Slow update ya sunflowww
____________________________________
☀️☀️☀️Malam yang tadinya dingin seketika menghangat. Tangis yang tadinya menyakiti akhirnya membuat tersenyum. Tami yang tadinya ingin kabur menjadi enggan. Merasa rindunya harus terbalaskan, Tami memeluk balik Haechan dengan erat. Peluknya menguat karena tangis yang belum bisa berhenti.
Tapi semakin Tami memejamkan matanya, wajah Ryan terbayang. Tami pun melirik jari manisnya. Perlahan dia pun melepaskan pelukan Haechan.
"Maaf, aku gak seharusnya..." Kata Tami sambil mundur perlahan.
"Aku gak peduli" Haechan dengan cepat menariknya kembali ke pelukannya.
"C-chann.." Tami berusaha menjelaskan kalo diantara mereka tidak seharusnya melakukan itu.
"Iya aku tau. Tapi sekali ini aja" Jawab Haechan malah memeluk erat.
"Aku tau ini salah. Tapi sekali ini aja biarin aku peluk kamu" Lanjut Haechan.
Tanpa berkata lagi, mereka berdua saling mengeratkan pelukannya. Mencurahkan rindu yang benar-benar tersimpan begitu dalam. Bahkan Tami menangis haru saat itu sambil merasakan pelukan Haechan yang hangat. Rasanya beban yang selama ini dia pikul hilang saat bersandar pada lelaki itu. Haechan memang dunia bagi Tami.
Drrrrrtttdrtttttt
"Hmm chan... ada telepon" Kata Tami sambil berusaha membiarkan pelukannya lepas.
"..." Haechan gak bersuara.
Sampai beberapa kali terus bergetar.
"Chan angkat dulu, takutnya penting" Kata Tami lagi.
Haechan akhirnya melepas pelukan itu, tapi dia hanya memandangi layar hpnya.
"Ini penting tapi bisa nanti. Aku anterin kamu ke stasiun dulu. Kamu mau pulang kan?" Haechan pun mengabaikan telepon dan memasukkannya kembali ke saku celananya.
Tami agak kecewa sih tiba-tiba harus pisah tanpa ada obrolan jelas lainnya. Entah itu buat lanjut obrolan panjang tadi atau obrolan soal maksud pelukan barusan.
"Aku gapapa. Kamu pergi aja kalo itu penting"
"Gak. Gak bisa mi. Masa aku tinggalin kamu disini" Tolak Haechan.
"Gapapa, aku juga kebetulan masih ada urusan" Kata Tami.
"Kebetulan apa kebetulan?" Haechan sedikit menggoda Tami.
"Bukan karena abis ketemu aku terus kamu jadi gamau pulang kan? Hahaha" lanjut Haechan.
Tami cuma senyum tipis, "Geernya gak pernah ilang ya... Aku udah ada janji, jadi aku gapapa kok bisa sendiri"
"Kamu beneran janjian sama orang? Jam segini?" Raut wajah Haechan berubah serius.
"Hmm iya, harusnya tadi tapi kan-" Tami belum selesai ngomong, langsung Haechan potong.
"Sama siapa?!" Haechan memotong omongan Tami.
"Ohh mau ketemu dia ya?" Lanjut Haechan sambil masuk ke mobilnya.
Haechan bener-bener bikin Tami diam. Bingung harus jawab apa dan juga kebayang sikap Haechan ternyata kayak gitu kalo bahas soal Ryan.
"Hey... aku becanda. Ayo masuk! Dinginnnn" Kata Haechan lagi sedikit teriak dari dalem mobil yang kacanya udah kebuka.
Haechan gak bukain pintu buat Tami, kayak biasanya yang sering dia lakuin. Seketika lupa kalo Haechan bukan siapa-siapa lagi buat Tami. Salah, maksudnya Tami bukan siapa-siapa buat Haechan. Bikin Tami gak enak hati. Rasanya cinta ini balik lagi ke cinta bertepuk sebelah tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love(ing) | sequel TDWM - Haechan
FanfictionMatahari kehilangan bumi Dia akan tetap menjadi bintang di angkasa Bumi kehilangan matahari Tak hanya gelap, tapi mati Secuel of The Day We Met