S a t u

1.2K 187 23
                                    

Baji Keisuke bukanlah orang yang penyabar. Ia adalah tipikal orang yang cenderung melampiaskan perasaan melalui tindakan, oleh sebab itu dirinya sulit sekali mengontrol emosi ketika ada secuil hama yang menyebabkan suasana hatinya memburuk. Berulang kali menegur diri sendiri, namun berakhir sia-sia. Pada akhirnya Keisuke kelepasan.

Mengerjakan tugas matematika itu sulitnya minta ampun, bahkan seperti kehilangan separuh nyawa ketika memikirkan solusi dari angka serta huruf berpangkat yang entah bagaimana bisa ada di dunia ini. Dan bisa-bisanya cecunguk bau kencur di kelasnya bersekongkol untuk mencoret buku tugasnya. Mereka meremehkan mantan ketua divisi berandalan sekolah ini sepertinya. Taubatnya Keisuke malah membuat harga dirinya terinjak-injak.

Kalau saja ibunya tidak menangis, memohon kepadanya untuk berubah karena kegagalannya dalam kelulusan di tahun terakhir sekolahnya, Keisuke tidak sudi menjadi lembek seperti saat ini.

"Hei, rambut klimis. Kumpul tugasmu dong. Tinggal kau saja nih yang belum ngumpul."

Suara cemoohan bayi-bayi keparat itu kian membuatnya geram. Dibalik kaca mata tebalnya, Keisuke mendelik sinis. Dia tidak menyukai situasi ini. Tangannya mengepal tanpa ia sadari.

Menghela napas panjang, manik ambarnya melihat sang guru aduhai yang sedang mengoreksi nilai. Wanita itu tampak acuh dengan keberadaan Keisuke, sepertinya. Tapi bodoh amat, Keisuke merasa muak di kelas, suasana hatinya sangat memburuk saat ini.

"Sensei! Saya lupa mengerjakan tugas!" ujarnya lantang sembari mengangkat tangan tinggi.

"Keluarlah, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan bukan?" wanita sekal tersebut berujar tanpa menoleh. Ah, Keisuke sudah biasa kok. Dulu sebelum bertobat, ia gemar membuat guru cantik itu mengerang frustasi karena gombalannya. Mungkin terbawa perasaan makanya tidak berani melihatnya.

Keisuke beranjak, berjalan perlahan melewati bangku pojok yang terdapat di dekat pintu. Sejenak ia berhenti. Matanya mengintimidasi si pirang yang membekap mulut menahan tawa. Melihatnya saja membuat Keisuke lepas kendali, dia melayangkan tunjangan keras pada paha sang rekan yang kelewat manis untuk dibiarkan hidup.

Aksinya menyebabkan kegaduhan, pekikan kesakitan si Matsuno Chifuyu menarik perhatian satu kelas. Keisuke berdecih. Pengkhianat kecil ini ternyata ketua komplotan bocah bau kencur. Ingatkan Keisuke agar memberikan pelajaran yang lebih ekstra pada antek setianya nanti.

"Baji Keisuke!"

Sebelum benar-benar pergi, Keisuke menjulurkan lidahnya, meledek si guru aduhai yang melotot emosi tapi terlihat menggemaskan. Ekspresi ala-ala sensei nakal yang ada di youtube biru kesayangannya.

Ingin rasanya menerkam. Rawr.

●○●○●○●○

Otot betisnya terasa kaku begitu menapaki bagian teratas dari gedung sekolah. Tempat yang menjadi markas dadakan disekolah bila barisan para mantan merindukan sensasi merokok dengan jantung yang berdentum seperti musik jedak-jeduk dahsyat karena takut ketahuan oleh murid sok alim yang gemar melapor.

Tubuh Keisuke terasa letih bukan main selepas melaksanakan hukuman; membersihkan toilet laki-laki yang baunya serupa dengan neraka. Jangan tanya bagaimana Keisuke bisa tahu soal aroma dari tempat mengerikan itu, kan mengarang.

Sangking bau dan joroknya, Keisuke sendiri ogah buang hajat di toilet. Bisa-bisa langsung diare jika nekat menggunakan toilet. Mending memojok di ujung tembok pagar sekolah yang menjulang tinggi. Bentukannya sangat menguntungkan untuk menghindari cidukan seksi kebersihan sekolah.

"Kau membolos lagi?"

Keisuke mengernyit, apa pula maksud ucapannya itu?

𝐋𝐈𝐌𝐄𝐑𝐄𝐍𝐂𝐄  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang