IiL - 37

1K 109 2
                                    

Langkah kaki Kana terhenti saat seseorang menghadang jalannya. Kepalanya mendongak, menatap seorang wanita bertubuh tinggi dengan menggunakan jas dokter. Kedua tangannya sengaja dia masukkan ke saku jas putihnya.

Wanita itu tersenyum saat tatapan mereka bertemu. "Hai," sapanya yang hanya Kana balas dengan senyuman tipis. "Kamu Kana kan?" tanyanya terdengar tidak yakin.

Kana mengangguk. "Iya saya Kana," jawabnya. "Ada apa ya?" tanyanya bingung.

Dia tau siapa wanita yang sekarang berdiri di hadapannya ini. Wanita ini adalah Dokter Almira. Dokter cantik yang gosipnya akan segera dijodohkan dengan Regan - kekasihnya.

"Boleh kita bicara?" tanya Dokter Almira, meskipun nada suaranya terdengar sangat lembut. Namun ada sedikit penegasan di sana.

Kana yang memang tidak sibuk-sibuk banget akhirnya setuju dan mengangguk. Mengikuti Dokter Almira dari belakang hingga mereka sampai di kantin rumah sakit.

Awalnya Kana bingung kenapa Dokter Almira memilih kantin rumah sakit untuk mereka berbicara. Tapi saat melihat Dokter cantik itu memesan dua botol Aqua dia sadar. Mungkin Dokter Almira haus.

"Kita duduk di meja dekat jendela itu saja ya."

Kana hanya mengangguk dan masih membuntuti Dokter Almira. Duduk di bangku kosong tepat di hadapan Dokter cantik itu dengan meja bundar yang menjadi jarak mereka berdua.

"Ini buat kamu." Dokter Almira mendorong satu botol Aqua kepada Kana.

Kana tidak lupa langsung mengucapkan terima kasih. Ucapan penting orang jika diberikan sesuatu.

Kana pikir Dokter Almira akan langsung bicara. Tapi Dokter berkulit putih itu malah mengambil botol Aquanya dan membuka tutupnya kemudian meneguknya dengan perlahan dengan tatapan yang mengarah ke luar jendela.

Kana hanya bisa menunggu. Dia tidak berani berkata apa-apa yang bisa saja membuat Dokter Almira sewot. Karna Kana belum mengenal betul Dokter cantik satu ini.

"Sebelum kita bicara. Apa lebih baik kita berkenalan terlebih dahulu?" tanya Dokter Almira dan Kana hanya mengangguk menjawabnya. "Namaku Almira Sanjaya," ujarnya memperkenalkan diri.

Kana tersenyum tipis. "Saya Kana."

Dokter Almira mengangguk dan kembali menatap ke arah luar jendela. Entah apa yang sedang dipikirkan Dokter satu itu, Kana tidak tau. Tapi terlihat jelas dari kerutan samarnya jika Dokter Almira sedang berpikir.

Dokter Almira tersenyum dan menoleh menatap Kana. "Aku dengar ... kamu pacarnya Regan ya?" tanyanya yang akhirnya langsung bicara keintinya.

Dan apa yang Kana duga-duga itu benar. Dokter Almira pasti akan membahas Regan dalam pembicaraan mereka.

Kana mengangguk pelan sebagai jawabannya. Bukannya dirinya tidak mau bicara. Hanya saja Kana sedang malas menyahut.

Terlihat Dokter berkulit putih itu menyunggingkan senyum tipisnya dengan tatapan yang menatap ke arah luar jendela.

"Boleh aku kasih tau sesuatu sama kamu?" tanyanya dan menatap Kana. Nadanya berganti menjadi lebih serius, namun masih terdengar kelembutan.

"Apa?" tanya Kana akhirnya bersuara.

"Aku dan Regan akan segera dijodohkan," ujarnya dan menatap lekat Kana. Mencari ekspresi kaget dari wanita yang sedang dia ajak bicara itu.

Namun apa yang Dokter Almira tidak dia dapatkan. Karna Kana masih memasang ekspresi yang sama. Tidak ada ekspresi kaget sama sekali.

"Kamu sudah tau rupanya," ujarnya lagi dan tersenyum. Senyum yang entah kenapa terlihat bangga.

"Baru dijodohkan kan?" tanya Kana membuat Dokter Almira kembali menatapnya. "Bukan benar-benar jodohnya," lanjut Kana dengan gaya savage yang engah dia dapat dari mana.

Terlihat tangan Dokter Almira yang mengepal di atas meja, namun Dokter itu langsung menarik tangannya dan menyembunyikannya di bawah meja. Dia atas pahanya.

"Tapi Regan juga belum tentu jodoh kamu, kan?" Sepertinya Dokter Almira ingin membalikkan kata-kata Kana. Ingin membuat Kana kaget seperti dirinya barusan.

Kana tersenyum sinis. "Saya memang tidak pernah berharap lebih. Bahkan berharap menjadi jodohnya," ujarnya. "Karna saya masih tau batasannya," lanjutnya.

Dokter Almira menaikkan alisnya. "Kamu dan Regan beda agama. Itulah batasannya," ujarnya mengingatkan Kana.

Mendengar itu rasanya Kana ingin tertawa. Tanpa harus diingatkan juga Kana selalu akan ingat. Jika dia dan Regan sangat berbeda jauh.

Kana mengangguk. "Ya. Saya tau," sahutnya dan melipat kedua tangannya di atas meja dengan badan yang sedikit mencondong ke arah Dokter Almira. "Makanya saya tidak pernah membanggakan dirinya menjadi pacar Dokter Regan. Padahal kami jelas-jelas memiliki hubungan spesial," lanjutnya yang membuat Dokter Almira hanya diam.

Deru napas Dokte Almira sangat terdengar dengan tatapan tajamnya yang menatap Kana.

"Jika sudah tidak ada yang ingin kita bahas. Saya undur diri," pamit Kama dan berdiri kemudian langsung berjalan meninggalkan Dokter Almira dengan keemosiannya.

"Sial," umpat Dokter Almira dengan kedua tangan yang mengepal di atas pahanya.

🩺🩺🩺

Daffin menatap Regan. Mereka berdua sedang berada di ruangan Dokter. Dan hanya ada mereka.

"Gimana kencan lo sama Kana?" tanya Dokter gondrong itu membuat Regan meliriknya.

"Kepo banget lo," sahut Regan dan tangannya terangkat untuk mengambil stipo di meja sebelahnya.

"Nggak. Gue gak kepo," ujar Daffin membantah. "Cuma pengen tau aja," lanjutnya.

Regan yang mendengar itu mendesis, dan kembali sibuk dengan kegiatannya.

"Menurut lo ...." belum juga Daffin meneruskan ucapannya, Regan sudah menyahutinya duluan.

"Gue lagi sibuk, Fin. Gak ada waktu buat konseling atas cinta sepihak lo buat Reyna," sahutnya memotong ucapan Daffin.

Dokter gondrong yang mendengarnya langsung mendengus sebal dan melempar beberapa potongan kertas pada Regan. Entah kapan tangannya itu merobek-robek kertas dan menjadi sampah itu.

"Lo ya nanti yang nyapu nih ruangan," ujar Regan lagi tapi matanya masih fokus menatap layar laptopnya.

"Eh tadi gue liat Dokter Almira sama Mba Kana lagi duduk berdua di kantin. Menurut lo cakep siapa?"

Regan menghentikan gerakan tangannya. Menantikan jawaban dari dua orang yang sedang mengobrol di luar ruangan. Masih bisa terdengar karna pintu memang tidak mereka tutup dengan rapat.

"Menurut gue cakep Mba Kana," jawab temannya itu. "Kalau lo?"

"Jelas Dokter Almira lah." Gadis pertama menjeda ucapannya. "Nih ya ... Dokter Almira tuh tinggi, putih, modis, cantik lagi," lanjutnya.

"Menurut gue. Mba Kana itu definisi orang sederhana tapi masih kelihatan elegan. Meskipun gak begitu anggun," sahut orang kedua yang mendapat jawaban mendengus dari orang pertama.

Setelah berkata begitu. Pintu ruang Dokter terbuka dan masuklah orang pertama serta orang kedua.

Mereka menunduk memberikan salam kepada Regan dan Daffin yang dibalas sama oleh kedua Dokter jangkung itu.

Kaki Daffin menendang pelan kaki Regan membuat sepupunya menoleh.

"Cakep mana menurut lo?" tanyanya berbisik dan mendekatkan diri kepada Regan.

"Tanpa gue jawab. Seharusnya lo tau apa jawaban gue," jawab Regan santai dan kembali menatap layar laptopnya.

"Menurut gue cakupan Reyna. Dia gak ada duanya," ujar Daffin dengan tatapan menerawang. Entah sedang memikirkan apa.

"Suka-suka hati lo, Fin. Lo gila ... gila sendiri aja," ujar Regan yang sudah angkat tangan dengan sikap Daffin yang konyol.







♦️➖➖➖♦️

Hai hai, masih ada yang nungguin updatenya cerita ini?

Tekan bintang dan berikan komen. Terima kasih sayang-sayang.

See you.

Infirmary in Love [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang