“Waduh, jangan sombong dong! Mentang-mentang sudah jadi anak Tokyo melupakan teman begitu saja! Begini-begini aku, kau dan saudaramu juga pernah makan di piring yang sama bruh!”
Keisuke tengah uring-uringan kala menelpon si kembar idiot Kawata yang memiliki kekuatan tak masuk akal, pernah menjadi kuda hitamnya Touman karena intensitas kekuatan yang muncul layaknya mahluk ghaib dikala sedang terdesak keadaan. Si kakak yang gemar tersenyum kapan pun dan dimana pun, Nahoya. Dan si adik rese yang emosian, Souya.
Di antara petinggi Touman, peran kembar bersaudara itu cukup berpengaruh juga dalam stabilitas struktural geng bau kencur seperti Touman. Dan di antara anggota yang lain, Hanya mereka berdua saja yang lulus dari menengah atas karena kebetulan mereka sedang tidak ada di lokasi saat kejadian ampas itu terjadi.
Bisa di sebut hoki sebenarnya, sebab Kawata bersaudara juga gemar balap motor; pamer. Iya, jadi mereka itu termasuk anak sepasang Sultan yang memiliki motto ‘Skill tidak perlu, skin nomor satu.’ Yang dimana jika mereka hanya bermodal tampang saja, bisa jadi terkenal dan digandrungi perempuan arena balap yang montok dadanya karena motor kece kepunyaan mereka.
Pokoknya mereka itu idolanya para Onee-san di arena balap! Saat ini saja Kawata bersaudara itu tengah merangkul perempuan berparas elok yang tidak ia ketahui siapa namanya, dih tidak penting juga sih bila Keisuke tahu.
“To the point saja bro. Aku sedang sibuk saat ini. Kau lihat, gadis ku jadi ngambek karena kau mengulur waktu bercumbu kami.” Nahoya mengarahkan layar ponsel ke arah perempuan yang dimaksud olehnya, suara engahan napas lirihnya membuat Keisuke salah fokus sampai mengerjap berkali-kali.
“Sialan kau Nahoya! Jangan bilang kau bermain dengan gundik?!” ucapnya setengah menggeram.
Lelaki berambut nyetrik di seberang sana tertawa sembari meliuk-liukan alisnya, “We live in city's bruh!”
Keisuke tersedak salivanya sendiri kala mendengar perkataan Nahoya yang kelewat jujur itu, juga merasa tersindir sebab secara tidak langsung, Kawata Sulung itu meledeknya.
Kampungan.
Menghembuskan napas jengah, Keisuke lantas mendengus keras. Sebelah tangannya menangkup sisi wajahnya, “Jujur saja, aku sedang tidak ingin membuka kenangan lama, tapi kejanggalan yang ada membuatku merasa seperti dikelabuhi sejak lama."
Nahoya mengernyit, “Ah, pasti tentang insiden tahun lalu, benar 'kan?”
Tubuh Keisuke menegang. Ia sontak duduk tegap, tidak lagi bersandar ala-ala hidup segan mati tak mau pada tembok polos dibelakangnya.
“Sebenarnya aku sudah hampir mengikhlaskan kejadian yang menimpa ku. Hanya saja kehadiran sosok baru yang menginvasi ruang pribadi dalam diriku kembali mengingatkanku tentang balapan sialan.” Keisuke mendengus keras sembari menggaruk pipinya sebal, “Dia—perempuan, cantik, sangat! Bahkan membuatku tergila-gila hanya dengan melihatnya berada di dalam lingkup yang sama dengan ku. Dan yang membuatku merasa janggal adalah soal dirinya yang mengetahui segalanya tentangku. Aku senang orang yang ku sukai perhatian, tetapi aku merasa merinding juga bruh! Bayangkan, dia membuat konspirasi yang mendekati realistis, bahkan teori yang disimpulkan sama sekali tidak terpikirkan olehku maupun Mikey sekalipun!”
Nahoya itu suka sekali tersenyum, Keisuke bahkan hampir melupakan warna mata temannya yang satu itu sebab Nahoya selalu tersenyum hingga pelupuk matanya saling bersentuhan. Melihat Nahoya yang membuka matanya secara tiba-tiba hampir membuat Keisuke terjungkal karena terkejut.
“Dia orang asing—kenapa bisa tahu banyak hal?” tanya Nahoya dengan nada menuntut. Bisa Keisuke lihat urat menonjol tercipta di pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐈𝐌𝐄𝐑𝐄𝐍𝐂𝐄
Fanfiction𝐁𝐚𝐣𝐢 𝐊𝐞𝐢𝐬𝐮𝐤𝐞 𝐗 𝐅𝐞𝐦!𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫 (Tidak dilanjutkan) Kondisi dimana cinta menimbulkan gairah untuk menanamkan paham kepemilikan yang membelit, justru melilit kedua insan yang saling mencinta dengan jalan yang cukup nyentrik. Di awali...