IiL - 22

1.4K 163 5
                                    

+628193765****
- Di mana?

Kana mengernyit saat sebuah pesan dari nomor yang tidak dia kenal tiba-tiba saja mengiriminya pesan.

Kana Naira Pradena.
- Siapa ya?

Gak salah kan jika Kana menjawab seperti itu karna memang dia tidak tahu nomor siapa yang tiba-tiba mengiriminya pesan singkat, bahkan sangat singkat itu.

+628193765****
- Saya.
- Regan.
- Di mana?

Kana ber'oh' sendiri dan mengangguk paham padahal dia tau jika Dokter Regan tidak bisa melihatnya.

Kana Naira Pradena.
- Kamar rawat saya.
- Kenapa?

Dokter Regan.
- Sebentar.

Kana mengernyit. Maksud dari satu kata itu apa? Memangnya Dokter itu mau apa?

Gadis itu tidak membalas pesan Regan lagi. Kana menaruh ponselnya kembali dan mengambil novel yang tadi dia lupakan sebentar karna membalas chat Dokter Regan.

Ketika dirinya sedang asik-asik dan hanyut dalam dunia kehaluan yang dia buat sendiri. Tiba-tiba pintu kamar rawatnya terbuka dan muncullah Regan masih dengan pakaian yang sama saat terakhir Kana melihat Dokter jangkung itu. Pakaian serba biru yang biasa digunakan oleh Dokter saat hendak melakukan operasi.

"Dokter?" Kana mengernyit bingung, menatap Dokter Regan yang berjalan mendekatinya setelah menutup pintu kembali.

"Reyna ke mana?" tanya Dokter itu.

"Pulang sama Naufan," jawab Kana jujur dan Regan mengangguk. Laki-laki itu duduk di kursi samping bangsal tempat Kana duduk saat ini.

"Nanti Reyna ke sini lagi?" tanya Regan lagi yang tentu saja membuat Kana bingung.

Kenapa Regan menanya-nanyainya tentang Reyna yang akan datang lagi atau tidak.

"Iya," jawabnya. "Besok pagi," lanjutnya yang dijawab dengan anggukan kepala dari Dokter itu.

"Bagus deh," ujar Regan pelan tapi Kana masih bisa mendengarnya meskipun sangat samar.

"Apa?" tanyanya yang membuat Regan mendongak menatap gadis itu kemudian menggeleng dengan senyum tipisnya.

Kana mendecih dan kembali mengangkat novelnya, kembali membaca deretan kalimat narasi dari novel bersampul pink itu.

Regan menyanggah kepalanya dengan tangan kirinya. Tatapannya terpaku menatap Kana yang seperti tidak terusik akibat sangking seriusnya gadis itu membaca novel di tangannya.

Bibir laki-laki itu menipis saat melihat Kana tersenyum. Entah kalimat apa yang membuat gadis itu senyum-senyum sendiri.

"Kamu udah punya pacar?"

Kana terdiam dan menarik pipinya yang sedang tersenyum. Lirikannya bergeser, menatap Regan.

"Kenapa?" tanyanya. Sebenarnya Kana masih tidak mengerti dengan Regan. Laki-laki ini tidak jelas dan sulit dipahami.

Regan mengangkat kedua alisnya. "Cuma nanya," jawabnya singkat.

"Punya," jawab Kana atas pertanyaan Dokter itu. "Di Korea," lanjutnya.

Infirmary in Love [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang