021

441 85 19
                                    

VOTE GAK SAMPAI 10 DETIK
PENCET BINTANGNYA, YA!

Selamat membaca, lov♡

_____________


Setelah seharian di pantai, Jeka akhirnya mengantar Yirein untuk pulang. Jangan tanya berapa banyak drama kehidupan edisi pantai yang mereka jalani sehabis minum kelapa. Bukan Jeka dan Yirein kalau tidak berselisih paham barang hal sepele. Belum lagi drama Yirein yang menolak mentah-mentah kebaikan dan ekhem ketulusan hati Jeka untuk memakaikannya helm.

"Gue tuh bukan anak kecil ya. Masa pakai helm aja harus sama elo."

Nyenyenyenye, Yirein itu besar di omongan saja, toh ujung-ujungnya tetap Jeka yang memakaikannya helm. Hidup sudah rumit, tapi tidak nikmat kalau tidak dibuat makin rumit, kira-kira begitu pola pikir Yirein. Untung Jeka sabar dan sayang, kalau tidak tadi niatnya mau  mengikat Yirein saja di pohon kelapa. Duh.

Sesampainya depan rumah Yirein, Jeka ngotot ingin mampir dulu sebentar, katanya mau ngapel sama calon mertua. Katanya biar keren dan biar makin cepat dapat lampu hijaunya. Lagian pacaran itu kan bukan hanya mendekatkan hati dua insan yang berbeda, tapi juga mengeratkan tali persaudaraan antar dua keluarga.

Alamak, bahasanya aduhai sekali.

Jeka masa bodoh, toh siapa tahu kalau sering berkunjung, ayah dan ibu Yirein langsung setuju sehingga ia dan Yirein bisa langsung cus ke pelaminan. Cihuy, bahtera rumah tangga di depan mata.

"Mau bawa masuk helmnya apa ditaruh di motor aja?"

"Kompleks rumah elo gak ada maling kan?"

"Aman sih."

"Yaudah gue taruh helm di motor aja." Setelah meletakkan helm di atas jok motornya, Jeka langsung menggandeng tangan Yirein. "Yuk, masuk."

"Jeka ih, jangan macam-macam ya!"

"Pegang tangan doang ya Tuhan."

Yirein menatap sinis ke arah Jeka. "Gak! Dasar gatel!" Setelah itu gadis pendek itu langsung berlalu dari hadapan Jeka dan menghilang di balik pintu. Jeka hanya tersenyum simpul, lucu sekali sang pacar. Tak butuh waktu lama, Jeka segera menyusul untuk masuk ke dalam rumah keluarga Adiktiar.

Ah, ternyata ada Mbak Airin juga. Semuanya duduk di sofa ruang keluarga, termasuk Yirein yang duduk mengamit lengan Mbak Airin. Jeka tersenyum dan perlahan melangkah maju menghampiri mereka. "Sore, Ayah, Ibu. Sore Bang Virzha, Mbak Airin." Oho, suaranya sopan sekali.

Yirein menatap tajam Jeka yang berani-beraninya memanggil orang tuanya dengan sebutan ayah-ibu bukannya om-tante. Jeka sinting! Memangnya siapa yang mau punya saudara gila seperti dia. Yirein kan maunya Jeka jadi pendamping hidupnya. Eh?

"Eh Jeka, sini duduk!" Bang Virzha menepuk sofa di sampingnya. Jeka pun duduk di sebelah Bang Virzha. "Dek, kamu datang bawa Jeka tapi malah masuk rumah duluan, gak sopan."

Yirein baru saja mau memberi argumen balik, tapi Ayah sudah memberi isyarat duluan agar putri bungsunya itu diam. "Ssst, daripada kamu banyak omong, mending buatin Jeka minuman deh." Hah? Saran macam apa ini?

"Gak usah, Rein. Biar Mbak aja. Jeka mau minum apa? Rein juga maunya apa? Biar Mbak buatin sekalian."

"Apa aja Mbak." Jawab Jeka. Mbak Airin mengangguk lalu pandangannya beralih ke arah Yirein, "Kalau kamu?"

"Aku gak deh Mbak."

"Oke." Setelah itu Mbak Airin beranjak ke dapur. Virzha menatap punggung sang pacar dengan tatapan begitu memuja. Dirinya sangat diberkati bisa dapat perempuan seperti Airin.

J vs YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang