Justin tertawa membahana duduk diteras ruangan apartemen Sean sambil memainkan game dihadapan layar lebar. Meskipun demikian, bibir cowok itu tidak ada kata berhenti untuk Mengolok-olok nasib seseorang yang ada di belakang yang tengah berselonjor di sofa menutupi wajah dengan bantal.
"Gila man, lo beneran putus lagi sama Elsa," cowok itu menggelengkan kepala. Kata-kata lagi seolah membuat kuping Sean memanas. Seolah kata lagi yang diucapkan Justin merupakan ultimatum yang harus digaris bawahi." Sana ngamen di rumah Elsa nyanyiin lagu putus nyambung. Gue yakin lo bakal dapat banyak recehan, meskipun suara lo jelek, tapi gak menutup kemungkinan buat tampang lo yang sok cakep bikin gue gagal muntah."
Ah..rasanya Sean ingin mencekiknya.
"Besok juga balikan."
"Balikan, haha bener juga. Tapi katanya, dia udah punya pacar? Lo mau jadi yang kedua?"
Dan bantalpun melayang mengenai kepalanya.
"Shit." Tapi Justin terbahak.
"Kita bakal balikan!"
"Emang Elsa bakal mau sama lo?" Justin menarik nafas pelan. Cowok itu tidak mengerti kenapa Sean temannya ini tidak bisa ditebak? Mereka sudah berteman sejak pakai popok sampai sekarang. Atau mungkin Justin sendiri yang terlalu bodoh tidak ingin mengerti keadaan sekitar." Menurut gue keputusan Elsa itu bener ninggalin lo, dan berhak dapat yang baru. Lo orangnya sering cuek sih jadinya tu cewek gak tahan lagi sama lo ngebet pingin yang baru hahaha."
Bantal kedua terlempar membuat Justin mengaduh.
"Elsa bakal balik ke gue." Dia tidak mengerti. Setidaknya Justin mendukung tindakannya. Dan tidak mengerti lagi kenapa dia memiliki teman seperti Justin." Gue buktiin omongan lo itu salah."
"Halah...gue beneran mau muntah."
"Sana pergi! Jangan sampe lo muntah apartemen gue." Kepala terasa berdenyut. Justin selalu berhasil membuat Sean kumat. Cowok itu tidak tahan selalu membentak temanya." Gak ada gunanya lo jenguk gue."
"Emang sejak kapan gue bilang mau jenguk." Justin mengangkat satu alisnya."sejak awal gue kesini cuma mau liat penderitaan lo."
Sialan.
Tidak ada bantal lagi yang tersisa. Kepalanya semakin berdenyut.
Sejak tadi Justin selalu mengoloknya tentang kecelakaan dua hari yang lalu ketika Sean menabrak tiang. lalu berlanjut pada Elsa yang secara fakta disebabkan oleh gadis itu.
Cowok itu mengambil ponsel di meja. Keadaannya masih sama. Tengkurap.
"Mau ngapain lo?"
"Manggil security buat ngusir lo."
Justin mendelik. Cowok itu menoleh menatap Sean horor." Lo gak bakal ngelakuin itu."
"Sekarang gue lakuin."
"Shit." Justin berdiri. Memungut jaketnya di meja." Teman gak tau di untung."
"Lo emang teman yang merugi."
Sean menghiraukan Justin yang mengumpat sambil memakai jaketnya. Cowok itu berlari cepat menuju pintu sebelum security benar-benar datang di apartemen Sean.
Sean tertawa pelan. Melihat tingkah laku Justin. Tapi itu langsung lenyap ketika Justin berteriak.
"SEMOGA LO SEMAKIN SEKARAT!!"
Sialan memang. Denyut kepalanya semakin terasa.
。。。
Pagi sekali Elsa duduk di kursi meja nomor dua dari depan. Seperti biasa cewek itu berangkat dengan senyum bahagia tanpa beban.
KAMU SEDANG MEMBACA
My mantan
ComédieApa jadinya jika dari sepuluh menit yang lalu seorang Sean yang sudah memecat Elsa sebagai pacar kini menyesali perbuatannya? dan bahkan sepuluh menit kedepannya ngebet pingin ngajak balikan. Meskipun dengan cara yang berbeda dari pandangan orang se...