VOTE GAK SAMPAI 10 DETIK.
PENCET BINTANGNYA, YA!Part ini pendek
Selamat membaca lov♡_____________
Setelah insiden tangan lancang Jeka yang tanpa rasa bersalah menyentuh pipi Yirein, gadis pendek itu sebisa mungkin menghindari Jeka. Bukan apa-apa, hanya saja Yirein tak mau jika laki-laki gila itu kembali berulah. Masa iya dia dipermainkan seperti itu, oleh Jeka pula. Tidak sudi.
Berbeda dengan Yirein, Jeka justru terlihat santai dan makin gemas dengan tingkah si gadis. Ia bahkan terkadang iseng memulai percakapan whatsapp walaupun hanya berbuah dua centang biru dari Yirein. Sakit memang, tapi Jeka suka menjahili Yirein.
Yirein sudah tak ada kata lain yang bisa mendeskripsikan Jeka. Intinya Jeka itu gila.
Melupakan sejenak Jeka, Yirein melirik jam di ponselnya. Sembilan lewat lima belas. Beberapa menit lagi istirahat tiba, tapi Yirein masih betah berada di perpustakaan. Ia menduduki meja paling pojok yang tak mudah dijangkau mata orang saat masuk ke perpustakaan. Beberapa buku pelajaran berserak begitu saja di depannya tanpa ada niatan sedikitpun untuk membacanya.
Tadi itu dia datang ke perpustakaan cuma untuk pencitraan. Lagipula di kelas tak ada guru, ya hitung-hitungan bisa me time. Posisi duduknya yang di pojok dekat dengan jendela membuat ia serasa disenter mentari pagi yang herannya terasa sangat panas menyengat. Padahal ini baru jam sembilan loh. Yirein merasa kulitnya begitu terbakar tapi ia terlalu malas untuk berpindah tempat.
Sudah nyaman sekali katanya.
"Oh iya, Jek..." Yirein mendongak meneliti tiap sudut perpustakaan saat telinganya tak sengaja mendengae sayup-sayup suara perempuan menyebut-nyebut nama 'Jek'ㅡseperti sedang terlibat pembicaraan serius.
Jek yang disebut apa mungkin Jeka?
Yirein mengedikkan bahunya. Tadi kan maunya tidak peduli. Tapi tiba-tiba, di jarak yang tidak terlalu jauh dari mejanya, Yirein menangkap sosok Jeka dan Pritta yang sedang berjalan sambil berbincang dengan kedua tangan masing-masing menenteng buku cetak yang jumlahnya tidak sedikit.
Wah wah, Jeka itu memang buaya darat kelas kakap. Perasaan baru beberapa waktu berlalu sejak ia modusin Yirein, tapi lihatlah sekarang, ia malah berjalan santai dengan gadis lain. Ditambah lagi dua insan itu tertawa bersama disertai semburat merah di pipi Pritta.
"Dasar buaya!" Yirein menelungkupkan kepalanya di meja saat melihat Jeka dan Pritta sudah benar-benar keluar dari perpustakaan. Sinar matahari terus memanggang dirinya tapi ia benar-benar tak merasa terganggu. Lebih panas hatinya malah melihat buaya darat itu menggandeng gadis lain.
Kursi disebelahnya tiba-tiba bergeser seperti ada orang yang menariknya.
"Sekarang pinter ya main petak umpetnya." Untunglah Yirein sudah sangat terbiasa dengan suara Jeka yang selalu muncul tiba-tiba, jadi dia tak perlu berjengit kaget.
"Oii pendek! Angkat muka lo dong, gak rindu gue? Gue aja rindu sama lo setengah mati."
Yirein tetap dalam posisinya membuat Jeka semakin geregetan tak karuan. Sumpah, ya, kalau Jeka yang dulu jelas tak akan mau merengek begini apalagi pada perempuan. Selama ini kan dia yang dipuja-puji kaum hawa. Sok ganteng! Caper!
"Lo gak kepanasan? Woy! Woy! Yirein!"
Karena ada balasan apapun, Jeka menunduk dan memperhatikan Yirein lekat-lekat. Pikiran Jeka sudah berkecamuk. Jangan-jangan Yirein sudah tidak bernyawa lagi bagaimana. Aduh masa belum dimiliki sudah pergi saja. Kan kasian hati Jeka.
Eh aduh. Maafin pikiran Jeka, Ya Tuhan
Yirein tiba-tiba bergerak dari duduknya. Wajah yang ia sembunyikan akhirnya diperlihatkan ke arah Jeka. Tak banyak, hanya bagian dahi sampai bawah matanya saja, sebab bagian wajah lainnya tertutupi tangan yang menahan kepalanya.
"Dasar pendek! Gue ngajak ngomong ternyata tidur." Jeka terkekeh saat matanya melihat sekeliling meja Yirein yang penuh buku. Jeka yakin seribu satu persen kalau Yirein tadi tidak benar-benar membaca semuanya itu.
Tangannya yang bebas beralih memindahkan rambut-rambut yang menutupi wajah gadis di hadapannya ini dengan hati-hatiㅡtakut membangunkan Yirein. Kalau sampai Yirein sadar kan bisa bahaya untuknya. Gadis ini nekad sekali, bisa-bisa Jeka dipukul sampai mati di sini.
"Nah kalau tidur begini kan bagus. Cantiknya dapet, kalemnya dapet." Wajah Yirein tiba-tiba memerah.
Jeka kalut karena berpikir itu karena sinar mentari yang terus mengenai wajahnya Yirein. Jadi, dengan inisiatif paling tulus sedunia, Jeka mengambil salah satu buku di meja tersebut dan menutupi akses cahaya mentari ke wajah gadis itu.
Matanya masih melihat mata Yirein yang tertutup itu. Tangannya juga setia sekali memegangi buku untuk melindungi wajah Yirein dari silau dan panas.
Kalau saja posisi duduk mereka tidak tersembunyi, pasti pengunjung perpustakaan lainnya sudah menganggap Jeka gila karena terus senyum-senyum sendiri. Dih, mereka kan tidak tahu rasanya melihat bidadari tertidur seperti ini.
Cielah, gombal!
Tangan Jeka mulai pegal, "Oii Yirein. Udah mau jam istirahat. Bangun dong. Tangan gue juga udah pegal megangin buku buat lo."
Jeka mengeluh. Salah sendiri. Ia kan bisa menarik gorden yang terpasang di jendela. Tapi otaknya yang mendadak jadi buntu itu malah menyuruhnya untuk memegangi buku saja. Hitung-hitungan biar kelihatan effort-nya mau pedekate itu besar.
Tangannya yang bebas meraih kepala Yirein dan menepuknya halus dua kali. Setelah itu, tangannya terus mengelus kepala sang gadis seolah ingin membuat tidurnya semakin nyenyak. Padahal ia baru saja menyuruh gadis itu untuk bangun.
"Tidur yang nyenyak, Pendek. Lain kali jangan ngehindarin gue lagi, ya."
Wajah Yirein menjadi semakin merah membuat Jeka panik. Loh padahal kan sudah ditutupi, kenapa merahnya malah makin banyak?
Jeka tak tahu saja kalau dari tadi itu Yirein sebenarnya tak benar-benar tertidur. Kesadarannya sembilan puluh sembilan koma sembilan sembilan persen. Hanya saja ia terlalu jago akting seperti tertidur karena tak sanggup mau melihat Jeka dalam jarak sedekat ini.
Lucu sekali.
Akting tertidur memang Yirein jago, tapi letupan-letupan hatinya jelas tak bisa ia kendalikan. Hubungan love-hate relationship ini semakin membingungkan ke mana arahnya. Yirein mau menjalaninya saja.
Dan mulai hari ini, Yirein akui, usapan kepala dan suara Jeka sekarang jadi candu tersendiri untuknya.
Malu mengakui sebenarnya, tapi itulah faktanya.
____________
hiks maaf ya pendek dan mungkin gak jelas.
maaf juga baru apdet hari ini.
aku ada tes 2 hari si makanya otak buntu mikirin plot. Sekali dapet malah pendek😭Sorry guys, hope u enjoy!
tbc
.... sending love♡
blankswag, July, 31, 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
J vs Y
FanfictionKata orang, jangan terlalu membenci sesuatu. Bisa-bisa rasa benci itu berbuah rasa lain yang bisa disebut cinta. Entah sampai kapan dua sejoli ini tahan menabur benih saling benci satu sama lain. Kita saksikan saja kapan alam membuat mereka bertekuk...