IiL - 11

2.3K 215 6
                                    

Kana mengernyitkan dahinya dan mulai membuka pejaman matanya secara perlahan karna tepukan tangan di pipinya dan mendengus saat menyadari tangan siapa yang baru saja menepuk dan mengagetkan tidurnya.

Gadis itu mengulet dan menoleh ke samping. Melihat Reyna yang masih adem ayem dalam tidurnya.

Kana mengecek ponselnya untuk melihat jam dan menghela napasnya saat sekarang masih pukul empat pagi.

Kenapa dirinya akhir-akhir sulit untuk tertidur lagi setelah bangun. Padahal hanya karna kaget.

Kana memilih untuk bangun dan turun dari tempat tidur tingkat dua. Merenggangkan otot-otot badannya dan menatap Daffin yang tertidur di kasur tingkat satu, di bawah tempat tidur dirinya dan Reyna.

Kening Kana mengerut dan kepalanya bergerak untuk mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

"Dokter nyebelin itu ke mana?" tanyanya heran. Kana mengadik dan berjalan menuju ruangan ganti untuk mencuci wajahnya, karna di dalam sana juga terdapat kamar mandi. "Bukan urusan gue, kenapa gue nyariin dia."

Setelah mencuci wajah dan merapihkan rambutnya, Kana berjalan ke luar dari ruangan. Dia lebih baik menemani Pelangi-teman satu perawatnya yang memang memiliki jadwal jaga pada malam hari ini.

Tapi sebelum langkah kakinya menuju UGD, matanya sempat menangkap bayangan seseorang yang tadi dia cari. Kana menghentikan langkah kakinya dan mundur beberapa langkah kemudian mendekatkan dirinya ke pintu dengan tulisan 'Ruang Laboratorium.'

Kening Kana terlihat mengkerut dan matanya memperhatikan Dokter Regan yang tampak sedang sibuk dengan kegiatannya sendiri.

"Ngapain dia?" tanya Kana tentu dengan suara yang teramat sangat pelan. Jangan sampai Dokter Regan mendengar suaranya ini.

Ketika Kana sedang dalam mode serius memperhatikan Regan yang sepertinya sedang belajar, karna tangan laki-laki itu sibuk membolak-balikkan buku tebal dan juga memperagakan sesuatu. Tiba-tiba seekor kecoa tanpa permisi naik ke kaki Kana yang membuat gadis itu geli dan refleks kaget sambil berteriak kecil.

"Aaaa keco-" Kana langsung tersadar dan membungkam mulutnya sendiri. Dia merutuki kesalahannya dan memilih untuk kabur saja sebelum ketahuan.

Baru saja kakinya melangkah tiba-tiba suara sinis Dokter Regan terdengar membuat Kana langsung menegakkan badannya dan berbalik menatap Dokter yang sedang bersedekap dada di depan pintu itu dengan tatapannya yang menyebalkan.

"Oh jadi tikus ini sekarang berubah menjadi mata-mata?" tanya Dokter Regan mengejek.

"Gak jelas," ujar Kana sebal dan memilih untuk melangkahkan kakinya menuju Dokter Regan yang masih berdiri dengan menatapnya.

"Manarik patut dimarkicob," gumam Regan dan kembali masuk, mengasah kemampuan pelajaran bakatnya.

🩺🩺🩺

Kana berdiri di hadapan Pelangi dengan jarak meja jaga perawat ditengah-tengah mereka. Pelangi tampak menahan kantuk karna perawat yang selalu menggulung rambutnya itu sedari tadi menguap.

"Kak Angi," panggil Kana yang membuat Pelangi mendongak dan menatap Kana dengan tersenyum.

"Kenapa, Na?" tanya Pelangi.

"Kak Angi ngantuk? Kalau ngantuk tidur aja biar Kana yang jaga," ujarnya yang kasian dengan Pelangi. Pasalnya sedari malam tadi pasti Pelangi kerepotan. Apalagi semalam banyak sekali pasien.

Pelangi tersenyum dan menggeleng. "Gak papa, tiga jam lagi ini," ujarnya menolak halus dan Kana hanya mengangguk.

"Ya udah Kana temenin ya," tawarnya yang segera berjalan mendekati Pelangi dan duduk di sebelah kakak seniornya itu.

Infirmary in Love [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang