8. Muslihat

22 5 0
                                    


***

"Lo sibuk gak?" di malam hari Justin mampir ke apartemennya.

Sean mengangkat kepala. Kedua tangan yang sedang asik memainkan game pada ponsel ia hentikan.

Cukup menarik saat melihat keadaan Justin saat ini. Setelah insiden  beberapa hari yang lalu cowok itu tampak biasa saja, menampilkan senyum seperti remaja normal lainnya.

Dengan kemeja kotak-kotak yang longgar nampak melekat pada tubuhnya, celana hitam pendek yang sangat couple dengan atasan tidak memperlihatkan kegalauan dalam diri Justin.

Tapi Sean lebih penasaran dengan isi otaknya. Otaknya yang sudah melakukan proses pensucian.

"Gak ada layanan tempat curhat...!"

"Gue merasa Lo bakal menyesal...!" Cowok itu duduk di sofa. Tangannya menyenggol tubuh Sean." Gue beneran butuh Lo sekarang!"

"Gue sibuk!"

Justin mengintip apa yang dilakukan Sean dengan layar ponsel. Cowok itu mencibir." Sibuk apa? Lo mau balikan sama Elsa dengan cara kayak gini doang? mana bisa!!"

"Maksud lo?" Sean lebih tertarik. Apalagi Justin membawa nama mantanya.

"Have fun...lo tau acara club." Justin cengengesan." Mencari seseorang yang lebih membutuhkan kita...!"

"Kita masih pelajar!!" Cowok itu menatap Justin datar."Gak ada untungnya gue balikan sama Elsa dengan cara norak yang ada di otak Lo.."

Sean ngegas di akhir kalimat.

"Persetan...sama peraturan sekolah .. gak sedikit teman anggota Osis gue yang taatin tinta di atas kertas..mungkin cuma mereka lihatin doang..?!" Justin mengeluh. Cowok itu mengepalkan tangan dan memukulnya di bahu Sean dengan pelan." Ini termasuk Lo minta perhatian sama Elsa..."

"Gue punya cara sendiri..!"

"Oh ya..? Dengan menunggu dan berharap kepastian?" Cowok itu duduk dengan tegak. Bulu lembut bergerak disela kedua kakinya. Ia tersenyum ketika ada anak Sean di sana." Cara lama menurut gue gak bakalan mempan lagi. Ingat! Elsa itu udah punya cowok.."

Sean terserang rasa kesal mengingat momen makan bersama ala-ala Elsa. Cowok itu melirik tajam Justin yang menggendong kucing dan meletakkannya di pangkuan."Gak usah urusin masalah gue! Urusin cewek Lo itu..!"

Justin menghentikan elusan pada kucing yang ada di pangkuan. Cowok itu muram." Dengan cara kayak gini mungkin gue bisa dapat perhatiannya! dia itu udah gak mau dengerin penjelasan gue. Kalau gini terus gue bakalan jadi sad boy."

Sedari kecil berteman dengan Justin, Cowok itu tau jika dari dulu temannya ini bukan tipikal cowok yang good boy. Semua itu hanyalah casing. Maka dari itu waktu Justin mencalonkan diri menjadi anggota Osis, Sean pikir cowok itu otaknya agak miring.

Lama waktu cukup berlalu Akhirnya dia mengerti jika Justin melakukan itu hanya semata untuk menarik perhatian.

Salah satunya dengan menjadi siswa teladan.

"Jus.." Sean menekan perkataannya." Lo itu gak capek kalau pake topeng setiap hari.."

Apartemen terasa dingin. Padahal Sean sudah mematikan AC dalam ruangan ini. Cowok itu menoleh ketika Justin menatapnya serius.

"Makanya itu kan cuma elo yang tau?" Justin berwajah datar. Untuk pertama  kalinya sejak bertahun-tahun silam Sean melihat raut itu lagi.

"Lo yakin cuma gue yang tau?" Sean enggan lagi melihat wajahnya. Layar ponselnya lebih menarik perhatian. Cowok itu mengendus." Lo gak cakep. Wajah Lo kayak algojo."

"Yang tau...?" Suaranya mengalun dingin." Bukan rahasia lagi kan? Karena anak Lo juga udah tau."

Sean menunduk cepat. Ponsel itu terlepas begitu saja ketika kucingnya mengeong keras. Cowok itu menepis lengan Justin kasar. Dan menyeret hewan itu di area ternyaman nya." Lo mau bunuh dia..?!!"

Sean tetap mempertahankan aura tajamnya ketika tiba-tiba Justin tersenyum lepas." Habisnya dia bikin gue gemes makanya gue tekan-tekan..!!"

Ini salahnya. Tidak seharusnya dia memancing badut yang menampilkan  senyum kebohongan seperti Joker itu. Sudah jelas kalau Justin sinting tetap saja Sean ngegas.

"Lo lakuin lagi. Gantian leher Lo yang gue tekan-tekan biar patah!!"

Justin si pria sinting itu malah tertawa kencang. Apalagi ketika Sean menarik kerahnya." Lo kelamaan gue makin bosan jadinya."

"Gue gak tertarik.." Sean menolak ajakan Justin. Tangan yang menempel di kerah baju Justin dia lepaskan dengan kasar.

"Gue sedih nih.." cowok itu cemberut. Sedangkan Sean tidak peduli ketika Justin sudah memakai topeng palsunya kembali." Tapi Lo mau gak mau harus donasi sama gue..!!"

"Lo mau apa?"

"Kunci mobil lo. Gue mau pinjam!!" Cowok itu berdiri. Karena sering bermain ditempat ini seenaknya saja Justin berjalan di dekat meja yang bersebelahan dengan sofa. Cowok itu menarik laci dibawanya dan mengambil benda yang diinginkannya di sana."Lo tau kan kalau mobil gue disita sama bokap."

"Lama-lama muka Lo bisa gue tonjok!!" Sean masih geram, jadi sedari tadi Justin mempermainkannya?

"Gue gak main-main mengingat Lo tempo hari main ke kedai senior..!! Bukan putus asa sama Elsa lo? Makanya gue berinisiatif ngajak Lo nge-club.. apa pikiran gue salah?"

"Pikiran gue gak sama kayak otak gesernya elo." Cowok itu mencoba menetralkan nafas. Ini pasti ulah teman gengnya Malka yang memberi tau Justin jika Sean berada di sana.

"Lo kalau mau gabung di sana gak perlu malu.." dengan senyum percaya diri Justin merentangkan kedua tangannya." Kedai senior dengan hati yang terbuka menerima Lo sebagai anggota."

Sinting. Sean memilih diam.

"Gak rugi kok jika Lo bisa jadi anggota ? Banyak pesan moral kalau Lo bisa join sama kami. Selain gosip tentang sekolah Lo juga bisa sharing tentang hubungan asmara." Ucap Justin melanjutkan.

"Terus kapan?"

"Join besok juga bisa.." ucap cowok itu penuh semangat.

"Gak. Maksud gue kapan Lo bisa pergi dari apartemen gue?" Setelah mendengar promosi dari Justin, cowok itu sangat yakin tidak akan tertarik untuk pergi kesana. Meskipun dia mengunjungi Justin di sana dan mengajaknya bersama untuk pulang sekolah. Sean ogah..

Justin menurunkan kedua tangannya. Kesal bukan main." Jadi kali ini gue sendiri lagi?"

Sean menghiraukan. Cowok itu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas karpet.

"Lo pergi aja nge-club sana!! Gak usah godain gue!!"

"Kalau ini berhubungan sama Elsa Lo gak keberatan?" Justin mencibir. Kalau seperti ini saja cowok itu yakin jika Sean akan join di kedai senior.

"Lo pergi sendiri gue gak tertarik. Elsa itu urusan gue. Kami bakal balikan.!!" Ucap Sean penuh keyakinan.

"Hmm... Sampai kapan?" Cowok itu melipat kedua tangannya menantang.

"Bukan urusan lo!!"

"Gue sama kelompok kedai senior bakal rame-rame nempeleng lo kalau gak bisa balikan sama Elsa!!"

"Maksud Lo!!" Sean geram. "Lo pikir ini sebuah permainan?"

"Bukan!" Ucap Justin tegas. Seperti mendapat hiburan baru cowok itu cukup puas dengan ide briliannya." Ini kesepakatan.!!"

***

Tbc.











My mantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang