5

315 63 12
                                    

Kasian juga bikin kalian nunggu hihi mianheee

Enjoy!!

☀️☀️☀️

Tami udah kehabisan cara untuk menghindar dari teror Jisung. Awalnya pesan dari Jisung gak pernah dia baca, tapi Jisung terus spam dan telepon. Lalu Tami mulai membaca pesan-pesan itu tapi hatinya teguh buat gak bales. Jisung gak putus asa, dia terus menghubungi dan menanyakan kabar Tami dari waktu itu sampai sekarang, udah hampir dua bulan berlalu.

"Apa kabar teh? Lagi ngapain?"

"Sibuk ya? Sekarang kerja atau gimana? kok bisa di busan sih. Kepo huhu"

"Teh yang putus kan teteh sama bang haechan, kenapa aku dijauhin juga?"

"Padahal dulu Jisung gak pernah loh jutek ke teteh, bahkan dari awal kenal Jisung welcome banget. Tapi kok steteh sampe segitunya sekarang ke Jisung?"

"Gue kira hubungan kita udah kayak keluarga. Kakak dan adik. Terus ini maksudnya ade kakaan?"

"KALO SAMPE GA NGEBALES JUGA. TERPAKSA JISUNG LAPORIN BANG HAECHAN BIAR DISUSULIN KE BUSAN SEKALIAN. CAPE"

Pesan terakhir itu yang bikin Tami jadi ketar ketir. Hal itu bisa aja terjadi kalo mulut Jisung buka suara. Dua bulan ini semuanya tentram selain notifikasi handphonenya Tami. Dia juga percaya itu artinya Jisung menjaga kesepakatannya selama ini. Kalo sampe yang barusan Jisung bilang kejadian, semuanya udah gak tentram lagi. Baik hati maupun hidupnya Tami.

Dari situlah awal mula pintu hatinya Tami mulai terbuka. Tami membalas pesan Jisung, meskipun isinya menyuruh Jisung untuk diam dan tidak mengganggu tapi justru ini yang bikin Tami goyah. Sejak saat itu hubungan Tami dan Jisung kembali seperti semula. Gatau kenapa setiap kata yang keluar dari mulut Jisung justru bikin Tami tenang. Semua tentang Haechan lebih mudah dia lewatin karena Jisung. Tami seakan terbiasa mendengar namanya, bahkan tau kabar tanpa bertanya bikin Tami lega. Apa ini udah ditahap ikhlas mencintai tanpa harus memiliki?

🌻

Malam itu seperti biasa di waktu senggang Jisung menelepon Tami. Walopun Tami baru banget sampe rumah, tapi selalu Tami jawab. Mungkin karena Jisung satu-satunya yang bisa dia ajak ngobrol.

"Udah lama juga ya dari awal kita ketemu lagi di stasiun sampe sekarang akhirnya udah bebas ngobrolin ini itu" Kata Jisung sambil senyum, tanpa sadar lagi diliatin abang-abangnya. Kecuali Haechan dan Mark yang belum ada di TKP.

"Hmm gara-gara lo sih" jawab Tami agak sedikit kesel.

"Loh bukan teh, kalo emang Tuhan mentakdirkan kita buat ketemu ya segampang itu"

"Nyampe sekarang gue masih ga paham sama jalan Tuhan"

"Gue sih yakin urusan lo sama dia belum selesai"

"Dibahas lagi aja sung, dah ah gue mau makan, mau masak dulu"

"Sambil vidcall aja atuh"

"Males banget, ga ada kerjaan banget lo nontonin gue masak sama makan"

"Ya emang ga ada kerjaan"

"Yaudah serah, kalo bosen matiin aja"

"Siapppppp"

Tami bergegas naro hapenya di meja dan mulai menyiapkan makanan yang akan dia masak. Sedangkan Jisung pergi ke kamar mandi dulu dan menaruh hapenya di meja depan TV.

"Whats up bro?" Sapa Mark yang baru dateng bareng Haechan.

"Makan bang" Kata Jeno, dimana anak dream emang lagi ngumpul di meja makan.

Mark langsung menuju kulkas buat ambil cola dan gabung sama anak dream. Lain cerita sama Haechan yang langsung ngambil remote dan nyalain tv karena takut ketinggalan episode terbaru dari drakor yang lagi dia tonton. Tanpa sadar ada hape Jisung yang bersandar di meja.

Haechan memiringkan kepalanya dan sedikit memicingkan matanya.

Ini siapa yang lagi vidcall? Sama cewe lagi. Ceweknya siapa? Kata hatinya sambil terus memperhatikan sosok wanita dilayar hape yang lagi membelakanginya itu. Tidak ada kata yang terucap buat bertanya atau bersuara. Mungkin jauh dilubuk hatinya udah kenal itu siapa. Haechan cuma diem. Menunggu momen sosok itu memperlihatkan wajahnya.

Sampai pada saat dia menaruh piring di atas meja, tepat di depan hapenya.

Haechan berkaca-kaca.

"Miii...." Katanya pelan.

Tami yang lagi sibuk dengan urusan dapurnya tanpa sadar kalo yang lagi liatin bukan Jisung tapi Haechan.

Jisung yang keluar dari kamar mandi ikut terdiam, karena Haechan yang tertegun di depan layar hapenya. Jisung menghampiri abang-abangnya buat ngasih kode apa yang lagi terjadi di ruang tv. Semua ikut diem dan liatin Haechan.

"Beressssss" Kata Tami dengan nada ceria, menghampiri meja.

Haechan buru-buru menjeda video dirinya.

"Bosen kan lo liatin gue, daripada di jeda mending matiin aja" Tami santai aja sambil bersiap mau makan.

"Aku ngapain bikin roti gosong jam segini coba, mau ga sung? Kamu ga suka kan? Cuma si Haechan yang suka. Gatau deh kayaknya suka juga terpaksa" Tami tersenyum sambil menyicip rotinya.

Tuuuuuuttttttt

Video call terputus karena Haechan yang mematikannya. Dia langsung pergi keluar apart, tanpa sepatah kata pun. Dan anak-anak yang lain pun gak tau harus berbuat apa. Pasalnya, kedekatan Jisung sama Tami cuma diketahui sama anak dream aja kecuali Haechan sama Mark.

Jisung yang merasa harus jelasin semuanya, ikut keluar menyusul Haechan.

"Tunggu bang!!!" Teriak Jisung.

Haechan ternyata pergi ke tempat pelariannya, atap. Jisung terengah-engah berusaha mengejar Haechan sampe akhirnya Haechan berhenti. Dia cuma diem, matanya masih berkaca-kaca.

"Bang..." Jisung mendekat. Ada sedikit rasa takut.

"Sejak kapan sung?" Tanya Haechan.

"Sebulan yang lalu, sebenernya dari waktu itu gue yang maksain buat bisa kontekin dia terus. Sorry bang, gue gak bermaksud apa-apa" Jisung ngebut ngejelasin.

"Sejak kapan dia disini?" Haechan memperjelas pertanyaannya.

☀️☀️☀️

Menunggunya bertahun-tahun

Bacanya sedetik yaa

Hihi sabar, ternyata susah nulis lagi kalo udah lama ngga. Yang paling PR adalah mendalami peran Tami lagi setelah sekian lama.

Berantakan bodo amat ya, yang penting masih bisa dibacalahh

Love(ing) | sequel TDWM - HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang