17. Kepastian

5 3 0
                                    

Typo bertebaran~

+++

Tidak buruk juga karena selama skorsing Sean akhirnya bisa rebahan alias menyatu dengan kasur, selain itu Elsa juga sering ke apartemen Sean. Gak menolak sama sekali ketika Elsa seenaknya mondar-mandir di apartemennya.

“ Elsa tadi bertemu sama Justin.” Sean enggan membuka mata ketika Elsa melenggang seenaknya. “ sekalian minta materi yang buat ngerjain tugas biar Sean gak ketinggalan.”

Kemudian seekor kucing menggeliat di bawah kaki. Dengan senyum mengembang Elsa menggendongnya. “ lama gak ketemu.” cewek itu mengelus bulunya pelan.

Kucing itu mengeong.“ apa kamu lapar.” kemudian binatang itu diletakkan di bawah meja. Terdapat wadah makanan kucing disana.

“ seatau Elsa terakhir kali makanan buat si kucing ada di rak dapur?” Elsa tetap mencari meskipun bingung.“ udah habis? Mau beli Elsa yang bakal beliin.”

“ Berisik.!” Sean membuka mata malas. Kakinya keluar perlahan dari selimut hangatnya. Dengan rambut acak-acakan pertanda masih belum mandi dari pagi, cowok itu berjalan menuju lemari pendingin.

“ Kenapa makanan si kucing ada di lemari es.” Elsa terbelalak. “ benar gak baik Sean.”

“ Gue tau selera El- Elmelad gue.” Sean acuh dengan nada sombong.

“ Bukannya waktu itu namanya Emily.” Elsa mengerjap kebingungan. Melihat Sean yang melotot gelisah kearahnya.“ si kucing kan perempuan.”

“ Udah gue ganti karena bosan. Lagi pula terserah gue yang punya gue.” cowok itu berkilah. Tidak tau kalau hatinya udah karaoke kalau ketahuan berbohong. Mulai dulu hingga sekarang namanya tetap Elsa dan akan terus begitu seterusnya karena Sean tidak bosan.

Cowok itu berbalik. Tidak menghiraukan Elsa yang tekikik. Sean berjongkok meletakkan sebagian makanan kucing itu dalam mangkok.

Elsa peliharaannya itu mengendus pelan, kemudian memakannya dalam diam. Sean tersenyum sombong.“ Lo liat peliharaan gue nurut gak pilih-pilih. Seleranya emang makanan dingin.”

“ Sejak kapan?” ucap Elsa berbinar. Cewek melangkah menuju tempat Sean berada. “ Elmelad unik ya.”

Cowok itu mengendus. Dengan malas tubuhnya terbaring di sofa di dekat meja. Udah biasa melihat antusiasnya Elsa. “ Nomong-ngomong soal makan. Kalau dari pagi Emelard belum makan kalau yang memelihara gimana?”

“ Bukan urusan Lo kan?”

“ Soalnya Elsa bawa bekal cukup banyak. Lisa gak makan bekal Elsa juga karena tadi ada urusan.” di Ahir kalimat cewek itu tampak lirih ketika berbicara.

Sean ingin menyela. Jika masih ada Rain juga kenapa tidak di bagikan kepadanya? Kemudian teringat kembali ketika cowok itu sudah menonjoknya habis-habisan. Sekarang mungkin masih di rumah. Tanpa sadar cowok itu tersenyum karena sudah membuat seni di Wajah pacar Elsa. Lagi pula seperti peliharaannya Sean belum makan sama sekali mulai dari pagi.“ Terserah lo.”

Senyum Elsa mengembang. Cewek itu membuka resleting tas dan meletakkan beberapa wadah dengan beberapa makanan yang berbeda. Ada juga apel yang seberti biasa di permak Elsa dalam bentuk kelinci buat cuci mulut katanya.“ Agar Sean kenyang.” Dan tidak lupa mengeluarkan beberapa buku bertuliskan nama Justin disana. “ Kalau udah bisa kerjain tugas. Kalau masih belum bisa Elsa bisa ngajarin.”

My mantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang