12

265 26 8
                                    

Dengan senyum tipisnya Haechan menyalakan mobilnya. Tami hanya terheran-heran dengan sikap Haechan barusan. Entah maksudnya dia marah atau hanya meledeknya. Dari basement sampai mobil keluar dari gedung, mereka berdua tidak bersuara.

"Kamu kok gak nanya nanya lagi?" Kata Tami gugup tapi memberanikan diri.

"Emang kalo aku nanya kamu bakal jawab jujur?"

Tami diam, menyadari kalo dia emang bakal bohong. Padahal dari tadi dia udah menyiapkan seribu alasan dan alur cerita demi menutupi persoalan hutang yang jadi alasan utama dia balik ke SM.

"Aku udah tau kamu bakal kayak gitu, makanya aku langsung tanya Teh Yura"

"Hah? Kamu telepon dia? Terus kamu nanya apa? Teh Yura cerita sampe mana?" Tiba-tiba Tami panik takut Yura berkhianat.

"Santaiii.." Hanya menoleh sambil tersenyum.

"Katanya bisnis kamu gak lancar. Emang ceritanya sampe mana? Sampe finish belom aku?" Lanjutnya bercanda.

"Ahhh ngga maksudnya takut Teh Yura kurang jelas aja"

Tami sedikit lega karena Yura masih menjaga rahasianya. Walopun tau suatu saat pasti akan terbongkar tapi setidaknya saat ini Tami belum siap menghadapinya. Rasanya malu kalo Haechan harus tau soal hutangnya yang banyak itu.

Keadaan menghening, Tami yang udah lega itu mulai mengantuk kembali. Gak ada musik gak ada obrolan, bikin suasananya enak buat tidur. Haechan sama sekali gak menoleh ke arah Tami, dia fokus menyetir dan sesekali hanya liat spion. Tami enggan buat bertanya apapun. Alhasil dia tertidur selama hampir setengah jam.

Tami membenarkan posisinya dan menyadari bahwa mobil udah berhenti. Dia perlahan menengok ke arah Haechan, dia sedang asik dengan handphonenya. Tami mengerutkan wajahnya karena malu dan mencoba untuk pura-pura tidur sambil memikirkan gimana caranya keluar dari keadaan itu.

"Masih aja hobi tidur kalo aku supirin" Kata Haechan bikin Tami kaget.

Tami langsung membenarkan lagiposisi duduknya jadi tegap, merapihkan rambut dan bajunya.

"Maaf..." Katanya malu

"Nih minum dulu biar seger" Haechan membukakan botol air mineral buat Tami.

Tami meraihnya sambil salting sama act of service Haechan, "Makasih"

"Udah melek? Seger?" Tanya Haechan.

Tami cuma menganggukan kepalanya.

"Awas nanti ketiduran lagi dilift" Haechan kembali tersenyum, senyum yang sama sekali belum Tami ngerti dari tadi.

Harusnya Haechan marah atau kecewa, rasanya itu lebih baik dari pada bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa seperti ini. 

Kenapa Haechan biasa aja? Bukannya seharusnya dia akan terganggu jika aku kembali ke SM? Atau dia memang senang dengan kembalinya aku? - Batin Tami.

"Yaudah, gih istirahat" Perintah Haechan sambil mengarahkan pandangan ke pintu mobil seolah menyuruh Tami untuk segera turun.

Penasaran dengan sikap Haechan, Tami mencoba memberanikan diri untuk menanyakan maksudnya.

"Udah gitu aja?" Kata Tami singkat.

"Mau gimana lagi mi? Mau aku anterin sampe kasur" Lagi-lagi Haechan bercanda.

Kali ini bercandanya bikin Tami deg-degan. Tami jadi membayangkan Haechan ada di apartnya kayak dulu. Dia langsung menepis bayangan itu.

"Ng- ngga maksudnya aku kira kamu bakal nanya banyak hal"

Love(ing) | sequel TDWM - HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang