FMV Teaser ada di IG TV yaa
☀☀☀
___________________________________________"Gue kadang pengen naro telunjuk di hidung lo, nafas ga sih? Heran gue" Gerutu Dinda dari balik telepon.
"Gila lo" Tami udah bosen sama ke-gak-jelasan omongan Dinda.
"Ya abisnya lo hidup tapi kayak orang mati"
"Jadi maksud lo selama ini gue zombie gitu?"
"Haha ini yang gue yakinin, zombie gatau cara ngelawak tapi lo bisa" Dinda terkekeh.
Tami cuma menyunggingkan bibirnya sedikit. Gak ada hal lucu bahkan Tami gak ada niatan buat ngelucu, tapi Dinda emang sereceh itu.
Seperti biasa tiap malem minggu Tami selalu bertukar cerita sama Dinda lewat telepon. Cerita seputar kerjaan, kegiatan sehari-hari, dan tentang Ryan. Padahal yang selalu Dinda pengen denger itu tentang Haechan karena setelah kejadian itu, Tami bener-bener gak pernah cerita apa-apa lagi.
"Terus si Ryan kapan balik? Atau nyamperin lo kesitu?" Tanya Dinda.
"Baru aja kemaren berangkatnya Din. Hmm 3 bulan apa 5 bulan gitu ya baru balik... gue lupa" Jawab Tami cuek.
"Shhh lo tuh tunangannya apa bukan sih heran gitu aja lupa"
Denger kata 'tunangan', Tami langsung melirik jari manisnya. Disana udah melingkar sebuah cincin emas berdesain sederhana.
"Hehhhh... ngelamun yakkk?!!" Teriak Dinda karena Tami gak ada respon.
"Ka-kagak. Ini lagi nyari casan. Udah dulu deh, gue mau cas hape"
"Eleuh yaudah. Jangan mabok lu, tidur aja udah"
"Iye bawel"
Tami mengambil sebotol soju dari kulkasnya. Dia menghiraukan perintah Dinda. Kegiatan mabuknya itu udah jadi kebiasaan. Minum jadi salah satu cara buat Tami meluapkan isi hati terdalamnya, yang terdalam itu tentang Haechan.
Rasanya gak semanis saat dia minum dari kulkas Haechan. Waktu itu bahkan Tami gak sadar kalo itu alkohol. Tapi kali ini yang dia rasain pahit dan bikin tenggorokannya panas. Meski begitu tetep Tami minum. Hidupnya sekarang lebih pahit dari itu.
Bohong kalo Tami bisa melupakan Haechan. Bahkan nama itu sering kali ada di ujung bibirnya, ingin dia sebut dan dia panggil.
Apalagi kalo lagi teleponan sama Dinda kayak tadi, sebenernya Tami gak kuat pengen cerita keluh kesahnya. Tapi Tami lagi dan lagi enggan menuruti keinginan itu. Dia gamau hatinya tambah berat karena semakin dia sebut semakin sakit.
"Gue harus berapa kali bilang... Tinggal disini itu pilihan terbodoh yang pernah gue ambil" Katanya yang udah mulai terpengaruh alkohol.
Setelah kurang lebih 1 tahun lebih Tami menjalani harinya tanpa Haechan, sedikitnya Tami udah mulai hidup seperti biasa. Dia mencoba kuat hidup di Busan yang baru 3 bulan ini dia jalani. Berat tapi namanya juga tuntutan. Gak cuma hatinya yang hancur, tapi kerjaan yang udah dia bangun pun ikutan hancur.
Beruntung, bisnisnya gak harus balik lagi ke nol. Tapi memang sulit buat pindah yang awalnya di Seoul jadi di Busan.
Ceritanya gak cukup disitu, panjang banget. Banyak hal terjadi tapi sedikit yang berubah di hatinya.
🌻
Paginya, Tami bangun kayak biasa. Hendak beranjak ke kamar mandi tapi keburu lihat lingkaran merah yang ada di kalender. Besok jadwalnya Tami harus ke Seoul.
"Hmm besokkk..." Katanya suram.
Tami melemparkan badannya sendiri ke kasur. Dia bakal tidur seharian hari ini karena besoknya pasti dia gak bisa tidur. Besok jadi hari terberat buat dia, karena pasti yang dipikirin itu Haechan. Kalo hari biasanya dia masih sanggup buat ngalihin ke hal lain, tapi hari dimana dia harus ke Seoul jadi hari dimana dia mengingat Haechan.
🌻
Alarm subuh berbunyi. Tami yang udah kenyang tidur pun bangun. Gak pernah kesiangan kalo jadwalnya harus ke Seoul. Di hatinya tersirat semangat buat kesana, ada harapan ketemu Haechan. Aneh, hari terberat tapi semangat buat ngejalaninnya.
Tami berangkat naik kereta paling pagi, langsung menuju gudang tempatnya barang yang akan dia kirim ke Indonesia untuk di jual. Butuh waktu sampe jam makan siang buat beresin kerjaannya.
Setelah itu Tami berniat makan siang sama Hyein, atasannya. Bisa dibilang juga partner segalanya, pengganti Dinda di Seoul.
"Sorry... lupa bilang kemaren" Ucap Hyein sambil menyatukan kedua tangannya meminta maaf.
Kali ini Hyein janjian makan siang sama pacarnya. Sebelumnya dia pasti bilang ke Tami kalo gak bisa makan siang bareng. Solusinya Tami pasti bawa bekal dari rumah. Tapi karena Hyein lupa, akhirnya Tami terpaksa harus cari makan ke resto.
"Iya yaudah sana berangkat. Nanti pacar lo nungguin" Jawab Tami pasrah.
"Oke, gue berangkat yaa. Lo makan siang deket-deket sini aja. Nanti gue kabarin kalo udah selesai" Hyein pun pergi.
Selang beberapa menit, Tami pun memberanikan diri untuk berkeliling mencari makan siang. Sesuai saran Hyein, Tami pun makan di tempat yang lumayan dekat. Sebenernya dia gugup pergi sendirian.
Tiba-tiba dia pengen kopi di cafe favoritnya dulu. Padahal tidurnya cukup, tapi bawaannya ngantuk. Kebetulan juga lagi pergi sendiri, jadi Tami bebas kemana aja. Dia pun pergi beli kopi.
Sesampainya disana Tami langsung memesan tanpa basa basi. Dia mau take away aja, khawatir Hyein nungguin juga di gudang.
"Ditunggu ya kak" Kata pegawai cafe.
Tami cari tempat duduk buat nunggu pesanannya itu.
"TAMIIIIIIII?!!!!" Seseorang menepuk pundaknya.
Mata Tami membelalak kaget, dompet yang dia pegang pun ikut terjatuh.
Cewek itu mengambilnya.
"T-teh yu-yuraa" Tami gemetar.
___________________________________________
☀☀☀
First impression cepet!!!
Jangan lupa cek fmv biar sedep bacanya
Di instagram yah, di follow juga deh
Bismillah semoga banyak yg baca
Aamiin

KAMU SEDANG MEMBACA
Love(ing) | sequel TDWM - Haechan
FanfictionMatahari kehilangan bumi Dia akan tetap menjadi bintang di angkasa Bumi kehilangan matahari Tak hanya gelap, tapi mati Secuel of The Day We Met