18. Menempel

3 3 0
                                    


Sean mau balikan sama Elsa

Sean mau balikan sama Elsa

Sean mau balikan sama Elsa

Sean yang maksa Elsa buat balikan

Enak saja. Cowok itu membuka mata. Kepalanya pening luar biasa. Sean tidak bisa melupakan kalimat bayang-bayang yang menghantui pikirannya. Bahkan semenjak kalimat itu masa skorsingnya tidak bisa di nikmati dengan tenang. Cowok itu hanya tidur sekitar dua jam. Pikirannya sungguh rumit.

Kepalanya perlahan menoleh. Melihat jam weker di nakas. Ini bahkan masih pagi. Elsa pasti sudah berangkat sekolah.

Sebentar lagi akan ada semester. Sean mengeluh, cowok itu tidak akan peduli dengan sekolahnya tapi Meolinia bakal sangat amat peduli.

Merepotkan.Meolinia bakal sangat kejam jika nilai Sean semakin anjlok.

Cowok itu terbangun mengambil ponsel di atas nakas. Karena berdering terlalu lama. Jika di biarkan makin lama makin pusing.

Baru melihat layar ponsel Sean sudah mengendus. Pagi hari sudah merusak suasana. Mom tertera dalam nada ponselnya. Sungguh awal yang sangat sial.

Sean langsung memencet tombol merah pada layar. Kemudian cowok itu mengotak-atik ponsel. Menekan icon galeri mengirim gambar Elsa yang duduk di sofa. Diam-diam cowok itu memotretnya.

Kemudian mengirim gambar itu ke Meolinia.

Jangan ganggu aku. Send. Dengan begini Meolinia tidak akan marah dalam waktu sejenak setidaknya, dan keuntungannya juga Meolinia mungkin akan membuka kartu ATM yang sudah di blokir.

Merepotkan sekali punya ibu yang seperti medusa. Untung sudah melahirkannya.

Cowok itu melangkah keluar dari selimut. Mencoba merdakan perasaan kesal dengan meminum segelas air dingin. Kemudian mencuci muka. Tapi tidak mandi.

Mana peduli. Toh tubuhnya masih wangi. Walaupun tidak mandi dia tetap tampan. Jadi Sean tidak merasa insecure.

Demi membuang rasa kebosanan cowok itu duduk di lantai. Mengambil remote menyalahkan televisi. Sekitar beberapa jam Sean tampak bosan ketika menonton berita kemudian mematikan televisi dan mencoba mencari hiburan dengan memainkan game di ponsel.

Apapun tetapi bayangan Elsa yang yang berkata Sean yang ngebet ngajak balikan selalu menghantuinya.

Sean menekan layar ponsel dengan kesal ketika game over tertera di sana. Cowok itu mengeluh lapar. Tidak sadar jika hari semakin sore dan dia belum memberi makan hewan peliharaannya. Kasihan sekali.

Sean mencoba mencari Elsa–kucing peliharaannya. Ahir-ahir ini Elsa sering bersembunyi, tidak masalah karena ketika cowok itu meletakkan Makanan di wadah tempat kucing itu makan. Keesokan harinya sudah habis tidak bersisa. Otomatis sudah di makan Elsa bukan?

Memikirkan hewan nya itu sangat berbeda dengan mantannya membuat Sean terkekeh. Kenapa dia membandingkannya dengan hewan.

Tiba-tiba cowok itu merasa rindu sekaligus kesal. Kesal karena tidak tau sebenarnya Elsa itu mau apa pada dirinya? Ngajak balikan gak mau, dan Elsa malah bertele-tele. Kenapa cewek itu tidak membuatnya mudah saja seperti dulu. Ngajak balikan berkali-kali gampang tinggal bilang saja. Dasar betina.

Apa kali ini dia harus berusaha tambah keras? Tapi egonya sangat menentang itu semua. 

Andai ada petunjuk apa yang harus Sean lakukan kepada Elsa maka akan Sean lakukan. Memikirkan Elsa hari ini pasti cewek sedang bekerja sampingan.

Cowok itu menunduk ketika ada ekor kucing yang mengelus kakinya.“ Apa yang harus gue perbuat sama Lo! Lo maunya apa sih balikan gak mau tapi Lo selalu aja pingin nempel sama gue.!”

Andai dia mengerti bahasa kucing yang sedang mengeong maka cowok itu tidak akan merasa bosan jika sendirian dengan kucing peliharaannya itu.

***

Sean merasa dingin di dahinya. Itu karena surai di dahinya dia ikat keatas sehingga dahinya menerpa AC ruangan yang berisi jajahan Beberapa merek makanan.

Sean mencoba untuk santai dengan penampilan tidak terkesan menonjolkan ketampanan. Walaupun dia tetap tampan dengan kaos hitam polos serta celana jeans lutut yang tersobek seperti tidak ada pilihan lain selain menjadi gelandangan. Toh dia bukan gelandang ini fashion sederhana agar tidak menarik perhatian. Dia kan ganteng. Cowok itu berkaca di lemari pendingin, walau tampak transparan Sean tetap mengagumi penampilannya.

Lagi pula dia harus kelihatan baik-baik saja dong!! Di depan mantan yang tak pernah terlupakan.

Satu tangannya terulur menarik Lemari pendingin. Mengambil satu minuman pendingin. Sekaligus merasa gelisah.

Cowok itu tampak konyol. Jauh-jauh kemari hanya karena persediaan makanan menipis. Dan juga perasaan merepotkan bernama rindu yang tidak bisa dielak. Kenapa dia tidak bisa acuh dengan mantannya. Apa karena perkataan Elsa yang kemarin itu? Entahlah tiba-tiba dia berpikiran untuk menemui dirinya di tempat kerja sambilan Elsa.

Cowok itu mengambil mie instan di dalam rak dengan asal. Sean tidak peduli dengan gambar cabai merah yang tertera disana. Apapun itu yang penting bisa menjaggal kelaparan.

“ Lo punya air hangat?” di meta kasir dia menatap Elsa dengan wajah datar.

Setelah membayar nominal uang yang tertera. Elsa menatapnya dengan bingung.“ lagi males makan di rumah.”

Cewek itu tersenyum seperti biasa. “ kebetulan Elsa bawa termos. Berhubung mesin kopi masih rusak jadi Elsa bawa buat jaga-jaga kalau ada bapak yang kesulitan sama mesin kopi.”

Sean mengangguk seaadanya. Dalam hati berterima kasih kepada mesin kopi yang rusak entah apa penyebabnya, jika bukan karena takdir agar sebisa mungkin alasannya tetap nyambung berada di sekitar Elsa lebih lama. Lebih lama mereka bersama lebih berharap pula Elsa ngajak balikan. “ Gue minta sedikit.”

Setelah acara manis memberikan termos kecil dengan semangat. Dengan polos dan tidak ada kecurigaan Elsa menatap Sean tanpa kedip.“ kalau minta apa aja bilang ke Elsa. Sean mau makan mie di mana?”

“ Gue males pulang.” cowok itu menekankan perkataan. Mengarahkan dagunya kedepan di tempat kaca yang tembus pandang ada meja kursi yang pernah di duduki Lea beberapa hari yang lalu di sana.

Elsa hanya mengerucut menahan senyum. “ Mumpung toko masih sepi Elsa mau ikut.”

Nah benar bukan Sean tersenyum licik. Cowok itu berdebar senang tetapi mencoba tidak memperlihatkan kalau bisa Elsa yang datang kepadanya. Tanpa kata cowok itu acuh berjalan mendahului. Kemudian Elsa secara alami mengekor.

Cowok itu duduk. Dalam diam Sean membuka penutup mie instan itu dengan mencampurkan bumbu dan air hangat dan menunggumu beberapa menit.

Elsa menatapnya.“ Sean gak masalah? Rasanya sangat pedas.! Sean kan gak suka pedas. ”

“ Lo gak usah merasa peduli Lo bukan siapa-siapa gue.!” Elsa menatapnya sendu. Tapi dia tidak peduli dengan begini Elsa bakal sadar dan ngebet minta balikan biar rencana Sean lancar.

“ Benar juga sih.!”

Kambing. Kenapa jawaban Elsa malah begitu. Pelipis Sean malah berkedut kesal. Apakah kepedulian Elsa sudah menghilang sejak percakapan kemarin? Tidak bisa di terima.

“ Kalau begitu jangan mencoba deketin gue lagi.” cowok itu mencoba bersabar. Tapi sabar memang bukan nama tengahnya. “ sekalipun nyokap gue yang minta apapun dari Lo buat selalu ada sama gue. Lo gak usah terbebani. Kalau enggak gue bakal benci sama lo.”

Elsa terkejut ketika Sean berbicara seperti itu. Kemudian hening ketika cowok itu memakan mie instan yang panasnya sudah mengepul.

Setelahnya suara misuh-misuh Sean keluar ketika cowok itu kepedesan. Atau mungkin gara-gara Elsa membuat Sean marah. Cowok itu tidak tau.

+
+
+

TBC.

My mantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang