7. Putus Asa

30 7 0
                                    


Untukmu hati yang belum ku gapai adakalanya senyum mu tidaklah tulus.

Dia menggunakan hal itu sebagai pelarian semata karena jika tidak, mimpi buruk akan memakan hati yang telah terisi jiwa.

***


Untuk apa juga Sean melakukan hal yang menurutnya menggelikan sekali. Kenapa dia sampai berusaha maksimal hanya untuk gadis bodoh itu?

Rintik hujan mulai membasahi seragam yang dikenakannya. Sejenak cowok itu mengenang momen gemas Elsa dengan dirinya karena ulah cairan yang jatuh dari langit ini.

Berawal gara-gara momen inilah Sean harus sampai sejauh ini dengan Elsa. Mengingat hari itu dia semakin kesal.

Saat perjalanan pulang cowok itu tidak langsung menuju parkiran. Karena takut akan jatuh sakit dan tak ingin mengulang hal yang sama, Sean memilih berlari kecil.

Cowok itu berteduh, sesekali menggoyangkan rambutnya dengan satu tangan.

"Coba liat siapa yang datang?" Seseorang menyembul dari jendela." Lo habis putus cinta ya?"

"Lo lihat Justin?" Sean acuh terhadap perkataannya, cowok itu malah bertanya sebaliknya.

"Kalau Lo mau tau jawab dulu kata sandinya!?" Ucap cowok itu cengengesan.

"Gue cuma mau itu anak ada di hadapan gue sekarang!"

"Gak asik Lo!!" Cowok itu cemberut menyembunyikan kepalanya di dalam kedai.

Sementara Sean menunggu di atap kedai yang terkenal kalangan tongkrongan siswa, di sini bisa ngopi cantik tak lupa dengan Wi-Fi gratis. Kedai ini di bangun oleh sekumpulan senior terdahulu dengan bentuk apresiasi yang tinggi setelah mereka lulus.

Bahasa simpelnya tempat ini merupakan markas Boys talk.

"Orangnya gak mau!" Malka yang masuk tadi menyembul lagi lewat jendela."temen Lo kayaknya gak ketolong lagi!!"

Sean berjalan menepi."Biarin gue masuk!"

"Kata sandinya dulu bro..!" Malka mengacungkan jempolnya kebawah. Menurut dia apresiasi Sean dengan kedai ini sangatlah  kurang.

"Gak tau." Seingatnya tempat ini bukanlah hal yang memerlukan kata sandi untuk masuk sesuka hatinya." Ini kan tempat umum,"

Malka yang mendengarnya cemberut. Tangannya menjulur abstrak ."Tunggu!"

Sean yang hendak berjalan melihat seseorang  menghalaginya dengan satu lengan. Cowok itu mengendus dan menepisnya pelan." Lo gak tau gue udah kedinginan!!"

"Gue bakal peduli, kalau lo merhatikan gue!" Hujan semakin deras. Sean sedikit merapat, meskipun nyaring karena suara hujan  lebih kuat. Cowok itu masih mendengar Malka.

"Udah berapa banyak korban atas kelakuan lo ini." Sean merasa geli ketika Malka dengan kejahilannya hanya mengemis perhatian. Dia jadi ingat akan seseorang.

"Yang paling banyak sih junior." Ucap  Malka dengan suara lirih. Cowok  itu takut akan ada yang mendengarnya  dari dalam."Tapi gue jahil dengan batas normal ya?"

"Gue bukan junior lagi." Sean berjalan dengan enteng. Sudah melewati  Malka tiba-tiba kerahnya tertarik kebelakang. "Mau ngajak ribut?"

"Enggak." Malka merinding melihat tatapan Sean. Cowok  itu cengengesan. " Lo tunggu sini biar gue yang anterin!"

" Jangan lama! Nanti gue terobos nih!" Terserah lah asal dia bisa masuk dan menyeret Justin dari sini.

Malka tampak kesenangan. Cowok  itu sudah menghilang. Belum semenit sudah muncul dihadapanya.

My mantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang