11. Do you feel the love?

9 3 0
                                    

***

Bergerak.

Kalau bisa Sean ingin terus bergerak sampai jantungnya bisa meledak. Suara musik berdentum di club malam semakin pecah dengan lampu kelap-kelip dan tubuhnya saling berhimpitan dengan banyak orang yang sedang menari membuatnya semakin menggila.

Sedih berubah menjadi bahagia, aliran darah dalam tubuhnya terasa panas rasanya ingin meledak saja. Tapi Sean tidak memiliki hak untuk berhenti, ia tidak kecewa telah melakukan hal ini. Melupakan masalah sejenak bukan berarti cowok itu bisa bebas selamanya.

Suara semakin riuh. Seorang gadis berambut panjang memantulkan kerlip pada wajah datang dan mengalungkan kedua tangan pada lehernya. Tubuh mereka saling berhimpitan." Sendirian huh!" Gadis berambut panjang itu tersenyum.

"Kau mengenal ku?" Sean yang tetap menampilkan wajah datar.

Gadis itu mendekat dan membisikkan mulutnya di telinga Sean "Aku hanya kenal pria tampan." Kemudian tersenyum.

Sean merasa jika gadis itu lebih merapat. Parfumnya terasa lebih menusuk. Tapi gadis itu cantik." Tapi aku tidak mengenalmu."

"Bukankah kita sedang berkenalan? Meskipun itu melalui gerakan." Tubuh mereka hampir merapat tetapi Sean menahan pinggulnya dengan kedua tangan." Kamu sungguh polos." Kemudian terkikik lagi.

" Pertama kalinya aku berada di tempat ini."

"Pantas. Aku gak pernah temukan cowok tampan seperti kamu."

"Kau menggodaku?"

"Menggoda adalah bentuk kata yang kasar. Saat ini aku mencoba berkenalan dengan dirimu." Lalu di akhiri dengan senyuman manis." Namaku Lea."

"Aku tidak bertanya?" Meskipun suara musik terdengar cukup keras Sean masih mendengar apa yang di ucapkan Lea kepadanya.

"Kau tampak seusia dengan diriku. Sangat sayang kalau kita tidak mengenal lebih lama lagi."

"Aku gak akan pernah menyesal." Lea tertawa setelah ucapan Sean. Cewek itu meneliti lekat pahatan wajahnya. Semakin menarik.

"Aku gak akan melepaskanmu."

Sean terdiam." Kamu tidak bisa mengatur ku."

Lea si cantik itu tertawa meliukkan tubuh nya untuk menggoda." Kita buktikan saja "

Sean benci di atur. Tapi kenapa setiap kali Elsa menari dalam pikirannya cowok itu tidak bisa berbuat apa-apa. Keberadaan Elsa sungguh tidak bisa di bantah. Sial! Pikirnya. Bagaimana caranya agar bisa mengenyahkan mata berkaca-kaca itu dari otaknya.

"Kamu melamun." Bisikan Lea membuat pikiran Sean buyar." Kamu memikirkan hal lain saat ada wanita cantik di hadapan mu? Aku kecewa."

"Menjauh lah dariku.!!" Sean melepaskan rangkulan Lea dari lehernya dengan kasar. Cewek itu terkejut namun melihat ekspresi Sean yang menatapnya tajam sepertinya gadis itu tidak akan menyerah dengan begitu mudahnya.

"Kau sedang patah hati?" Lea terkekeh." Aku hanya ingin menghibur mu...bukankah ini sangat menguntungkan mu... Sebut saja ini takdir."

Sean terdiam. Gadis seperti ini sudah banyak yang merayunya ketika di sekolah. Cowok itu pergi meninggalkan Lea yang mematung disana seperti seseorang yang tidak berharga.

Mengendus. Andai dia bisa seperti itu pada Elsa. Maka dari dulu hidupnya akan tenang. Tapi kenapa dengan dirinya? Seolah akal dan hatinya bertolak belakang. Sial.

Cowok itu keluar dari kerumunan. Tempat seperti ini sangat tidak cocok untuk nya. Berteman dengan Justin sungguh sial kenapa dia harus menerima saran dari teman bodohnya itu. Tempat seperti ini malah membuatnya sesak dan ini bukan gayanya.

My mantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang