04

3.4K 116 15
                                    

"Ya."

"Hm?" Cintya menjawab dengan menggumam tanpa melepas perhatiannya dari layar ponselnya.

"Lo kalo lagi pengen gimana?"

Cintya yang saat itu sedang menginap di rumah Aruna, biasa girl's night sambil maskeran dan menggibah, menoleh pada Aruna dengan bingung.

"Pengen apaan? Seblak?"

"Ih bukaannn..." Aruna tampak ragu untuk mengatakan lebih lanjut pada Cintya.

"Aruna Clarissa Indira, lo jangan bikin gue penasaran ya! Cepet bilang lo mau tanya apa!" Desak Cintya, tak peduli maskernya sedikit lepas di bagian bibir dan hidungnya.

Aruna melirik Cintya sekilas, kemudian kembali menutup wajahnya karena malu. Mengakibatkan Cintya yang kesabarannya tipis melempar bantal pada sahabatnya itu.

"Pengen itu lhoo..." Aruna memainkan ujung jari telunjuknya, membuat Cintya semakin gemas tapi tetap berusaha sabar menunggu Aruna menyelesaikan pertanyaannya. "Pengen itu... enaena." Lanjut Aruna lirih namun masih bisa didengar Cintya.

Cintya hampir saja melempar ponselnya saking kagetnya dengan kata-kata yang keluar dari mulut Aruna.

"Lo lagi sange??!!" Cintya agak meninggikan suaranya.

Aruna yang panik segera menaruh telunjuknya di depan bibirnya, mengisyaratkan Cintya agar menurunkan volume suaranya. Walaupun sebenarnya tidak berguna karena kamar Aruna kedap suara.

"Demi apa lo pengen enaena?!" Ulang Cintya dengan berbisik.

Aruna meremas ujung piyamanya dengan gugup. "Bukan gituu..." Gadis itu menggigit bibirnya. "Gimana sih rasanya kalo lo nggak dituntasin Haekal?"

Kedua mata Cintya rasanya hampir melompat keluar, shock. "Lo habis digrepeh-grepeh siapa bangsattt??!" Cintya mengguncang-guncangkan tubuh Aruna.

Aruna kemudian menceritakan kejadian di dalam mobil dan pertemuannya kemarin dengan Nathan dan ibunya.

Cintya yang mendengar cerita Aruna sampai terperangah tidak percaya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Busetttt... ternyata Nathan lebih brengsek dari Jefan!"

"Bener, kannn??"

"Eh, tapi lo juga ngerasa keenakan, kan?" Selidik Cintya.

Aruna sontak memalingkan wajahnya karena malu. "Ng-nggaklah! Ngaco!"

Cintya menaikkan sebelah alisnya sanksi. "Nggak percaya gue. Lo pasti ngerasa enak kan? Dan lo ngerasa aneh ketika lo gak dituntasin Nathan."

"M-mana adaa!" Aruna masih berusaha mengelak.

"Kalo lo emang pengen banget, main solo aja kali."

"Main solo?" Tanya Aruna penasaran.

Cintya tersenyum miring melihat Aruna yang berubah antusias. "Cih, katanya nggak pengen!"

Raut wajah Aruna berubah merah padam. "Apa sih?! Gue tuh cuma penasaran aja!"

Cintya mendecih. "Iya, iya, penasaran doangggg. Gue kasih tau ya, main solo tu ya lo pegang-pegang sendiri punya lo sampe lo keluar."

"Gimana caranya?"

"Ya lo liat video anuanu ntar gue kasih linknya. Yakali gue praktekin di depan lo! Atau lo bayangin deh tu kemarin gimana Nathan muasin lo!"

*****

Cintya baru saja pulang, dan sekarang Aruna hanya duduk termenung di atas kasurnya sambil bersandar pada dinding.

Position(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang