23. Memperbaiki

3 3 0
                                    

Typo bertebaran~

*****

“ Gue gak nyangka bakal jadi jembatan kebucinan hubungan sesat kalian.” Justin mengeluh keberatan. Mengangkat sekantung plastik berisi Snack dan minuman lainnya.

“ Dari siapa? Sean.” Lisa berdecih tidak senang. Teresa Juga menyelonong dari belakang. “ Bukanya Sean udah punya pacar. Ngapain masih ngarep sama Elsa?”

“ Biar buat gue aja.” Lisa melotot ketika Teresa menyerobot mengambil kantung kresek berisi snack di tangan Justin. Lumayan bisa hemat uang jajan, lagipula dia malas ke kantin.“ Elsa juga makan bekal sepuasnya. Ya kan El?”

Teman tidak tau diri. Lisa mendesis ketika Elsa tersenyum dan mengangguk. Cewek itu merasa tidak punya dukungan.“ Jadi Lo udah balikan sama Sean El?”

Sudah tau jawabannya ketika Elsa hanya diam dan bersemu. Lisa tersenyum remeh.“ Gue gak percaya kalau Sean jilat ludah sendiri.” kemudian tatapannya mengarah ke Justin.

“ Hati mana ada yang tau.” cowok itu mengangkat alis. “ lagian gue udah pasrah sama hubungan mereka mau apa. Terserah yang penting mereka bahagia.”

“Tapi– ”Lisa menggigit bibir berpikir keras. Sean sialan. mau sejauh mana nanti cowok itu bakal menyakiti temannya. Apalagi mungkin cewek itu bakal pusing memikirkan ketika Elsa lagi dan lagi punya episode putus nyambung putus nyambung lagi. Ugh. Jadi eneg lagi dia.

Kemudian cewek itu menoleh ketika melihat Elsa menyentuh lengannya pelan menenangkan.“ Pokoknya kalau sampai cowok lo sakitin Lo lagi. Siap-siap aja buat gue bantai.”

Lisa juga tidak bisa menapik. Kejadian perkelahian antara Arga dan juga Sean di belakang gedung sekolah. Sean mencoba melindungi Elsa dari kegilaan si pembuat onar. Andai saja Lisa mendampingi Elsa pasti—cewek itu menggeleng tidak ingin memikirkan kejadian itu lagi. Atau lebih tepatnya tidak ingin mengingat kesedihan Elsa lagi.

“ Lisa memang yang terbaik.” Elsa tersenyum lebar. Lisa hanya mengibas tangannya acuh.

Teresa yang melihatnya mengerucut.“ gue juga bukan yang terbaik?” Elsa tertawa. Lisa hanya mencebik.

“ Teresa juga yang paling baik.” Tersesa tersenyum menaruh kantung yang berisi snack dari Sean. “ Aku gak mau ambil mending buat Elsa aja semua.”

Itu memang miliknya. Ucap Justin dan Lisa membatin. Sumpah Lisa berpikir dia waktu itu menemukan teman seperti Teresa itu di mana ya?

“ Buat barengan aja lagi pula banyak kok disini. Elsa juga bawa bekal banyak gak mungkin di habisin semua. Mending makannya rame-rame.” Cewek itu tersenyum. Menatap kearahnya Justin penuh harap juga. Mungkin memintanya untuk bergabung.

Cowok itu melihat Elsa. Justin Ahirnya hanya menggeleng. “ Gue gak ikut. Lo aja sama mereka. Gue masih ada urusan sama anggota Osis.”

Tugas mulia sudah terlaksana. Cowok itu hanya tidak ingin Sean terus merecoki dirinya. Awas saja nanti cowok itu bakal meminta hal lebih dari Sean. Justin tersenyum licik.

“ Lo ngapain?” Lisa melihat Justin aneh.“ gak usah senyum kayak Joker. Lo mikirin hal aneh ya tentang Elsa?”

Justin tersadar. Cowok itu menggeleng. Tidak menjawab pertanyaan Lisa, cowok itu malah menatap Elsa dan melambaikan tangan pelan. “ gue cabut. Baik-baik aja hubungan kalian. Jangan bikin orang lain tambah pusing.” kemudian melangkah pergi ke ruang kelas.

Elsa memiringkan kepala. Berpikir keras.“ maksud Justin apa?”

“ Maksudnya Lo harus makan banyak.” Jawab Teresa cepat. Kalau di jelaskan yang benar bisa nangis darah entar. Dari pada ribet. Cewek itu melihat Lisa meminta persetujuan. Tapi temannya hanya mengangkat bahu tidak peduli atau mungkin sudah lelah. Benar juga, mungkin Lisa  kelaparan seperti dirinya makanya dia tidak ingin ikut campur.“ mumpung makanan banyak gue juga mau habisin.”

Elsa hanya terkekeh polos.

****

“ Katanya Justin ada urusan. Makanya nitipin tugas ke Elsa. Kenapa Justin tau ya kalau Elsa pulang cepat mau ketemu Sean?” cewek itu menumpuk beberapa kaos. Kemudian dengan enteng mengangkatnya berjalan ke arah lemari. Dengan rapi meletakkannya di sana. Cewek itu merasa bangga.

“ Biar gue kerjain.” Sean hanya memperhatikannya. Selama di sekors lagi. Cowok itu hanya berdiam di rumah bermain game, menonton telivisi, memelihara Elsa—kucing peliharaan, dan melakukan hal-hal yang membuat bosan dirinya. Kedatangan Elsa sejenak membuat Sean berbunga-bunga karena sering juga Elsa kemari. Cowok itu juga sengaja membuat berantakan rumahnya agar lebih lama juga Elsa berdiam di apartemennya dalam arti merapikan kekacauannya lagi.

Haduh konyol sekali. Pasti Justin juga bakal bilang begitu.

Cowok itu mengambil ransel Elsa. Sean menunduk menatap gantungan ransel milik Elsa lama.“ Lo masih nyimpan benda ini?”

Elsa menghampiri Sean. Gantungan boneka panda yang lusuh. Dengan beberapa tambalan jahitan. “ itu pemberian Sean waktu pertama kita jadian gak mungkin Elsa buang benda berharga kayak gitu.”

Duh jadi meleleh kan? Seharusnya Sean tidak bertanya. Dengan hati-hati cowok itu menarik resleting tas. Takut rusak. “ bakal gue beliin yang baru.”

Elsa tersenyum. “ kenangan gak bisa di beli. Elsa juga masih suka.”

Sean tidak mendengar. Masih banyak waktu untuk memiliki kenangan manis bersama Elsa. Untuk apa terlalu terburu-buru.

Cowok meletakkan buku Justin di atas meja. Membuka juga lembaran bukunya. Cowok itu mulai menyalin tugas.

“Wah.. Sean mulai punya catatan juga.” mengintip tulisan tangan Sean yang seperti menyusun abjad keriting. Cewek itu menahan tawa.

“ Menurut Lo!” wajahnya mengerut aneh. Kupingnya mulai memerah malu. “ Gue harus belajar sebentar lagi semester. Gak banyak waktu.”

Elsa tersenyum sendu. Ini semua salahnya. Pihak dewan guru menghukum Sean dan Arga hukuman skorsing yang cukup lama sampai waktu semester tiba. Cowok itu bahkan hampir di keluarkan sekolah. masih ada Justin yang mengajukan permohonan. Elsa beruntung Sean memiliki teman seperti Justin. Sean sebagai pihak yang paling salah tidak bisa mengajukan keringanan karena sang wali murid masih tidak bisa mengunjungi terlalu sibuk dengan bisnis di luar negeri. Meolinia pasti geram dengan tingkah Sean. “ Biar Elsa bantu belajarnya. Apa yang buat gak ngerti Sean dengan materinya bisa tanya sama Elsa.”

“ Lo tetap disitu.” Sean meletakan telapak tangan di depan Elsa. Karena cowok itu melihat Elsa mulai duduk dan menggeser kearah sampingnya. Bukannya fokus belajar tenang. Cowok itu tidak ingin terus berdebar ketika terlalu berdekatan dengan Elsa.  Jantungnya tidak berdaya.

Sean saja tidak menatapnya lama. Soalnya pingin gigit aja lama-lama. Sungguh gila. Dia memikirkan apa sih.

“ kasih aja Erka makan. Dia belum makan tadi.”

“ Erka siapa Sean? Buat apa Elsa beri Erka makan? Elsa kan milik Sean. Elsa ngerawat Sean.”

Elsa berkedip cepat. Sean yang melihatnya kaget. Jantungnya saja hampir mengerut sampai kering.“ku-kucing gue kelaparan. Belum kasih makan.” ucap Sean berdusta. Biar saja Elsa —peliharannya menggemuk karena direcoki makanan berkali-kali.

“ Waktu itu namanya Emelard. Sean udah ganti lagi namanya.”

“Iya. terserah gue. Peliharaan punya gue.” kelupaan nama bohongannya sial. 

Elsa tertawa geli.“ Sean  juga gak mau makan? Sean mau sarapan apa nasi goreng atau apa?”

Cewek itu menyebutkan makanan kesukaan cowok itu. Sean mendesis. “ gue gak pilih-pilih terserah lo.” apapun asal Elsa bisa secepatnya menuju ke dapur. Tidak melihat wajahnya yang merah padam.

*****

TBC.


My mantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang