Elsa mana mungkin kan? Kemarin malam cowok itu marah habis-habisan. Begitu kecewanya Sean terhadap cewek iku. Jika dia kemari sungguh tak tau diri.
Sean menarik selimut." Siapapun kau yang di sana jika seenaknya, sebentar lagi kau akan di seret petugas.!"
"Kau berani melakukan itu?" Suara lembut tertangkap Indra pendengaran Sean. Cowok itu membuka mata. Kantuknya hilang sekejap mata.
Sekejap bangun. Rambut berantakan tapi tetap wajahnya tampan." Mom?"
"Kenapa berantakan sekali tempat ini?" Rambut pirang bergerak bingung. Tumpukan baju selimut dan makanan camilan menjadi satu berserakan di segala arah.
Membawa kantung belanja. Wanita cantik dengan polesan bibir merah itu berjalan di dapur." Tidak kusangka kau tidak bisa jaga dirimu dengan baik. Apa kau bertengkar dengan Elsa?"
" Aku sudah tidak ada hubungan dengan dia?"
"Dan kau juga tidak berangkat ke sekolah?" Ibu Sean menatap tajam kearahnya. " Untuk apa aku membayar sekolah mu jika kau malas-malas san seperti ini? Kau kira ini drama? Oh tuhan!!"
Dengan dramatis." Kau mengomeli ku sejak dua tahun tidak pernah menemui ku?"
"Ya aku sungguh kecewa melihatmu menghambur-hamburkan uangku..?"wanita itu menggeleng dengan dramatis." Apa yang kau lakukan dengan menantuku? Dia bahkan tidak menjawab panggilan ku.? Apa kau bertengkar hingga menggila?"
" Bisakah mom tidak membahas Elsa? Ini masih pagi dan aku tidak sekolah karena aku tidak enak badan. "
Sungguh alasan yang bagus." Kenapa memangnya jika aku membahas menantuku sendiri? Dia yang selalu mengurus mu jika aku tidak ada bukan? Kau yang memintanya untuk putus?"
"Aku bukan bayi mu lagi yang seenaknya kau serahkan begitu saja kepada orang lain."
" Oh benarkah katakan itu pada keadaan rumahmu yang sekarang. Kau tidak bisa melakukan apapun tanpa Elsa!" Wanita itu membuka laci atas. Senyumnya penuh dengan ejekan." Kau bahkan mulai melakukan kebiasaan mu. Makan mie instan. Oh Elsa! Bisa apa Sean jika tanpamu.?"
"Jangan pedulikan aku. Kau bahkan tidak bisa mengurus ku..!"
Wanita itu berdecak anggun." Aku tentu saja mencari uang. Jika bukan aku siapa lagi? Kau saja masih duduk di bangku Sekolah. Pekerjaan ku diluar negara, aku tidak bisa mengawasi mu kecuali Elsa."
Itulah yang Sean benci dari ibunya. Selalu mengandalkan Elsa dalam hal yang menyangkut cowok itu.
"Aku datang dari New York selama bertahun-tahun tidak pernah mengunjungi mu. Dan setelah ku kunjungi inilah yang kulihat?"
"Kau tak bisa mengatur ku.?"
"Ya, aku bisa mengatur mu Sean. Karna dengan uang ku kau yang ku rawat dari kecebong sampai bisa sebesar ini."
Meolinia Enjeline seorang pianis cantik yang berasal dari New York selalu menyangkut pautkan apapun soal uang. Sosok orang tua single dengan penuh ambisi besar. Selalu mendidik Sean dengan cemoohan. Jiak dengan cara baik tidak bisa mengapa tidak?
"Lalu apa maumu?"
"Bawa menantu kesayangan ku kemari! Dan renungkan kebodohan mu! Kau selalu menyakiti Elsa sesuka hatimu.!"
Dengan tarikan nafas Sean membantah. Dia menjawab tidak ada lagi dan tidak ada hubungan apapun dengan gadis jelek itu.
Meolinia menggeleng.“ Jika itu terjadi kau akan di hapus dari kartu keluarga. Kau akan menjadi gelandangan.”
“ Aku tidak peduli.” masih ada Justin, Sean membatin.“Kau tidak bisa mencampuri urusan ku. Ini hidupku.”
“Aku bisa. Aku ibumu, kau akan jadi anak durhaka jika kau selalu membantah ku. Dan Justin anak ingusan itu aku akan menyeretnya jika dia berani mencampuri urusan keluarga ku.”
Sean menggeram. Bangamana bisa Meolinia tau isi pikirannya. Selama dua tahun tidak bertemu ibunya dan ketika datang langsung mengomelinya habis-habisan. Sungguh nasib sial. Jika bukan karena Elsa lalu apa?
+
+
±“ Lo dari pelajaran awal sampe akhir gak bisa fokus kenapa?” Lisa menyeloteh.
Elsa yang melamun tersentak. Cewek itu tersenyum.“ Elsa lagi mikirin soal teater. Perayaan sekolah kan sebentar lagi. Bikin dialong nya susah.”
“Lo di bagian bikin narasi?” mata Lisa berbinar. Elsa yang melihatnya mengangguk.“ Ya bagus! Gue kira Lo lagi mikirin mantan Lo.. dari tadi Lo gue lihat gak fokus."
“Mana ada.” Elsa tertawa dusta. Itu adalah kenyataan pahit. Sampai sekarang cewek itu memikirkan Sean yang menggendong Lea semalam. Rasa menyesak kan apa ini? Di ruangan kelas Elsa sungguh tak ingin berkaca-kaca.
Lisa terharu. Akhirnya setelah drama memuakan yang cewek itu lihat ahirnya lenyap dari bayang bayang Elsa. Ini sudah dua bulan dan Lisa tak melihat Sean dengan Elsa menunjukkan kedekatan untuk balikan.
Cewek itu menepuk punggung Elsa bangga. Elsa menoleh. “ Lo balik sama gue aja hari ini,kalau bisa juga setiap hari gak masalah. Tanpa dia Lo bakal bahagia, Lo masih ada gue juga kali.”
Elsa mengangguk. Cewek itu mengambil buku di kolong meja. Tatapan nya menjadi sendu. Tidak ada barang aneh seperti biasa disana. Tidak ada bunga, roti,ataupun note yang membuat tersenyum cerah.
Ini memang sudah keputusan nya. Memasukan buku di dalam tas Elsa berdiri. Melangkah beriringan menuju lorong kelas bersama Lisa.
Melewati teman yang menyapanya. Tersenyum seperti boneka sandiwara sudah seperti biasa baginya. Kemudian mendengar ocehan Lisa tentang cowok yang ditaksirnya. Tidak menyangka jika atlit renang itu akan membalas pesan chatnya.
Dengan binar senyum cerah. Lisa akan melakukan apapun agar bisa dekat dengan cowok idamanya. Barangkali jadi pacar mungkin Menjadi tujuan terbesar dalam masalah pubernya.
Sekali lagi Elsa hanya tersenyum. Seandainya saja dia bisa seperti itu dengan Sean maka betapa bahagianya dia. Menikmati masa remaja dimabuk asmara alih-alih bersandiwara senyum sepanjang perjalanan yang menyesakkan dada.
Elsa rindu cowok yang menatapnya tajam itu. Cewek itu menunduk melihat kedua sepatunya melangkah. Apa dia masih bisa mengejarnya? Mengejar dengan kaki kecilnya itu.
“El.” Lisa menyenggol lengan Elsa. “ Lo kenal tante itu nggak? dia ngeliat Lo tuh?”
Elsa menatap lurus tepat di gerbang sekolah cewek itu menatap seorang wanita berkacamata hitam dengan polesan bibir merah menatap kearahnya.
Dengan anggkuh berjalan lurus kearahnya.
“ Lo punya urusan apa sama itu Tante?” Lisa menyeletuk kagum. “ kayak artis aja dilihat dari sini aja cantik.”
“ Menantu?” tiba wanita itu di depan Elsa bergumam halus. Tas hitam mengkilap merek Gucci sungguhan atau kw itu terjatuh dengan indahnya. Tangannya melebar. Dengan perasaan rindu yang mendalam dipeluknya Elsa dengan erat.“ Mama sangat rindu kamu.”
“ Tante? ” bola mata Elsa bergetar. Wangi memabukkan dari tubuh yang memeluknya terasa begitu familiar. Bahkan sekian lama tak mencium aroma itu perasaan rindu tiba- hinggap pada hatinya.
“ Aku bukan orang asing bagimu. Aku ini ibumu.” begitu melepaskan pelukan. Bahkan meskipun tidak rela wanita itu tetap melakukannya. Dibukanya kacamata hitam itu. Lisa saja bedecak kagum melihatnya." Lama tak jumpa sayang. Kau tumbuh dengan sangat cantik."
+
+
+
+
KAMU SEDANG MEMBACA
My mantan
HumorApa jadinya jika dari sepuluh menit yang lalu seorang Sean yang sudah memecat Elsa sebagai pacar kini menyesali perbuatannya? dan bahkan sepuluh menit kedepannya ngebet pingin ngajak balikan. Meskipun dengan cara yang berbeda dari pandangan orang se...