Hihi jam 3 pagi ini
☀️☀️☀️
"Please penting banget" Kata Jisung dari balik telepon.
"Yaudah tunggu sampe kelar kerjaan gue deh, baru nanti ketemu" Jawab Tami malas.
Tami jadi nyesel cerita ke Jisung kalo hari ini jadwal ke Seoul, bener aja firasatnya. Jisung ngajak ketemu dengan alibi 'penting'nya. Padahal gak penting pun Tami tetep mau ketemu Jisung.
"Oke nanti kabarin gue kalo udah kelar" Jisung pun menutup teleponnya.
Setelah selesai kerja, Tami mengabari Jisung. Dia pun langsung ngirim alamatnya dan juga info kalo dia bawa mobil.
Setelah memastikannya, Tami pun menghampiri mobil yang ada disana. Sedikit takut, bikin Tami celingukan. Pasalnya ini Seoul, takut ada wartawan yang memergokinya. Maksudnya memergoki Jisung bertemu dengannya.
Yakin tidak ada orang, dia dengan cepat menarik pintu mobil dan masuk. Hatinya lumayan gugup, udah lama gak ketemu jisung setelah papasan di stasiun waktu itu. Selama ini pun mereka cuma berkabar via chat atau telepon aja. Alhasil Tami mencoba bergurau.
"Widihhhhh anak kecil sekarang udah bisa bawa mobil" Kata Tami yang baru masuk ke mobil tersebut.
Tapi ada yang aneh dengan perawakan Jisung. Iya sangat jelas kalo yang duduk di bangku supir itu bukan Jisung.
HAECHAN
Dari mulai menghirup wangi parfumnya pun, Tami langsung tau kalo itu Haechan. Bahkan hidungnya aja gak bisa lupa sama wangi yang dulu sering dia hirup. Bisa dibilang seluruh anggota tubuhnya langsung ngasih kode ke otak kalo itu Haechan. Tapi cuma otaknya yang gak bisa respon saat itu.
"Hai, lama gak ketemu. Kamu sehat?" Katanya sambil buka maskernya.
Tami sedikit pun gak bisa menengok, hanya ujung matanya yang menangkap momen itu. Tami cuma nunduk. Hatinya bener-bener berdetak kencang. Respon yang otak lakukan cuma bikin matanya berkaca-kaca. Sekuat tenaga yang bisa Tami lakukan cuma nahan nangis. Tenggorokannya pun sakit, karena tangisan menumpuk disana. Gimana Tami bisa jawab?
"Mi..mian..." Tami berniat meminta maaf dan kabur dari sana.
Tap
Haechan udah tau apa yang akan Tami lakukan, dengan cepat dia langsung menahan tangannya yang mungil itu.
"Please, jangan kabur lagi" Pintanya dengan sedikit memelas.
"Aku udah denger semuanya dari Jisung. Aku kesini cuma mau minta maaf sama kamu" Lanjutnya.
Tami terdiam dan kembali ke posisi duduknya. Jelas Haechan sudah melepas tangannya. Tami bingung, kenapa Haechan minta maaf padahal yang punya segudang salah adalah Tami. Tapi Tami gak sanggup buat berkata apapun. Iya, detik itu dia nangis.
"Selama kamu pergi, selama itu juga aku jadiin kamu orang jahat. Aku gatau harus gimana caranya biar bisa lanjutin hidup aku tanpa kamu saat itu. Tapi setelah aku tau kalo kamu juga menderita, lebih dari yang aku rasakan. Aku salah banget. Turut berduka soal papah kamu. Hhh aku gatau harus ngapain sekarang. Makanya aku minta Jisung buat bantuin aku ketemu kamu"
NANGISSSSSSSSSSSSSS
PERTAHANANNYA SELAMA INI HANCUR
TAMI YANG KUAT BERUBAH LEMAH SEKETIKA
"Ngobrolnya sambil jalan aja ya" Haechan yang udah tau Tami nangis akhirnya menyalakan mobilnya. Entah kemana tujuannya, tapi Haechan berusaha untuk membiarkan Tami menangis.
"Banyak yang pengen aku tanyain, tapi aku cuma mau nanya satu aja. Kamu sekarang udah baik-baik aja kan?" Kata Haechan sambil nyetir.
Tami bergetar. Tangisnya ingin meledak. Ada rasanya ingin memeluk Haechan dan meluapkan tangisnya disana. Tapi ada dinding tinggi diantara mereka sekarang.
"Gimana aku bisa baik-baik aja? Ninggalin kamu terus kehilangan papah" Tangisnya pecah.
"Gimana aku bisa baik-baik aja, hidup disamping kamu tapi harus menghindari kamu. Gimana aku bisa baik-baik aja, disaat ribuan orang mencintai kamu dan aku malah nyakitin kamu? Gimanaaaaaa channnnnnn?" Lanjut Tami sambil menangis.
Meskipun ini awal mereka ketemu lagi, tapi entah mengapa diantara keduanya merasa waktu berhenti berputar. Kejadian tahun lalu seperti baru kemarin.
Gak ada lagi kata yang keluar dari mulut Haechan. Dia cuma fokus nyetir dan liat kejalan. Sedangkan Tami bergelut dengan tangisannya. Liat pemandangan malam lewat jendela mobil bikin perasaannya tambah sedih.
Setelah lumayan lama, mobil akhirnya berhenti di suatu tempat. Begitu juga tangisan Tami yang sudah mereda.
Haechan menghadap Tami, berusaha kontak mata dengannya sambil mencoba menenangkan dan melanjutkan tujuannya.
"Mi, aku sekarang udah gapapa. Kamu emang bikin aku sakit hati waktu itu, tapi kamu gak salah mi. Aku yang lebih tau kondisi kamu waktu itu tapi bodohnya aku malah gak ngerti sama sekali, maafin aku" Kata Haechan lembut sambil menatap Tami.
"Aku yang harusnya minta maaf chan. Maaf udah nyakitin kamu, maaf udah gatau diri tinggal disini, maaf buat semuanya" Air matanya menetes lagi.
Tap
Haechan mengelap air mata yang jatuh dipipi Tami. Bikin Tami terdiam menjeda tangisnya, Haechan juga tergagap langsung mengangkat tangannya.
"Ahh... mian" Katanya, lalu membenarkan posisi duduknya menghadap depan.
Tami udah gak bisa bertahan di kondisi itu. Apalagi sama apa yang barusan Haechan lakuin hampir bikin Tami pingsan.
"Aku kayaknya harus pergi sekarang" Kata Tami dengan cepat sambil keluar mobil.
Tami gatau itu dimana, tapi sebisa mungkin dia terus menjauhi mobil. Berjalan cepat disertai keluh kesahnya.
"UDAH GILA.... JANTUNG GUEEE..." Gerutu Tami mengelus dadanya.
"AHHHHHH KENAPA?!!! KENAPA MUNCUL DI DEPAN GUE"
"GUE HARUS GIMANA NGADEPIN PERASAAN SAMA KONDISI INI"
Bruukkkkkk
Haechan memeluk Tami dari belakang.
"Gimana bisa aku baik-baik aja setelah tau ada kamu disini? Gimana bisa aku baik-baik aja setelah liat kamu ada di depan aku?!!!!"
"Aku kangen kamu miiiiiii"
☀️☀️☀️
Kangen haechan:))))))))))

KAMU SEDANG MEMBACA
Love(ing) | sequel TDWM - Haechan
Fiksi PenggemarMatahari kehilangan bumi Dia akan tetap menjadi bintang di angkasa Bumi kehilangan matahari Tak hanya gelap, tapi mati Secuel of The Day We Met