IiL - 3

3.1K 296 16
                                    

Kana terdiam dengan tatapan kosongnya. Setelahnya hembusan napas berat terdengar dan tangan gadis itu mengacak-acak rambutnya hingga berantakan.

Kana mengatur deru napasnya yang tak beraturan akibat emosi dan sedih. Bisa-bisanya dirinya dituduh melakukan kesalahan yang bahkan Kana sendiri tidak tau kapan kejadian itu terjadi.

Niat hati dirinya hanya ingin mencatat beberapa bahan kimia di laboratorium, eh malah dirinya lah yang dituduh menjadi tersangka semata wayang.

Kana mengelap wajahnya dengan kasar dan penuh rasa lelah. Berkali-kali napas berat keluar dari mulutnya dan dadanya sedikit naik turun. Gadis itu mencoba meredakan emosinya sendiri agar tidak melakukan hal yang diluar kendalinya. Contohnya mungkin membakar rumah sakit ini.

Gadis itu akhirnya menggelengkan kepalanya dan berdiri dari duduknya kemudian merapikan alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas.

Kana berniat ingin langsung pulang saja daripada moodnya menjadi semakin buruk jika terus di sini.

Gadis berkuncir kuda itu segera melangkahkan kakinya keluar dari ruang perawat untuk menuju ke pintu besar rumah sakit.

Setiap langkahnya dan berpapasan dengan perawat lain, pasti saja Kana mendapatkan mereka yang sedang bergosip dan Kana yakin, mereka pasti sedang bergosip tentang dirinya.

"Sabar, Na. Jangan kebawa emosi. Mereka gak tau kebenarannya dan hanya ikut-ikutan orang. Gak papa," gumamnya pelan mencoba untuk menghibur hatinya yang sedang tidak baik-baik saja.

Kana berdiri terdiam di pinggir jalan, entah kenapa pikirannya saat ini sedang sangat kacau dan dirinya membutuhkan pelampiasan.

Hingga tibalah dia di depan pintu club yang baru pertama dia kunjungi. Kana tidak memikirkan akhir dari semuanya, tapi yang dia pikirkan saat ini adalah ... melampiaskan semua keburukan moodnya.

Kana melangkahkan kakinya dengan santai dan masuk ke club dengan penerangan warna-warni. Kupingnya disambut dengan iringan musik yang teramat kencang membuat kupingnya menjadi berdengung.

Gadis itu mengerutkan keningnya dan semakin berjalan masuk, meskipun dirinya tau tempat ini sangat ramai banyak orang berjoget dan musiknya pun bervolume kencang.

Kana berdiri di depan meja bartender. Gadis itu langsung disambut dengan senyuman manis sang bartender.

"Selamat malam."

Kana yang disambut hanya tersenyum tipis dan duduk di bangku kosong dengan kening yang masih sedikit mengkerut membuat sang bartender terkekeh melihatnya.

"Baru pertama kali ke club ya?" tanya si bartender laki-laki itu.

"Hah? Apa?" tanya Kana kencang tak mendengar ucapan si bartender itu.

Bartender laki-laki itu menggeleng. "Saya buatkan minuman spesial untuk gadis secantik kamu," ujarnya dan Kana hanya mengangguk pelan. Padahal dirinya tak mendengar apa yang bartender itu katakan padanya.

Selagi menunggu si bartender meracik minumannya, Kana memilih untuk melihat-lihat. Dia memang baru pertama kali ke club, tapi untuk urusan alkohol itu beda lagi. Kana pernah mencicipinya, tapi itu dulu. Saat dirinya masih duduk di bangku kuliah semester kedua.

Jujur saja, dulu dirinya memang gadis yang nakal dan mengikuti arus zaman. Teman-temannya pun dulu sangat suka berpakaian kelewat seksi.

Kana dan teman-temannya sering sekali bolak-balik masuk ke ruang BK waktu zaman sekolah dulu. Mengingat kenakalannya dan teman-temannya membuat sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman.

"Cantik ya kalau lagi senyum gitu," ucap seseorang membuat Kana langsung terdiam dan menatap si bartender dengan tatapan datarnya.

Si bartender terkekeh lalu meletakkan satu gelas minuman spesial yang dia buatkan untuk Kana.

Infirmary in Love [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang