Setelah meletakkan tubuh Aruna yang tertidur pulas di atas kasur pada salah satu kamar, Nathan berjalan keluar kamar sembari meregangkan otot-ototnya. Perjalanan sampai ke Jogja membuat remaja jompo sepertinya mudah terserang penyakit persendian.
"Kamar mandi di mana, Rin?" tanya Nathan pada Karina. Tubuhnya sudah berbalut keringat, membuatnya ingin merasakan relaksasi di bawah guyuran air hangat lalu segera tidur dan beristirahat.
"Ayo ikut gue." Pimpin Karina.
Jefano yang masih belum mengeluarkan sepatah kata pun hanya diam memperhatikan interaksi Nathan dengan Karina. Setelah mereka berdua menghilang dari penglihatannya, pemuda itu segera menyelinap ke dalam kamar tempat Aruna berada.
Pemuda kekar itu tersenyum lembut memperhatikan wajah damai Aruna yang menghembuskan napas teratur. Tangannya kemudian terulur mengelus puncak kepala gadis itu dengan perlahan, takut membangunkan gadis yang pernah mengukir kisah cinta bersamanya itu.
Wajahnya semakin mendekat, berniat hendak memberikan kecupan selamat malam di dahinya. Namun urung ketika tiba-tiba Aruna melenguh dan sedikit merubah posisi tidurnya.
Jefano semakin melebarkan senyumnya melihat tingkah gadis itu ketika tertidur. Maklum, selama berpacaran mereka belum sempat menghabiskan malam bersama.
Tangannya kemudian merapikan selimut gadis itu yang sedikit tersingkap. Tapi pergerakannya terhenti ketika melihat bercak kemerahan di sekitar tulang selangka Aruna. Maka untuk memuaskan rasa penasarannya, Jefano membuka dua kancing kemeja Aruna dan sedikit mengintip ke dalamnya.
Maafin gue, Ru.
Jemari pemuda itu seketika mengepal kuat, firasatnya terbukti benar saat ia melihat beberapa bercak kemerahan lainnya di sekitar dada Aruna.
"Jef, lo ngapain?"
Lampu kamar tiba-tiba menyala, diikuti oleh suara panggilan Karina yang memergoki pemuda itu tengah menyingkap kemeja Aruna ketika gadis itu tertidur. Karina tak bisa berpikir positif melihat apa yang terjadi di depannya.
"JEFANO, LO MAU NGAPAIN ARUNA?!" seru Karina. Walaupun ia tak terlalu menyukai Aruna selaku mantan Jefano, tapi sebagai wanita ia tak bisa tinggal diam ketika melihat perempuan lain dilecehkan di depan matanya.
"Lo ngapain teriak-teriak gitu anjir??" panik Jefano lalu segera menjauh dari Aruna yang masih belum sadarkan diri. "Dan gue juga gak ngapa-ngapain Aruna."
"Kenapa, Rin?" Nathan yang tadi sedang di dalam kamar mandi buru-buru keluar ketika mendengar teriakan Karina yang menyebut nama Aruna dan pemuda ini sekarang sudah berdiri di belakang Karina.
Jefano yang melihat wajah Nathan seketika teringat dengan bercak kemerahan di dada Aruna. Emosinya memuncak dan ia semakin mengeratkan kepalan tangannya. Sedetik kemudian ia berlari ke arah Nathan dengan langkah besar dan langsung menghadiahi teman kecilnya itu dengan bogeman di pipinya.
"KYAAAA!!" Jerit Karina melihat pemandangan Nathan yang langsung jatuh tersungkur dengan lebam di pipinya.
"MAKSUD LO APA, BANGSAT?!" Nathan yang sempat tumbang kembali bangkit karena tidak terima Jefano yang tiba-tiba menghajarnya.
"HARUSNYA GUE YANG TANYA BEGITU! MAKSUD LO APA NGASIH CUPANG KE ARUNA, BRENGSEK!" Jefano kembali menghantam pipi Nathan yang lain namun tidak sampai terjatuh karena Nathan sudah bisa mengantisipasi serangan lanjutan dari Jefano.
Nathan membersihkan darah di bibirnya yang terluka lalu tersenyum miring. "Sekarang gue tanya, LEBIH BRENGSEK SIAPA SAMA LO YANG BISA-BISANYA BUKA BAJU CEWEK YANG LAGI TIDUR ANYINGGG!!" Nathan pun membalas pukulan Jefano dan menindih badan pemuda kekar itu sehingga Jefano tak bisa berkutik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Position(s)
FanfictionTentang 2 anak manusia yang mulai penasaran mature content for 18++