06

2.6K 107 29
                                    

Pagi yang cerah, tapi tidak secerah mood Aruna. Ya bagaimana tidak? Di tengah liburan semester ia masih harus ke kampus untuk rapat UKM yang diikutinya.

Gadis berambut cepak sebahu itu melangkah lesu menuju kantin, untuk mengisi perutnya yang sudah meraung-raung.

Namun tiba-tiba sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya, membuatnya terpaksa berhenti melangkah dan menengok ke belakang. Ia hanya menghela napas lelah ketika mengetahui siapa orang yang sudah mengganggunya pagi-pagi.

"Apa lagi sih, Jef?" Kesal Aruna sambil berusaha melepas cengkeraman tangan Jefan tapi apa daya tenaga pemuda itu jauh lebih besar.

"Gue minta maaf." Ujar Jefan lirih.

Aruna mengerutkan dahinya bingung. "Buat?"

"Udah nyium lo pas ultahnya Haekal."

"Gue maafin. Sekarang lepasin gue." Aruna kembali berusaha menarik tangannya yang masih berada dalam genggaman Jefan.

"Tapi gue serius waktu bilang gue masih sayang lo."

Aruna hendak membuka mulutnya, namun seorang gadis semampai dengan rambut hitam panjang tiba-tiba berlari berlari ke arah mereka kemudian memeluk Jefan dari samping.

"Jefan, kamu kemana aja??" Tanya gadis itu dengan genit.

Raut wajah Jefan tampak terkejut sekaligus panik. "Apaan sih, Kar?" Protes Jefan sembari berusaha menjauhkan gadis itu-Karina-dari tubunya.

Aruna memutar bola matanya malas. Namun ia harus berterima kasih pada Karina, karena berkat gadis itu ia bisa terbebas dari cengkeraman tangan Jefan.

Gadis itu kemudian segera pergi meninggalkan Jefan yang masih berusaha membebaskan diri dari Karina.

*****

Aruna menyeruput es jeruknya yang sudah tandas sembari bertopang dagu di atas meja kantin. Ini sudah gelas ketiganya dan sudah 20 menit ia menunggu, tapi makhluk bernama Cintya tak kunjung menampakkan dirinya.

Hampir saja ia mengambil ponselnya dan menelepon sahabatnya itu, tapi gadis bule berambut bergelombang itu sudah berada di sebelahnya dengan wajah tanpa dosa.

"Lama bener anjir?! Udah hampir beser gue minum es jeruk terus!" Omel Aruna pada Cintya yang dibalas cekikikan oleh gadia bongsor itu.

"Tadi bangunin Ekal susah bener. Maklumlah tadi sampe subuh." Bisik Cintya kemudian kembali tertawa kecil.

Aruna memutar bola matanya malas. Sudah bosan dengan cerita sahabatnya yang kalau dibuat film pasti sudah seperti Fifty Shades Of Grey. "Ngamar mulu hobi lo, Ya."

"Eh, pas kapan itu Nathan telpon cowok gue buat bilang ke nyokap lo kalo lo nginep di rumah gue." Aruna yang sedang mengemut es batu hampir saja tersedak karena ucapan Cintya. "Lo lagi sama Nathan?" Selidik Cintya.

Aruna melirik ke sebelah kanannya, menghindari tatapan mata Cintya yang meminta penjelasan. "Emmm... ya gitu dehh..." balas Aruna lirih dengab wajah memerah.

"Gimana bisa, njeengg??" Heboh Cintya yang langsung dibekap oleh Aruna karena seluruh perhatian pengunjung kantin semua terarah pada mereka. "Lo dikluarin berapa kali?" Lanjut Cintya dengan suara lebih pelan.

"Dua..." Aruna menggigit bibirnya karena malu.

Cintya saking syoknya sampai lupa bernapas beberapa detik. Untung saja ia tidak berteriak heboh. "Terus kalian pacaran?"

Aruna menaikkan sebelah alisnya. "Nggaklah, gue kan nggak suka dia juga."

Cintya memicingkan matanya, tidak percaya dengan jawaban Aruna. "Terus hubungan kalian apa? Fwb?"

Position(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang