Aruna memandangi tampak samping wajah Nathan yang tampak menawan dengan rambut pirang kecokelatan, rahang yang tajam, dan mata yang lurus ke depan-fokus pada jalanan.
Gadis itu langsung tersentak karena bisa-bisanya ia berpikir kalau Nathan itu tampan. Wajahnya kemudian beralih ke sisi kiri-mengalihkan perhatiannya pada baliho-baliho di sepanjang jalan.
"Kok udahan ngliatinnya?" Suara rendah Nathan membuat Aruna kembali menatapnya heran.
"Apanya?"
"Tadi lo ngliatin gue sambil mikir kalo gue ganteng banget kan?"
Bingo!
Tapi tentu saja Aruna tidak akan mengaku. "GR amat, pak? Gue cuma memastikan lo masih kuat apa nggak. Gue nggak mau ya kalo lo capek terus nggak fokus nyetir terus bikin gue mati muda. Gue masih belum nikah anjir."
"Tenang aja, gue masih bisa fokus dan bawa lo selamat sampai pelaminan kok."
Aruna langsung mencubit perut Nathan, membuat pemuda itu sedikit meringis. "Bercanda terus sih iiihhhhh!!!" Kesal Aruna.
Pemuda itu hanya tertawa, menikmati wajah kesal Aruna dengan sedikit semburat merah yang terlihat samar.
"Lo istirahat aja, gue masih kuat kok sampai Malang." Nathan tersenyum lembut sembari mengelus puncak kepala Aruna.
Duh, kalau Nathan senyum kayak gitu, Aruna kan jadi teringat kejadian ekhem ekhem tempo hari.
Pipi gadis itu seketika memanas dan langsung menyingkirkan tangan besar Nathan dari kepalanya.
"Yaudah gue tidur lagi aja. Bangunin kalo lo mau gantian."
Nathan hanya mengangguk, kemudian memperhatikan Aruna yang memundurkan kursinya dan menyamankan posisi tidurnya.
"Have a good rest," bisiknya lirih. Dan sepanjang perjalanan, selama tangan kirinya menganggur, pemuda itu terus mengelus punggung tangan kanan Aruna dengan lembut.
******
Aruna perlahan membuka kedua kelopak matanya ketika angin sepoi-sepoi sama-samar membelai wajahnya.
Wajahnya tampak kebingungan ketika pintu kemudi terbuka, namun tidak ada sosok Nathan di dalam mobil. Perasaannya berubah ketakutan dan panik, memikirkan skenario terburuk seandainya selama tadi ia tertidur ternyata mereka dihadang perampok dan Nathan dibawa oleh mereka untuk dijual pada tante-tante girang.
Gadis itu bergegas keluar mobil, namun ia tak jua dapat menemukan seorang pun. Ia hanya bisa melihat hamparan pasir di kanan kirinya, dan di hadapan matanya terbentang samudra yang tak dapat ia lihat ujungnya.
Aruna terus berlari, meskipun ia tak tahu harus berlari ke arah mana. Hingga akhirnya ia tiba-tiba tersandung dan membuatnya terjatuh ke arah depan, yang sialnya ternyata ia sudah sampai di bibir pantai sehingga membuat tubuhnya basah kuyup karena ombak yang baru saja menyapa.
"ARUNA!"
Suara Nathan yang memanggilnya membuatnya mendongakkan wajahnya.
Dapat dilihatnya Nathan yang menatapnya khawatir sambil membantunya berdiri.
"LO APA-APAAN SIH TIBA-TIBA LARI SENDIRI??!! GUE MANGGIL-MANGGIL LO TERUS DARITADI!" Marah Nathan sembari mencengkeram pundak Aruna yang wajahnya masih tertunduk.
Namun Aruna masih terdiam. Menatap wajah pemuda itu pun tidak.
"Aru..." panggil Nathan lirih.
Barulah Aruna mendongakkan wajahnya. Namun yang membuat Nathan panik adalah air mata yang sudah mengalir deras di pipi gadis cantik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Position(s)
FanfictionTentang 2 anak manusia yang mulai penasaran mature content for 18++